Mohon tunggu...
Muhsin Assegaf
Muhsin Assegaf Mohon Tunggu... -

Seseorang yang sedang mencari kebenaran sejati. Adakah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Mind Map?

21 April 2012   10:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19 2695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Bagian 1)

Mind Map berarti peta pemikiran. Dalam menjelaskan Mind Map, saya akan membaginya dalam dua tahap. Pertama, apa Mind Map dalam konteks metode berpikir. Dan kedua, bagaimana Mind Map sebagai sebuah metode berpikir.

Saya mulai dari yang pertama. Dalam konteks metode berpikir, Mind Map adalah cara alternatif bagaimana kita berpikir. Sementara ini, banyak dari kita berpikir secara linear dengan cara mendaftar, merunut, menganalisis, berlogika, ketika memikirkan satu masalah pokok. Saya tidak bermaksud mengatakan itu salah, tetapi pokok masalah itu bisa dipikirkan dengan cara lain, lebih menarik.

Kenapa ada dua alternatif memikirkan masalah? Dua alternatif ini bukan sesuatu yang muncul akibat dari hasil selera subjektif kita saja sebagai pemikir, melainkan berdasarkan pada pertimbangan objektif tentang dua bagian Serebrum. Serebrum adalah salah satu bagian dari otak manusia. Serebrum memiliki dua bagian dengan dua fungsi berbeda. Orang menyebut bagian pertama dengan otak kanan dan lainnya dengan otak kiri.

Kenapa kita sering berpikir linear? Karena kita sedang memanfaatkan fungsi otak kiri. Barangkali, karena kita jarang memanfaatkan fungsi otak kanan, akibatnya kita jarang berpikir tidak linear. Setelah penelitiannya tentang cara kerja otak kanan secara khusus, Tony Buzan mau mengajak kita berpikir dengan cara berbeda. Sebuah cara yang memaksimalkan potensi otak kiri dan kanan secara sinergis. Tidak seperti otak kiri yang cenderung linear, otak kanan cenderung memencar, bercabang-cabang dalam kreasi, nyaman dengan warna-warna, gambar, dan yang paling penting suka memandang masalah secara holistik: secara kesuluruhan masalah mulai pokok, cabang utama sampai sub cabang. Menangkap cara kerja otak kanan ini, Toni Buzan justru ingin menawarkan kepada kita, kenapa kita tidak berpikir dengan memanfaatkan kedua potensi akal ini secara sinergis? Pasti akan mengantarkan kepada kepada sebuah hasil pemikiran yang berbeda dan lebih berkualitas. Sebuah pemikiran yang didorong oleh satu mesin, otak kiri saja, akan berbeda apabila didorong oleh dua mesin sekaligus.

Cara berpikir secara sinergis dengan memanfaatkan kekuatan dua bagian otak sekaligus harus ditemukan, inilah prinsip yang melandasi analisan Toni Buzan terhadap fungsi akal. Kalau sementara ini kita lebih banyak menggantungkan semua aktifitas berpikir kita pada bagian kiri otak kita, sekarang Toni Buzan mengajak untuk melibatkan peran bagian kanan otak kita pada saat yang sama di saat memikirkan satu masalah. Toni akhirnya berhasil mengidentifikasi cara yang paling tepat menggabungkan peran kedua bagian otak ini sekaligus. Cara ini disebutnya dengan metode Mind Map. Cara berpikir yang disebut Toni dengan Mind Map ini adalah cara alamiah kita berpikir, bukan cara yang kita buat-buat lalu kita desakkan kepada akal kita untuk memanfaatkannya. Cara asing yang dipaksakan kepada akal tidak akan pernah berhasil, karena tidak begitu akal bekerja. Biarlah akal yang menyarankan kepada kita bagaimana memaksimalkan potensi dirinya dengan cara yang justru dia rekomendasikan secara alamiah kepada kita. Kita tidak perlu mencari cara berpikir secara terbalik: kita merumuskan cara berpikir tanpa melibatkan apa kata akal, lalu kita berikan cara itu kepada akal kita untuk diandalkan dalam memikirkan setiap masalah.Karena itu, metode Mind Map, menurut pengakuan Toni, adalah cara paling alamiah untuk bagaimana kita memikirkan suatu masalah.

Untuk hal kedua, sekarang saya akan menguraikan secara lebih detail lagi bagaimana cara Mind Map bekerja. Mind Map mau menyempurnakan apa yang kurang pada cara berpikir linear. Bagaimana caranya? Pertama-tama kita harus mendata bagaimana karasteristik otak kiri dan kanan memikirkan sesuatu, lalu kita akan memanfaatkan semua karasteristik dari kedua otak tersebut dengan manggabung, mencampur, melebur keduanya dalam satu metode, ya satu cara saja, yang dapat mengakomodasi kedua karasteristik kedua otak tersebut. Kita tidak akan menggunakan otak kiri dengan satu metode berpikir, dan otak kanan dengan metode lainnya. Cara menggunakan kedua bagian otak secara terpisah berarti tidak sinergis: suatu yang bukan tujuan dari metode Mind Map. Mind Map mau menawarkan sebual alternatif cara berpikir yang lebih spektakuler: menggabungkan kemampuan kedua otak dalam satu metode, tidak perlu dua metode terpisah untuk dua bagian otak. Kalau kita hanya berpikir linear dengan seperti kegiatan merunut, mendaftar, menganalisa dan sederetan cara berpikir linear lainnya, hanya otak kiri yang berfungsi. Kalau kita hanya pandai berpikir dengan memainkan imajinasi, irama, warna dan pemahaman holistik, hanya otak kanan yang berfungsi. Nah, di sini Mind Map mau memainkan perannya. Mind Map ditemukan sebagai satu metode yang mencampur kedua keunikan cara bekerja dalam dua bagian akal sekaligus. Dengan sekali berpikir menggunakan metode Mind Map, kedua bagian akal berfungsi seimbang dan sama baiknya.

Berpikir sinergis mengaktifkan semua fungsi dua bagian akal sekaligus itulah tujuan metode Mind Map. Supaya cara kerja Mind Map semakin jelas buat kita semua, kita akan mendaftar terlebih dahulu karasteristik cara kerja otak kanan dan otak kiri.

Berikut ini karasteristik otak kiri: kata-kata, logika, angka, urutan, daftar, dan analisis. Dan berikut ini karasteristik otak kanan: imajinasi, berirama, kesadaran ruang, melamun, warna, dimensi, dan melihat secara holistik. Sekarang mampukah cara berpikir Mind Map mengumpulkan semua karasteristik itu dalam satu cara dan gaya berpikir?Membawa contoh, saya pikir cara paling tepat untuk menjawab pertanyaan ini.Lebih dari itu saya juga berpikir bahwa contoh yang paling tepat adalah dengan menengahkan persoalan yang sangat “otak kiri” sekali atau “otak kanan” sekali, lalu kita akan coba memikirkan persoalan itu dengan kedua otak sekaligus. Sekarang coba kita perhatikan bersama-sama bagaimana satu masalah berikut ini dipikirkan dengan memaksimalkan kedua fungsi akal sekaligus.

Kita pernah dihadapkan pada persoalan ketuhanan.Sebagai penganut paham teisme, kita tentu dituntut untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Sementara ini terlalu persoalan teologis ini terlalu sering dipikirkan secara linear dan logis. Sekarang kita akan mencoba memikirkannya menggunakan pendekakatan Mind Map.

Pertama, kita pusatkan keberadaan sebagai dasar argumentasi.

Kedua, kita akan menarik cabang-cabang utama yang punya andil dalam pembuktian ketuhanan dari pusat argumenasi, yaitu keberadaan. Cabang-cabang utama yang dimaksud adalah tiga:

1.Kemungkinan keberadaan itu ada.

2.Kemungkinan keberadaan itu tiada.

3.Kemungkinan keberadaan itu ada sekaligus tiada.

Ketiga, kita akan menumbuhkan cabang utama menjadi beberapa sub cabang. Dari cabang kemungkinan keberadaan ada, setelah dipikirkan ada beberapa kemungkinan lagi, bisa dikembangkan menjadi dua sub:

1.Keberadaan yang ada itu tidak begantung secara eksistensial kepada selainnya.

2.Keberadaan yang ada itu begantung secara eksistensial kepada selainnya.

Kalau tidak begantung, itulah yang kami maksud dengan Tuhan: Dzat yang tidak bergantung secara eksistensial kepada apa pun.

Kalau bergantung, kepada apa dia bergantung? Ada dua kemungkinan sub berikutnya:

1.Bergantung kepada Tuhan, berarti Tuhan ada.

2.Atau bergantung kepada selain Tuhan.

Bergantung kepada selain Tuhan, memunculkan dua sub lagi:

1.Yang selain Tuhan itu bergantung kepada selainnya.

2.Yang selain Tuhan itu tidak bergantung kepada selainnya.

Kalau tidak bergantung kepada apapun, itulah yang kami maksud dengan Tuhan.

Kalau bergantung kepada selainnya lagi, tapi bukan Tuhan, kemungkinan hanya akan membariskan sederet sesuatu yang semua bergantung tanpa ada sesuatu yang akhirnya tidak bergantung sama saja dengan kalau kita mengandaikan mengangantung sederet rantai yang tidak ada satupun dari mata rantai itu yang pada akhirnya tidak bergantung kepada apa pun. Kira-kita menurut nalar Anda bagaimana nasib dari semua mata dari rantai tersebut? Kalau menurut saya, mata rantai bergantung ditambah mata rantai bergantung hasilnya adalah dua mata rantai bergantung. Kalau kita tambahkan satu mata lagi, hasilnya adalah tiga mata rantai bergantung. Dan kalau kita tambahkan mata rantai bergantung yang tak terbatas, hasilnya tetap sama: semuanya bergantung, tapi (ini yang bikin mustahil) tanpa ada yang menggantung mereka. Apakah mungkin semua yang ada bergantung, tapi tidak ada yang menggantungnya? Saya pastikan itu mustahil. Karena mustahil, harus ada di penghujung mata rantai itu, sebanyak apapun, mata yag tidak lagi bergantung kepada mata lainnya, dan dialah yang menggantung semua mata rantai di bawahnya. Sekedar mengingatkan, rasanya tidak mungkin kita menggantungkan mata rantai di udara, karena tidak ada yang mengikatnya.

Selanjutnya tentang kemungkinan keberadaan itu tiada, tidak perlu diragukan lagi hal ini mustahil. Jadi, kemungkinan ini sama sekali tidak dapat dipertahankan lagi.

Dan selanjutnya yang ketiga, tentang kemungkinan bahwa keberadaan itu ada sekaligus tiada. Tentang kemungkinan ini, juga tidak perlu disangsikan lagi, dia mustahil. Jadi, kemungkinan ini pun gugur.

Setelah membicarakan semua kemungkinan, kita dapat sampai pada suatu pemandangan yang sangat jelas dan mudah: semua cabang yang dimungkinkan hanya akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada.

Mudah-mudahan Anda dapat menangkap apa saya maksud dalam argumentasi di atas. Cara penyajian argumentasi di atas sangat “otak kiri”: Bermain dengan kata-kata, linear, logis. Mungkin sulit untuk diserap sekaligus secara holistik. Tapi dengan merubah cara nalar di atas dengan bentuk Mind Map di bawah ini, nalar itu akan secara lebih mudah. Meski ciri otak kiri masih dipertahankan dalam Mind Map di bawah ini, kelebihan otak kanan akan membuat nalar di atas menjadi lebih mudah untuk diserap.

Terakhir, saya akan mencoba merubah cara nalar tentang Mind Map dalam tulisan ini yang cenderung liner ke dalam gaya berpikir Mind Map. Maka, hasilnya kira-kira begini:

1335002561703803925
1335002561703803925

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun