Mohon tunggu...
Muhamad Taufik
Muhamad Taufik Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Public Health

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obesitas pada Remaja Tanda Kemakmuran atau Ancaman?

29 Desember 2019   13:55 Diperbarui: 29 Desember 2019   14:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Obesitas merupakan suatu masalah kesehatan yang disebabkan oleh penumpukan atau akumulasi lemak yang terjadi di jaringan adiposa yang dapat mengganggu kesehatan seseorang (Soetjiningsih, 2012). Seseorang disebut obesitas apabila berat badan lebih besar 20% dibandingkan berat badan normal yang sesuai dengan tinggi badan orang tersebut. Obesitas pada remaja disebabkan oleh jumlah asupan energi yang diterima remaja tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah asupan yang seharusnya diterima oleh tubuh (Biro & Wien, 2010).

Masyarakat di Indonesia masih banyak yang salah tanggap mengenai obesitas pada remaja. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa remaja yang memiliki badan yang gemuk dianggap remaja yang sehat karena kebutuhan gizinya tercukupi dengan baik, bahkan remaja tersebut akan terlihat lebih lucu dan menggemaskan. Hal ini sudah menjadi pola pikir yang diwariskan dari orang-orang terdahulu sehingga pemikiran ini masih banyak dianut oleh para ibu-ibu di Indonesia.  Padahal dibalik lucunya remaja tersebut, terdapat bahaya yang justru diam-diam mengancam kesehatannya. Obesitas pada remaja dapat menjadi penyebab dari banyak penyakit tidak menular diantaranya seperti asma, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 8% dari seluruh remaja di Indonesia mengalami obesitas, sedangkan terdapat 13 provinsi dengan prevalensi yang melebihi 8%. Papua saat ini tercatat sebagai provinsi yang memiliki prevalensi obesita pada remaja terbanyak 13,2 yang disusul oleh provinsi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (Badan Litbangkes Kemenkes, 2018). Prevalensi tersebut terbilang banyak dan dapat mengancam kesehatan remaja dikarenakan apabila saat remaja sudah mengalami obesitas maka peluang mereka obesitas hingga dewasa sangatlah besar dan akan memperbesar orang tersebut menderita penyakit tidak menular atau penyakit regeneratif.

Banyak puskesmas yang menyadari banyaknya kasus obesitas pada remaja. Mereka menjalin kerjasama sekolah-sekolah yang mulai sadar mengenai bahaya dari obesitas para muridnya. Sekolah tersebut melakukan program kesehatan untuk menekan angka obesitas pada muridnya yang dibantu oleh puskesmas setempat untuk memberikan informasi terkait obesitas mulai dari  bahaya obesitas hingga keuntungan yang didapatkan jika seseorang memiliki berat badan yang ideal.

Hal ini merupakan program yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan dari murid sekolah tersebut, dikarenakan jika para murid mengetahui tata cara melawan obesitas maka mereka akan lebih waspada dan was-was dari bahaya dan resiko obesitas.

Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan setempat seharusnya lebih mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini, bahkan dapat menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan agar seluruh sekolah dapat melaksremajaan program ini sehingga akan memberikan dampak yang besar dan positif bagi kesehatan siswa di daerah tersebut.

Kegiatan yang sudah ada disekolah-sekolah inipun masih dapat dikembangan lagi agar lebih efektif dan berdampak yang lebih besar terhadap penurunan prevalensi obesitas pada remaja. Selain pemberian informasi/ seminar yang dilakukan oleh pihak sekolah dan puskesmas setempat, bisa ditambahkan kegiatan lain seperti kegiatan senam bersama yang dilaksremajaan pada hari-hari tertentu setiap minggunya agar para siswa lebih aktif dalam aktifitas fisik sehingga lemak-lemak yang tertimbun di tubuhnya dapat terbakar dan berat badan menjadi berkurang, disisi lain berolahraga juga dapat meningkatan kemampuan kognitif dari siswa tersebut dikarenakan aliran darah yang masuk ke otak akan semakin lancer dan juga dapat mencegah penyakit-penyakit degenerative.

Program Kantin sehat juga mulai diterapkan di beberapa sekolah, program ini sangat membantu menekan angka obesitas pada murid yang sering jajan dikarenakan program kantin sehat ini merupakan pengendalian makanan maupun minuman yang disediakan oleh para pedagang di lingkungan sekolah agar apa yang dijual sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh, tidak hanyak mengenyangkan tetapi juga menyehatkan.

Sekolah juga menyediakan ekstrakulikuler yang merupakan agenda atau kegiatan tambahan yang dapat diikuti oleh murid-murid di sekolah tersebut disaat jam pembelajaran telah selesai mulai dari kegiatan olahraga seperti futsal, basket, volley dan bulu tangkis hingga seni seperti menyanyi, paduan suara, hingga alat musik baik tradisional maupun modern. Saat siswa tersebut mengikuti kegiatan tambahan maka mereka akan lebih menyibukkan dirinya sehingga peluang mereka mengonsumsi makanan berlebihan dapat tertahan dikarenakan padatnya aktifitas harian mereka. Sayangnya, banyak siswa yang masih merasa tidak perlu mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan bukan kewajiban. Hal ini yang menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pihak sekolah untuk menyadarkan siswa-siswi nya untuk mengikuti setidaknya satu ekstrakulikuler.

Orang tua juga perlu diberikan informasi terkait bahaya obesitas pada remajanya, hal ini dikarenakan biasanya orang tua tidak melarang remajanya saat makan berlebih, bahkan beberapa orangtua justru mendukung remajanya yang memiliki nafsu makan sangat lahap. Sehingga dengan diberikannya informasi terkait obesitas, orang tua diharapkan turut mengingatkan dan melarang konsumsi makanan yang berlebih serta memantau perkembangan fisik dari remajanya masing-masing. Orangtua juga dapat lebih aktif mengajak remajanya melakukan aktifitas fisik di hari libur sekolah dan juga memberikan makanan yang sehat dan dengan porsi yang secukupnya.   

Pemerintah juga telah merancang porsi makan yang sesuai dengan porsi makan remaja yaitu 1/3 porsi makan diisi dengan makanan pokok seperti nasi ataupun umbi-umbian, 1/3 porsi berisikan lauk pauk dengan buah dan 1/3 porsi berisikan sayur-sayuran. Porsi makan ini yang seharusnya lebih dinformasikan kepada remaja saat ini agar tidak hanya mengonsumsi karbohidrat yang belebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun