Mohon tunggu...
Muhsin Labib
Muhsin Labib Mohon Tunggu... -

Praktisi Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Takbir: Tabrakan di Udara Malam Lebaran

14 Oktober 2013   20:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran identik takbiran. Masjid dan surau online 24 jam berlomba mengumandangkannya hingga kadang saking padatnya lalu lintas gelombang yang memuatnya, suaranya tak terdengar karena tabrakan di angkasa.

Zikir yang sgt populer dan sering dimanipulasi adalah kata takbir "Allahu akbar". Banyakyang mengartikannya dengan "Allah mahabesar". Padahal "mahabesar" dlm list Asmaul Husna telah diwakili oleh "Alkabir".

“Akbar” mengikuti format baku gramatika Arab yang bermakna superlatif sehingga bisa diterjemahkan "paling besar" dan "lebih besar". Allahu akbar menjadi password untuk memasuki ruang kedap dosa dan steril dari semua hal yang duniawi. Ia juga menjadi kata yang menegaskan kekerdilan makhluk-makhluk semi ada supaya tidak lupa diri dan menganggap dirinya besar.

Takbir seperti zikir lainnya telah menjadi korban manipulasi, interpolasi, seremisasi dan dangdutisisasi. Takbir bisa terdengar bukan saat kegembiraan silaturahmi tapi ia bisa menjadi kata pembuka mutilasi, penggorokan, pemancungan, pembunuhan, penyeretan dan segala aksi kesadisan yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggapnya sebagai ibadah dan amar makruf, nahi munkar serta jihad.

Takbir dulu biasanya dikumandangkan dari masjid. Kini sangat mungkin diteriakkan sambil membakar masjid. Takbir juga sering terdengar di ruang sidang pengadilan saat orang yang nyata2nya melakukan korupsi divonis bebas atau saat orang yang tidak terbukti melakukan tindakan kriminal divonis penjara dengan tuduhan menodai agama.

Tulisan lainnya

Pikadaluarasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun