Setelah beberapa bulan gema kegembiraan dan suka cita penduduk membludak mewarnai perkampungan. Akses jalanpun telah terbuka dan aktivitas kembali berjalan dengan semangat yang baru. Perjalanan menuju kota tak lagi menuai kendala dan hambatan berarti berbeda saat penduduk masih mengandalkan jalan setapak yang selalu berlumpur dan dipenuhi duri serta gelap penuh nyamuk  karna berada dibelantara hutan pegungan Ulumanda.
Pendapatan penduduk secara tiba-tiba meningkat drastis dan kilat pembelian barang-barang baru membanjiri setiap keluarga di desa-desa. Sebagian penduduk telah mengganti transportasi kuda menjadi mesin roda dua, ya mereka telah mampu membeli motor akibat ekonomi yang tak lagi terkapar lesu seperti monyet tua yang terkurung dalam jeruji yang sempit dipedalaman Sulawesi barat.
Tahun demi tahun terlampaui. Waktu bergerak dengan hiasan keceriaan masyarakat Kecamatan Ulumanda. Berbagai problem telah memudar bersama datangnya sentuhan pembangunan ke jalan-jalan dipegungan. Berbagai peristiwa hebat membombardir Kecamatan itu menarik dampak yang tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh mereka yang mendiami Kecamatan itu kini membayangi dan meningkatkan potensi untuk menarik mundur kemajuan masyarat ke dalam sejarah penderitaan yang dulunya akrab dengan mereka.
Transportasi yang terus menerus bermunculan serta teknologi yang tak terbendung arus aliran pertumbuhannya itu telah memanjakan kehidupan penduduk kini mereka mulai melihat dengan jelas akibat dari kemajuan. Ada saja diantara mereka yang tak kunjung menyadari akan pentingnya kesadaran sosial dalam era yang semakin modern itu.
Kondisi jalan menuju desa-desa tak mampu bertahan untuk waktu yang lama Kendaraan yang berlalu lalang menuju perkampungan telah banyak merusak sendi-sendi jalan hingga badan jalan mengalami kerusakan parah. Arus kendaraan penduduk setempat kembali terhalang lumpur akibat lubang-lubang jalan yang terus diguyur hujan dan menimbulkan genangan.
Dari waktu ke waktu kondisi jalan semakin buruk tak jarang masyarakat yang lebih memilih untuk berjalan kaki akibat jalan yang sulit untuk dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Menjelang tahun baru 2016 Penduduk kembali dirundung kegalauan akibat listrik yang rusak total dan akses jalan yang kini sulit untuk dilewati meski hanya dengan berjalan kaki. Jalanan menjelma tambak ikan kering penuh lumpur dan penuh bebatuan bak sungai kecil sampai sekarang 2019.
Ekonomi Masyarakat yang pada umumnya sebagai petani sangat merasakan dampaknya seperti Pasar yang ada berhenti beropersi di Dusun Taukong, Dusun Lombe dan Dusun kolehalang yang biasanya banyak penjual dari pedagang-pedagang serta penduduk yang bermukim disekitar jalan Trans Sulawesi membawa barang didagangkan disana kini tidak mau lagi bembawa barang dagangan-nya kesana meskipun ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai desa yang ada disana, karena alsan yang sama yaitu infrastruktur jalan yang dilauinya semakin parah akhirnya pasar-pasar tersebut tidak lagi digunakan.
Hasil pertanian seperti kakao sekitar 990, kelapa 759 ton, cabe rawit 29,5 ton, Lombok besar 25,2 ton, Tomat 20,5 ton, Bawang Merah 23,5 ton, Kangkung 20,3 ton, Bayam 20,7 ton, Kacang Panjang 30,2 ton, Terong 11,2 ton, Mangga 180 ton, Nanas 0,6 `ton, Pepaya 21,4 ton, dan Pisang 47,5 ton tercatat di https://majenekab.bps.go.id/publication/2018/09/26/8daafa1c14417dbd45c3ce41/kecamatan-ulumanda-dalam-angka-2018.html itu tidak dapat lagi dipasarkan seperti biasanya.