Mohon tunggu...
Muhsin Nuralim
Muhsin Nuralim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at UIN Sunan Kalijaga in Religious Studies | English Tutor | Bibliophile

Menulis untuk belajar memahami perspektif lain dan menghargai keberagaman

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mengasah Skill "Mindfulness: Seni Menggengam Waktu"

15 April 2021   06:30 Diperbarui: 15 April 2021   07:05 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kelvin Valerio from Pexels.com


"Ting!"

"Buzz...Buzz...Buzz!"

Suara notifikasi sosial media selalu menjadikan kita tak kunjung beranjak dan terbebas dari handphone masing-masing. Kecuali mungkin kalo nggak ada koneksi internet, baru deh tangan kita bisa lepas dari keasyikan selancar di dunia maya.

Kecenderungan untuk tidak bisa lepas dari dunia penuh notifikasi itu melahirkan fenomena FOMO (fear of missing out); Rasa cemas dan takut kehilangan sesuatu. Disadari atau tidak, sebagai warga milenial yang kebanyakan menghabiskan waktu di dunia digital perasaan seperti cemas, rendah self-esteem, dan anxiety kerap muncul.

Sebagai respon atas beragam perasaan yang dikategorikan kepada istilah mental health itu, lahirlah cara-cara untuk menanggulangi fenomena FOMO, JOMO misalkan (joy of missing out). Tapi, yang akan kita diskusikan di sini adalah konsep tentang hadir pada momen, being in the present.

Ngaku aja deh, sebagai manusia, kita pasti memiliki permasalahan-permasalahan yang terus menghantui pikiran kita. Masa lalu yang terus disesali, masa depan dan ketidakpastiannya yang menjadikan kita khawatir, tugas numpuk dengan deadline mepet, atau masalah hutang dan bingung cara melunasinya (emang sih kalo masalah hutang bikin kepala pening).

Saking banyaknya hal-hal yang kita pikirkan, kadang tuh kita lupa pada apa yang kita miliki. Pada pengalaman yang kita rasakan, pada momen yang mungkin tak akan pernah terulang. Kecenderungan-kecenderungan memikirkan segudang masalah menjadikan kita sulit untuk bertahan dalam mode konsentrasi lama-being in the present, at the moment.

Alih-alih mengembangkan keterampilan seperti penambahan kosa kata baru dalam belajar bahasa asing, keterampilan memasak, keterampilan marketing, atau keterampilan lain yang menuntut kita meluangkan waktu yang tak pernah kita punya. Saya mau bagikan salah satu keterampilan yang rasanya cocok diaplikasikan siapa saja, sibuk atau enggak, saat Ramadhan kali ini, yaitu mindfulness.

Konsep mindfulness sangat sederhana sekali. Intinya kita hadir pada waktu saat ini. Setidaknya itu yang saya pahami atas mindfulness. 

Iya kan? Kadang tuh kita terlalu banyak memikirkan hal yang sudah lalu, yang tak bisa kita ulang, atau masa depan yang belum tergenggam. Pikiran-pikiran sibuk kita menjadikan kita lupa pada masa yang kita pijak, pada saat ini yang kita miliki.

Kalo kata Justin Timberlake mah "Yesterday is history, and tomorrow is mystery" saya tambahkan, but today is a gift. Itulah kenapa Bahasa Inggris-nya sekarang adalah present (hadiah).

Saat ini merupakan hadiah. Waktu yang hanya kita punya adalah saat ini, bukan kemarin atau besok.

Dengan memahami konsep dari mindfulness, kita bisa terapkan di mana dan kapan saja. Misal saja, saat ini kita kan sedang puasa, artinya dengan menyadari bahwa kita sedang berpuasa kita akan lebih aware (sadar) pada apa-apa yang kita lakukan. Atau kalo kita lagi nonton YouTube, yaudah fokus aja kita sedang dalam fase hiburan, tapi jangan kebablasan, ya, itu mah sama aja dong nggak latihan mindfulness.

Jika kita bawa konsep mindfulness pada term islam, mungkin itu bisa kita sebut sebagai 'khusyuk'. Bayangkan konsep ini sebenarnya tuh jauh-jauh udah dikasih contoh oleh Rasulullah SAW. Mana buktinya?

Aelah masa nggak sadar sih? Kita sebagai umat muslim selalu dituntut untuk sholat lima waktu (minimal yang wajib), terus belum lagi kalo kita melakukan sholat-sholat sunnah seperti tahajjud, dhuha, rowatib, dan sebagainya.

Tapi sadar nggak? Berapa kali kita menyadari bahwa kita itu sedang sholat. Kita sedang melakukan ibadah. Kita sedang menghadap Allah SWT, berdiaolog dalam lantunan doa dan gerakan-gerakan kita. Sering banget kita luput untuk hadir pada momen itu, not being in the present.

Suka ada humor "kalo kita lupa menyimpan barang, kunci misalnya, yaudah sholat aja!" Artinya apa ke-khusyuk-an kita jarang hadir dalam sholat. Kita sering memikirkan hal-hal yang menurut kita itu penting. Bukan nggak boleh juga sih mikirin banyak hal, asalkan jangan sampai kepikiran terus dan nggak dikerjain aja.

Nah, konsep mindfulness bisa kita terapkan dalam situasi dan kondisi apapun. Caranya cukup sadari dan hargai atas waktu saat ini, waktu yang kita punya (the present). Sangat sederhana memang, tapi aplikasinya menuntut banyak latihan.

Sehingga dengan bertambahnya skill untuk mental kita, semoga buah dari Ramadhan tahun ini tidak hanya menyehatkan jasmani-rohani saja, melainkan pikiran dan mental kita ikut sehat berkat keterampilan mindfulness yang telah atau sedang kita kembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun