Metode pembelajaran yang profesional tidak akan bisa terwujud apabila Sumber Daya Manusia sang pengajar tidak sesuai dengan apa yang dia sampaikan kepada muridnya. Apa mungkin bisa seorang guru mengajarkan sesuatu yang bukan dari baground disiplin ilmu yang mereka kuasai bahkan ada banyak indikasi tamatan yang non pendidkan tetap bisa jadi tenaga pengajar disekolah, Hal ini perlu jadi pertimbangan pemerintah daerah untuk memperhatikan apa sudah ada standar kelayakan untuk mendirikan sekolah baru apakah itu SMA atau SMP satu atap dengan mengacuh standar jumlah siswa, tenaga pengajar yang harus disesuaikan dengan skill dan latar belakang ijazah dan izin mengajar kemudian sarana penunjang seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat-alat lainnya terutama di Sekolah Menengah Atas sehingga apa yang diharapkan tenaga pengajar yang propesional sesuai dengan skillnya, akan mampu mencetak siswa yang unggul dan berkualitas.
Ketiga, menyelenggarakan pendidikan sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Wilayah kepulauan dilihat dari sudut geografis, budaya, dan cara berpikir sangat berbeda dengan wilayah daratan yang ada di kabupaten Pangkep. Wilayah kepulauan yang terdiri dari gugusan pulau yang saling berjauhan menjadi permasalahan tersendiri. Tidak terkonsentrasinya penduduk dengan jumlah lulusan yang berbeda-beda di setiap pulau serta keinginan untuk melanjutkan pendidikan akan berpengaruh pada jumlah perekrutan siswa di tingkat lanjutan sehingga masih ada sekolah yang standar jumlah siswanya masih sangat rendah terutama Sekolah Menengah Atas. Kemudian masih ada pola pikir sebagian masyarakat kepulauan yang menganggap bahwa pendidikan bukan prioritas utama akan tetapi bagaimana seorang anak terutama laki-laki mampu menafkahi dirinya dan orang tua dengan bekerja sebagai nelayan sehingga sebagian besar anak yang melanjutkan pendidikan adalah anak juragan, anak guru atau tokoh masyarakat yang sudah memahami pentingnya pendidikan dan kemampuan modal untuk membiayai anaknya dalam melanjutkan sekolah.
Dengan kondisi seperti itu diharapkan pemerintah daerah lebih sensitif untuk membangun dunia pendidikan di kepulauan terpencil dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai dengan melihat kondisi geografis, standar jumlah siswa, jumlah guru. Sehingga pembangunan sekolah itu tidak hanya gedungnya yang megah, akan tetapi standar kelulusan dan prestasi siswa dan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya lebih besar dan tidak lagi memerlukan biaya besar demi untuk mengenyam pendidikan di daratan.
Keempat, meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan dan memasuki pasar kerja. Dari penelitian Japanise Food Foundation (Journal Medicine 2001 ), ternyata orang yang dilahirkan di wilayah pesisir kepulauan dan besar dalam lingkungan yang setiap waktu mengkomsumsi ikan segar, sebagian besar mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata- rata dengan orang yang tinggal di pinggaran kota yang keseharian mereka mengkomsumsi makanan yang tidak segar terutama ikan. Dari kenyataan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa anak pulau cerdas, akan tetapi kenyataan yang didapat selama ini bahwa tamatan SD, SMP dan SMA yang melanjutkan pendidikan di daratan sebagian besar tidak mampu bersaing dengan siswa-siswa yang ada di daratan. Kemampuan baca tulis, cara penalaran terhadap mata pelajaran sangat jauh dari harapan. Seperti diungkapkan Said Rias, kepala Sekolah Madrasah Aliah Negeri Ma’rang, rata-rata siswa dari pulau kurang mampu apalagi bersaing dalam mengikuti proses belajar. Ini kita tidak tahu penyebabnya apa. Karena yang kita tahu orang pulau itu pintar.
Untuk mengharapkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan dengan kualitas yang unggul dan mampu bersaing dan memasuki dunia kerja yang siap pakai, pemerintah daerah, pelaku di dunia pendidikan dan juga termasuk investor, harus melihat kondisi yang ada di wilayah kepulauan. Kepulauan Pangkep yang terdiri dari gugusan Pulau-pulau mempunyai sumber kelautan yang belum dikelola dengan baik. Harapan kita adalah pembangunan sektor pendidikan adalah lembaga sekolah yang bukan hanya konsentrasi pada kurikulum umum akan tetapi lebih dikedepankan pada kurikulum yang mampu menciptakan keahlian yang bisa dimanfaatkan siswa dan masyarakat dalam meningkatkan taraf kehidupan mereka. Dan solusi yang mungkin paling bijak adalah pembangunan lembaga sekolah yang konsentrasinya adalah sekolah Menengah kejuruan. Dan untuk mendapatkan keluaran siswa yang mampu bersaing dengan daratan adalah kemampuan guru dalam menguasai mata pelajaran sehingga siswa bisa lebih mudah memahami mata pelajaran tersebut. Tambahan ekstra kurikuler atau les tambahan dan yang lebih penting, memberikan keleluasaan siswa untuk memperlihatkan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan ujian akhir dengan asumsi bahwa jangan ada guru mengerjakan soal-soal siswanya demi target untuk meloloskan seratus persen siswanya walaupun kemampuan siswa itu tidak ada. Dan yang menjadi korban adalah siswa itu sendiri dan secara keseluruhan yang dirugikan adalah dunia pendidikan yang tidak mengedepankan mutu dan kualitas.
Memanusiakan pulau harus dimaknai sebagai ungkapan pemicu motifasi, pemicu semangat dan keinginan orang pulau untuk membuktikan kemampuannya bahwa mereka juga mampu berdiri sejajar dengan orang di luar dari lingkungan mereka, sumber daya kelautan dan kebiasaan mengkomsumsi ikan segar adalah senjata untuk bersaing dan berkata, “ saya lebih bisa dari kalian.”
Salah satu contoh potensi sumber daya manusia kepulauan dari segi mahasiswanya yang terbingkai dalam sebuah wadah organisasi Himpunan Mahasiswa Liukang Tangaya Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Himalaya-Kab.Pangkep)ditengah keterbatasan penunjang lembaga yang mereka bangun untuk memperjuangkan Aspirasi masyarakat khususnya dikepulauan dalam kesadarannya sebagai individu yang sadar akan eksistensinya sebagai Agent Of Change Serta Orang yang Fungsi lain yaitu Sosial Control, Keterbatasan tidak menjadi permasalahan bagi mereka,meski mereka jauh dari perhatian pemerintah daerah untuk mewujudkan cita-cita mulia organisasinya yaitu tercipta kondisi masyarakat dengan tatanan sosial yang lebih baik demi terwujudnya masyarakat jazirah yang madani, meski mereka terkadang merasa dibedakan dengan beberapa lembaga mahasiswa kedaerahan yang ada dalam lingkup pemkab pangkep. menjual ikan kering dikantor-kantor instansi pemerintah, menjual kue dijalanan, meminta uluran tangan senior-seniornya dan bahkan menyisihkan uang jajan sendiri sudah semua mereka lakukan demi mewujudkan program kerja dalam organisasi mereka, karena bagi mereka tak ada hal yang susah jika kita mau bekerja asalkan itu sifatnya halal dan tidak mengikat. Maksud dan tujuan mereka melakukan semua itu tak lain dan tak bukan hanya untuk kemajuan daerah mereka, karena mereka sebagai orang pulau merasa bertanggun jawab dengan kondisi serta realitas di daerah tempat tinggal mereka demi menepis asumsi bahwa orang pulau tidak bisa bersaing dengan orang daratan. sosok pelajar dan mahasiwa kepulauan yang bangga dengan statusnya sebagai anak pulau, yang punya semangat yang kokoh sama dengan kokohnya batu karang yang dihempas ombak setiap waktu. Semboyan pelaut Tallangi Natoalia, semangat Ammanai wewang dan Ammana I Pattolawali, panglima perang kerajaan Mandar, motto organisasi Guling Empo Ri Kontu Tojeng yang bermakna Kemanapun Kaki Melankah Kepada Kebenaran Pulahlah Kita Berpijak ia jadikan ikrar bersama dalam pembangunan di daerah yang kita cintai, Pangkajene dan Kepulauan yang unggul dalam pertanian dan kelautan, Aamiin..
Penulis Oleh 1.Aco M. Paranrangi,S.Pd
2. Muh. Ramli, AMd.Kep
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H