Mohon tunggu...
Muhamad Samingan
Muhamad Samingan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Universitas Pertahanan RI

Mengamati dan menganalisa kondisi dan keadaan agar menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Geo-Strategi Peperangan Anti-Akses dan Ancaman Konflik di Laut China Selatan Terhadap Kedaulatan Indonesia

1 Juni 2024   00:13 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:45 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://amti.csis.org/power-projection-network/

Konflik di Laut China Selatan (LCS) semakin menjadi perhatian utama dalam studi geopolitik global, terutama bagi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Artikel ini membahas strategi peperangan anti-akses atau Anti-Access/Area Denial (A2/AD) dan implikasinya terhadap kedaulatan Indonesia di tengah ketegangan yang meningkat di LCS. Melalui analisis terhadap penerapan A2/AD oleh Tiongkok, artikel ini mengevaluasi ancaman terhadap wilayah Natuna Indonesia serta respon strategis yang telah dan dapat diambil oleh Indonesia untuk mempertahankan kedaulatannya.

Laut China Selatan merupakan wilayah strategis dengan kepentingan ekonomi dan militer yang sangat tinggi. Konflik di wilayah ini melibatkan klaim teritorial oleh beberapa negara, dengan Tiongkok mengklaim hampir 90% wilayah tersebut melalui "garis sembilan putus-putus." Indonesia, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam klaim teritorial, menghadapi ancaman terhadap kedaulatannya di wilayah Natuna. Studi ini mengkaji strategi A2/AD yang diterapkan oleh Tiongkok dan dampaknya terhadap keamanan Indonesia.

Gambar 1. Akses Laut Cina Selatan

Peperangan Anti-Akses: Definisi dan Penerapan

Strategi A2/AD bertujuan untuk mencegah musuh memasuki atau beroperasi dalam wilayah tertentu. Dalam konteks LCS, Tiongkok telah mengembangkan sistem rudal anti-kapal, pertahanan udara, dan sensor bawah laut untuk mengamankan klaim teritorialnya. Pulau-pulau buatan yang dilengkapi dengan fasilitas militer memperkuat kemampuan Tiongkok dalam menerapkan strategi A2/AD.

CSIS/AMTI/D.Rosenberg/MiddleburyCollege/HarvardAsiaQuarterly/Philgovt/ChinaMaritimeSafetyAdministration
CSIS/AMTI/D.Rosenberg/MiddleburyCollege/HarvardAsiaQuarterly/Philgovt/ChinaMaritimeSafetyAdministration

Gambar 2. Peta Klaim Sengketa Di laut Cina Selatan

Ancaman di Laut China Selatan

Klaim teritorial Tiongkok menciptakan tumpang tindih dengan ZEE negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Insiden berulang yang melibatkan kapal penangkap ikan dan penjaga pantai Tiongkok di ZEE Indonesia di sekitar Natuna memperlihatkan ancaman terhadap kedaulatan Indonesia. Strategi A2/AD Tiongkok meningkatkan kompleksitas situasi ini dengan kehadiran militer yang kuat di wilayah tersebut.

https://amti.csis.org/power-projection-network/
https://amti.csis.org/power-projection-network/

Gambar 3. Proyeksi Kekuatan Cina di Laut Cina Selatan

Respon Strategis Indonesia

Indonesia telah secara signifikan meningkatkan kapasitas militernya di wilayah Natuna sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dihadapi dari strategi A2/AD Tiongkok. Langkah-langkah strategis yang diambil oleh Indonesia bertujuan untuk memastikan kedaulatan nasional serta menjaga stabilitas dan keamanan regional.

  • Penguatan Pertahanan Wilayah: Salah satu langkah utama yang diambil oleh Indonesia adalah pembangunan pangkalan militer di Natuna. Pangkalan ini dilengkapi dengan fasilitas modern untuk mendukung operasi militer yang berkelanjutan. Penempatan unit-unit militer seperti batalyon infanteri, marinir, dan satuan artileri di wilayah ini memastikan bahwa Indonesia memiliki kehadiran militer yang kuat dan siap dalam menghadapi segala bentuk ancaman. Pembangunan infrastruktur tambahan seperti dermaga kapal perang dan landasan udara juga memungkinkan respons cepat terhadap insiden di perairan sekitar Natuna.
  • Modernisasi Alutsista: Dalam rangka meningkatkan kapabilitas militer, Indonesia telah menginvestasikan anggaran yang signifikan untuk pengadaan kapal perang terbaru, pesawat patroli maritim, dan sistem radar canggih. Kapal perang yang dibeli termasuk fregat dan korvet yang dilengkapi dengan sistem persenjataan dan sensor terkini, memungkinkan operasi maritim yang lebih efektif. Pesawat patroli maritim yang baru diperoleh mampu melakukan pengawasan yang lebih luas dan mendalam di wilayah ZEE, serta dilengkapi dengan teknologi anti-kapal selam dan anti-permukaan. Selain itu, instalasi sistem radar yang lebih canggih meningkatkan kemampuan deteksi dan identifikasi terhadap kapal-kapal asing yang memasuki wilayah perairan Indonesia secara ilegal.
  • Latihan Militer Bersama: Untuk meningkatkan kesiapan dan interoperabilitas angkatan bersenjata, Indonesia aktif berpartisipasi dalam latihan militer bersama dengan negara-negara mitra seperti Amerika Serikat. Latihan ini tidak hanya memperkuat kemampuan taktis dan operasional, tetapi juga memperdalam hubungan militer bilateral yang penting. Contoh latihan tersebut adalah "Garuda Shield", yang melibatkan skenario-skenario pertahanan dan serangan yang relevan dengan ancaman di wilayah maritim. Partisipasi dalam latihan multilateral dengan negara-negara ASEAN lainnya juga meningkatkan koordinasi regional dalam menghadapi ancaman bersama di Laut China Selatan.
  • Diplomasi Proaktif: Indonesia juga mengambil pendekatan diplomasi proaktif dalam menghadapi situasi di Laut China Selatan. Melalui forum-forum internasional seperti ASEAN, PBB, dan pertemuan bilateral, Indonesia terus menggalang dukungan untuk menekan Tiongkok agar menghormati hukum internasional, terutama UNCLOS. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, Indonesia menekankan pentingnya penyelesaian sengketa secara damai dan mematuhi putusan hukum internasional yang ada. Selain itu, Indonesia juga berperan aktif dalam menyusun dan mendorong pelaksanaan Deklarasi Perilaku di Laut China Selatan (Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea) dan kode etik yang mengikat untuk mencegah eskalasi konflik.

Melalui langkah-langkah strategis ini, Indonesia berupaya tidak hanya mempertahankan kedaulatannya, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas dan keamanan regional di Laut China Selatan. Upaya ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk menjaga perdamaian dan keamanan di wilayah yang sangat penting ini, sambil terus memperkuat posisinya dalam menghadapi tantangan geopolitik yang kompleks.

Analisis Geo-Strategi Peperangan Anti-Akses untuk Indonesia

Dalam menghadapi dinamika di Laut China Selatan, Indonesia dapat mengadopsi strategi Anti-Access/Area Denial (A2/AD) sebagai langkah untuk melindungi kedaulatannya dan mengamankan kepentingan nasional. Strategi A2/AD bertujuan untuk mencegah akses militer dan ekonomi oleh pihak luar ke wilayah yang dianggap vital, seraya memperkuat kontrol dan pengawasan di wilayah tersebut.

  • Penguasaan dan Pengamanan Jalur Perdagangan Vital: Sebagai negara kepulauan dengan posisi strategis, Indonesia memiliki kepentingan besar dalam menjaga jalur perdagangan maritim yang melewati wilayahnya. Sekitar sepertiga dari total perdagangan maritim dunia melewati kawasan Asia Tenggara, termasuk Laut China Selatan. Dengan mengadopsi strategi A2/AD, Indonesia dapat memperkuat kontrol atas jalur-jalur laut yang vital, memastikan keamanan perdagangan, dan mencegah penetrasi oleh kekuatan asing yang tidak diinginkan.
  • Pengembangan Sistem Pertahanan Canggih: Dalam menerapkan strategi A2/AD, Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan penyebaran sistem pertahanan yang canggih. Ini termasuk rudal anti-kapal yang mampu menghancurkan kapal musuh sebelum mencapai wilayah Indonesia, sistem radar yang mampu mendeteksi dan melacak pergerakan kapal dan pesawat asing, serta jaringan sensor bawah laut untuk mendeteksi aktivitas kapal selam. Misalnya, pengembangan rudal anti-kapal seperti rudal jelajah yang mampu mencapai target di jarak jauh akan meningkatkan kemampuan defensif Indonesia.
  • Penguatan Infrastruktur Militer di Pulau-Pulau Terluar: Pembangunan dan peningkatan pangkalan militer di pulau-pulau terluar, seperti di Natuna, dapat memberikan keunggulan strategis bagi Indonesia. Pangkalan-pangkalan ini harus dilengkapi dengan fasilitas yang memadai untuk mendukung operasi militer jangka panjang, termasuk landasan udara, dermaga kapal perang, dan fasilitas logistik. Keberadaan pangkalan militer yang kuat di pulau-pulau ini akan memperkuat kontrol Indonesia atas wilayah ZEE dan mencegah penetrasi oleh kekuatan asing.
  • Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi: Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi pertahanan merupakan elemen kunci dalam strategi A2/AD. Indonesia harus fokus pada pengembangan teknologi yang dapat memberikan keunggulan strategis, seperti drone maritim untuk pengawasan, sistem perang elektronik untuk mengganggu komunikasi musuh, dan teknologi siber untuk melindungi infrastruktur kritis. Inovasi dalam teknologi pertahanan akan memungkinkan Indonesia untuk menghadapi ancaman dengan lebih efektif dan efisien.
  • Penegakan Hukum Maritim: Selain aspek militer, strategi A2/AD Indonesia harus mencakup penegakan hukum yang ketat di wilayah maritim. Patroli rutin oleh angkatan laut dan penjaga pantai untuk mengawasi dan menangkap pelanggar hukum di perairan Indonesia sangat penting. Penegakan hukum yang tegas akan memperkuat klaim kedaulatan Indonesia dan mencegah aktivitas ilegal seperti penangkapan ikan ilegal dan penyelundupan.
  • Dengan menerapkan strategi A2/AD yang komprehensif, Indonesia dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan dan ancaman di Laut China Selatan. Strategi ini tidak hanya akan memperkuat kemampuan pertahanan Indonesia, tetapi juga meningkatkan stabilitas dan keamanan regional, memastikan bahwa kepentingan nasional Indonesia terlindungi dengan baik.

Tantangan dan Solusi

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan antara menjaga kedaulatan dan menghindari eskalasi konflik dengan Tiongkok. Solusi yang mungkin dapat diterapkan mencakup:

  1. Kerjasama Regional: Menggagas inisiatif-inisiatif baru dalam kerangka ASEAN untuk meningkatkan solidaritas dan kerjasama keamanan maritim.
  2. Peran Aktif dalam Forum Internasional: Mendorong penyelesaian sengketa melalui forum internasional seperti PBB dan mendorong penerapan UNCLOS secara konsisten.
  3. Pengembangan Teknologi Militer: Investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi militer untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan maritim.

Kesimpulan

Dalam menghadapi dinamika geopolitik di Laut China Selatan, strategi A2/AD dapat menjadi pendekatan yang efektif bagi Indonesia untuk mempertahankan kedaulatannya dan menjaga stabilitas regional. Implementasi strategi A2/AD oleh Indonesia memerlukan penguatan kemampuan militer melalui modernisasi alutsista, seperti pengadaan rudal anti-kapal, sistem radar canggih, dan sensor bawah laut. Selain itu, pembangunan infrastruktur pertahanan di wilayah strategis seperti Natuna akan meningkatkan kemampuan defensif Indonesia.

Diplomasi proaktif juga sangat diperlukan untuk membangun aliansi dan menggalang dukungan internasional guna menekan Tiongkok agar mematuhi hukum internasional, terutama UNCLOS. Melalui pengawasan terus-menerus di wilayah perairan dan partisipasi dalam latihan militer bersama dengan negara-negara mitra, Indonesia dapat meningkatkan kesiapan militernya dan memperkuat kerjasama regional. Dengan demikian, penerapan strategi A2/AD oleh Indonesia akan menjadi kunci dalam menghadapi ancaman yang semakin kompleks dan melindungi kepentingan nasional Indonesia di masa depan.

Referensi

CSIS/AMTI/D.Rosenberg/MiddleburyCollege/HarvardAsiaQuarterly/Phil govt/ChinaMaritimeSafetyAdministration

J. Michael Dahm, Introduction to South China Sea Military Capabilities, John Hopkins (2020)

https://amti.csis.org/power-projection-network/

Evan A. Laksmana, Ph.D., Senior Fellow for Southeast Asia Military Modernisation. International Institute for Strategic Studies (IISS). “Geo-strategi peperangan anti-akses Implikasi dan Pilihan Indonesia”. Seminar Nasional Mempertahankan NKRI Tinjauan Strategi Pertahanan Nusantara (2023) 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun