Sang Patriot: Sebuah Epos Kepahlawanan
Keterangan Buku:
Judul               : Sang Patriot; Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis             : Irma Devita
Penerbit            : Penerbit Inti Dinamika Publisher
Tempat Terbit      : Jakarta Pusat
Tahun Terbit       : Februari, 2014
Tebal Buku         : 280 halaman, 20,5 cm
Tanggal (Review) Â Â : 15 Mei 2023
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-14969-0-9
Saat saya menerima buku novel Sang Patriot dari acara Webinar Sejarah yang diselenggarakan oleh IDLC, saya mulai membaca buku novel yang berjudul "Sang Patriot: Sebuah Epos Kepahlawanan", karya Irma Devita yang merupakan sebuah buku yang menceritakan kisah perjuangan seorang pejuang kemerdekaan yaitu Letkol Mochammad Sroedji, salah satu pejuang di Kabupaten Jember.Â
Penulis dengan lugas menceritakan berbagai sisi lain perang kemerdekaan Indonesia di masa tahun 1942-1949 yaitu perang paling berdarah dalam lembaran kelam sejarah Indonesia. Perang yang telah merenggut jutaan nyawa syuhada demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia, negeri elok yang menjadi incaran banyak bangsa asing karena kekayaan sumber daya alamnya.
Dalam Buku ini, penulis sengaja menulis dengan gaya penulisan novel berdasarkan pada kisah nyata dan telah melalui riset yang cukup panjang. Penulis sengaja memperkenalkan nama Letkol Mochammad Sroedji dengan ejaan sebenarnya.Â
Hal ini untuk memberikan pengenalan tentang nama asli beliau karena di masyarakat dan buku-buku sejarah ditemukan sering di eja secara berbeda-beda. Oleh karena itu, penulis sengaja menggunakan ejaan baru semata-mata memudahkan para pembaca generasi muda agar tidak kesulitan dalam pengejaan nama tokoh dan mengingat tokoh sejarah tersebut.
Sosok Letkol Mochammad Sroedji yang diceritakan dalam buku tidak lain adalah kakek dari sang penulis, Irma Devita. Penulis menyampaikan sejarah Indonesia dari kisah kakeknya melalui karyanya yang berjudul "Sang Patriot: Sebuah Epos Kepahlawanan". Penulis mengungkapkan betapa situasi mengerikan tak henti-hentinya menimpa pejuang yang tertangkap tak mematahkan semangat perjuangan dalam menghadapi Belanda, kemudian berganti dengan penjajahan Jepang, dan dilanjutkan dengan NICA (Belanda).
Mochammad Sroedji lahir pada tanggal 1 Februari 1915 di Bangkalan, Madura dan seorang anak dari pasangan suami istri, Hasan dan Amni yang sama-samanya berasal dari Bangkalan, Madura. Sroedji tumbuh besar di masa penjajahan dari masa penjajahan Belanda, Jepang, dan NICA (Belanda).Â
Rasa semangatnya berkobar dan tekadnya sudah bulat membela negara dan ingin mengusir penjajah dari tanah air Indonesia dengan bergabung menjadi tentara melalui informasi selembar koran yang berisikan perekrutan tentara PETA.
Saat api perang berkobar di mana-mana, terutama di wilayah Jawa Timur, Letkol Mochammad Sroedji berjuang demi meraih kemerdekaan untuk Bangsa Indonesia dengan bergerilya bersama pasukannya dalam menghadapi penjajahan dan pemberontakan yang terjadi di wilayah Jawa Timur.
Letkol Mochammad Sroedji bersama pasukannya hanya dapat mengandalkan insting mereka dalam memahami titik lokasi dan waktu yang tepat. Dengan semangatnya yang menggelora, lebih baik terbunuh dalam keadaan syahid  daripada hidup dalam keadaan terjajah.
Letkol Mochammad Sroedji meninggal di tangan serdadu KNIL pada tanggal 8 Februari 1949 di Karang Kedawung, Jember. Jenazah Letkol Mochammad Sroedji diperlakukan secara tidak manusiawi oleh para serdadu KNIL. Dengan wajah bengis, para serdadu KNIL mengintimidasi warga Karang Kedawung dengan cara membentak, mencongkel mata warga, dan bahkan menembak warga yang tidak bersalah dengan pistol.
Belanda yang semula berniat untuk menghancurkan dan meruntuhkan semangat juang sisa pasukan Brigade Damarwulan, malah menuai akibat sebaliknya karena Serdadu Belanda tidak mengetahui bahwa Letkol Mochammad Sroedji dihormati di Jember dan betapa sakralnya jasad manusia meski sudah tak bernyawa. Rakyat Jember yang marah kemudian bersatu dan bertekad meneruskan cita-cita luhur dari Brigade Damarwulan atau Letkol Mochammad Sroedji dalam mengusir Belanda dari bumi pertiwi.Â
Pelajaran yang dapat diambil dari membaca buku ini adalah semangat patriotisme dan semangat juangnya yang patut ditiru oleh pemuda dan pemudi saat ini untuk mempertahankan kemerdekaan dari tumpah darah pahlawan dengan semangat juangnya agar tetap digunakan dengan cara yang sebetulnya.Â
Dengan membaca buku ini, kita jadi dapat belajar sejarah dan mengetahui kisah sejarah dari seorang pahlawan yang berjuang meraih kemerdekaan bangsa Indonesia serta kita juga dapat mengetahui istilah-istilah sejarah dari daftar istilah atau glosarium yang terdapat di dalam buku.Â
Saya harap kepada semua para pembaca buku novel agar memiliki koleksi buku novel yang seperti Sang Patriot ini. Terlepas dari menyukainya, saya hanya berharap untuk kedepannya diperbanyak buku-buku yang bertemakan sejarah dengan model seperti ini dan semoga saja sekolah-sekolah menjadikan novel Sang Patriot menjadi acuan dalam mempelajari sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia dan menarik minat bagi generasi muda saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI