Rasa Bersalah:Â "Dasar aku, ini memang harus banget nabrak orang gitu. Harusnya tadi liat orang dulu dan sabar sebelum belok"
Apati:Â "Aku memang pantas menghadapi kecelakaan ini. Aku nggak berguna. Aku nggak mau melibatkan diriku ke Rumah Sakit, prosedurnya lama! Orang ini juga sepertinya baik-baik saja, oh motornya sedikit penyok. Itu juga salah dirinya tidak sabar"
Dukacita: "Aku harus bagaimana? motorku rusak. Diperbaiki akan makan banyak biaya. Aduh, ada asuransinya nggak ya? Uangku bakal habis!"
Ketakutan: "Dia pasti akan marahi aku habis-habisan. Aku harus bagaimana?"
Hasrat: "Jika aku merasa korban juga, dia tidak akan menuntut minta ganti rugi. Sebaliknya, aku juga harus terlihat lebih menderita karena dia yang salah"
Amarah:Â "Eh! Ngendarain motor tu liat-liat dong lu! Pake mata! Jangan tiba-tiba main masuk aja. Emang ini jalan punya lo?"
Kebanggaan: "Bodoh banget sih lo! Oh Tuhan. Kenapa aku harus berusan dengan orang-orang yang nggak tahu cara memakai jalan umum!"
Keberanian: "Oh, aku telah melakukan kesalahan. Semoga kita baik-baik saja. Ini sulit, tapi mudah-mudahan bisa dibicarakan dengan baik-baik. Kita sama-sama mendapat ketidakuntungan."
Kenetralan:Â "Hal seperti ini biasa terjadi, meski aku tidak mengharapkan terjadi padaku. Baiklah kita coba berbicara baik-baik, semoga dia baik-baik saja."
Kesediaan:Â "Aku dalam keadaan sulit, tapi bagaimana agar ia tidak mengalamai kesulitan yang sama. Bagaimana aku membantu menenangkan orang itu?"
Penerimaan: "Ya sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Untung saja hanya motor yang rusak, itu pun cuma beberapa bagian. Alhamdulillah, tidak ada kecelakaan serius"