Lalu apa output yang dihasilkan?
Nah, output dari Ilmu Perbandingan Agama nantinya dapat digunakan untuk kepentingan seperti dialog antar agama, kerukunan beragama, mediasi, dakwah atau misi serta lainnya. Hanya, perlu dicatat pula bahwa kegunaan seperti itu sebetulnya ada di luar ranah keilmuan Ilmu Perbandingan Agama sebab titik berat dari comparative religion atau studi agama lebih kepada Ilmu Teoritis.
Saya kira, jurusan studi agama juga cocok bagi mereka yang ingin bergelut dalam keilmuan humaniora. Jadi yang beken itu nggak melulu jurusan psikologi, sosiologi, antropologi, atau politik. Tapi kalau suka dengan isu keberagaman, entis, budaya, agama, perdamaian, barangkali studi agama dapat juga mendapat tempat untuk diperhatikan.Â
Dan semoga tidak ada stigmatisasi buruk bagi mahasiswa yang sedang mempelajari manusia dan agamanya (atau tidak beragama sama sekali) ke depannya. Karena kami belajar untuk tidak membandingkan apa yang seharusnya tidak perlu dibandingkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H