[caption caption="Mengingat Lupa"][/caption]Tampaknya suasana akan dingin dan membeku
Matahari baru saja tiba— di depan gerbang pintu malam
Sekarang langit sudah gelap
Warna jingga sudah pudar, dan hitam menjadi gantinya
Di luar kedai, hujan sibuk mengguyur
Menuang air dengan rintik seluas awan
Titik-titiknya jatuh seperti biasa
Menyapu debu—pada kulit kasar bebatuan
Dari tempatku duduk,
Ku lihat payung di kaki pintu—kedai itu
Aku bertanya, payung siapa ini?
“Itu payungku,” jawab si kecil bermata jelita
Menyedihkan sekali, rasanya jadi orang pelupa
Atau ditinggal pergi karena dianggap sibuk
Aku diam dan tubuhku gemetar
Wajahku pucat dan nafasku terhenti sejenak
Wajah itu. Juga suara itu.
Ku pejamkan mataku
Lalu ku tarik kembali memoriku
Seraya mengingat kembali, siapa pemilik suara itu
Dan akhirnya, Aku ingat
Mungkin inilah yang sempat kulupa
Wajah—, serta suara itu
Dia bocah yang kutabrak dua minggu lalu.
Samata-Gowa,02 Desember 2015
ilustrasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H