KABAR DARI PULAU SEBERANG
Pendidikan merupakan hak dasar oleh setiap anak dan warga negara yang dijamin oleh pemerintah baik sarana maupun mutu pendidikan. Dan itu termaktub dalam UUD 1945 yang mengamanahkan pelaksanaan pembangunan dalam rangka memajukan kesejahteraan manusia, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta dalam menjaga ketertiban dunia, dan perdamaian abadi.Pendidikan menjadi bagian pembangunan nasional secara keseluruhan. Pendidikan mengemban amanah yang besar dan fundamental untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu memainkan peran sentral sebagai subjek pembangunan nasional. Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus dipersiapkan adalah yang memiliki kualitas, kompetensi, keterampilan, daya saing serta moralitas baik pada tingkat lokal, regional, dan nasional, bahkan internasional serta kemampuan berkolaborasi atau bekerjasama berbagai pihak untuk saling memanfaatkan demi kepentingan bersama. Hal tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri bagi segenap upaya pembangunan pendidikan khusunya dikepulauan kabupaten pangkep ditengah keterbatasan yang ada mulai dari kondisi letak geografis yang jauh dari ibukota kabupaten.
Salah satu realitas krusial dalam pembangunan pendidikan Kabupaten Pangkep, khususnya di wilayah kepulauan adalah sarana dan prasarana yang saat ini masih sangat minim baik disekolah maupun di lingkungan masyarakat, Dengan demikian, masalah pokok bidang pendidikan terletak pada akses masyarakat dalam mendapat layanan pendidikan dasar, khususnya dalam menuntaskan pendidikan. Ini terkait dengan biaya yang harus ditanggung terutama dalam pengadaan buku dan biaya lainnya. Selain itu, mutu pendidikan jika dilihat dari standar isi dan proses pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian, belum sepenuhnya terpantau dan terjamin dengan baik.
Pendidikan menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah daerah kabupaten pangkep khususnya dikepulauan, dengan melihat kondisi yang sangat berbeda dengan kondisi daratan yang memerlukan penanganan dan strategi tersendiri.oleh karena itu pemerintah daerah dengan kondisi yang dirasakan masyarakat sekarang ini sebaiknya mempunyai strategi yang bisa mengangkat dan menjadikan sektor pendidikan di wilayah kepulauan setara dan mampu bersaing dengan wilayah daratan yang ada di kabupaten Pangkep.
Salah satu isu krusial pembangunan pendidikan Kabupaten Pangkep, khususnya di wilayah kepulauan adalah penguasaan pengetahuan yang saat ini masih rendah, yang diindikasikan rendahnya angka rata-rata lama sekolah yang tercermin dalam rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam beberapa tahun terakhir, indeks pembangunan manusia di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam hal ini diwilayah kepulauan, khususnyapada bidang pendidikan cukup memprihatinkan.
Dengan demikian, masalah pokok bidang pendidikan terletak pada akses masyarakat dalam mendapat layanan pendidikan dasar, khususnya dalam menuntaskan ketentuan wajib belajar. Ini terkait dengan biaya yang harus ditanggung terutama dalam pengadaan buku dan biaya lainnya. Selain itu, mutu pendidikan jika dilihat dari standar isi dan proses pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian, belum sepenuhnya terpantau dan terjamin dengan baik.
Diwilayah kepulauan, sektor pendidikan menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah daerah dengan melihat kondisi geografis yang berbeda dengan kondisi daratan yang memerlukan penanganan dan strategi tersendiri. Ada ungkapan yang pernah dipopulerkan mantan Bupati Pangkep H. Gaffar Patappe, “Memanusiakan Pulau “. Apakah ungkapan ini merupakan sindiran atau ungkapan motivasi untuk anak pulau karena kita tahu masyarakat kepulauan masih “sangat terbelakang” dari berbagai sektor, utamanya sektor pendidikan, kesempatan kerja, peluang usaha, dan pemanfaatan sumber daya alam yang belum bisa dimanfaatkan secara keseluruhan masyarakat kepulauan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah pendidikan. Oleh karena itu pemerintah daerah dengan kondisi yang dirasakan masyarakat sekarang ini sebaiknya mempunyai strategi yang bisa mengangkat dan menjadikan sektor pendidikan di wilayah kepulauan setara dan mampu bersaing dengan wilayah daratan yang ada di kabupaten Pangkep.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, diperlukan langkah-langkah antara lain :
Pertama, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kependidikan yang berbudaya, religius dan amanah. Ada indikasi bahwa masih ada para pelaku pendidik atau aktor yang terlibat di dalam lingkup pendidikan di wilayah kepulauan setengah hati untuk melakukan pengabdian. Indikasi itu dapat dilihat dengan rendahnya kehadiran di tempat tugas dengan berbagai alasan, seperti faktor keluarga, suami atau istri dan anak tinggal di daratan sehingga konsentrasi untuk melakukan tugasnya terkendala dengan faktor tersebut. Kemudian susahnya kapal penyeberangan yang sangat tergantung dengan iklim sehingga guru yang mendapat tugas di daratan berminggu dan malahan berbulan-bulan tidak kembali ke tempat tugasnya dengan alasan cuaca. persaingan tidak sehat pegawai negeri (guru)untuk menjadi kepala sekolah karena persoalan banyaknya kepentingan individu dan yang lebih parahnya lagi praktek Kolusi dan Nepotisme ketika tiba penerimaan Cpns Kategori Dua (CPNS K2)Dimana beberapa orang yang tidak bertanggun jawab dengan mudahnya memperadakan surat keterangan honor demi untuk mengikuti seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil kategori dua meski mereka baru beberapa bulan honor dipulau bahkan lebih paranya tidak pernah honor sama sekali dikepulauan tapi menggunakan keterangan honor dipulau tentu ini menutup peluang kelulusan orang pulau asli. serta mirisnya lagi ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan tapi hampir disemua bidang instansi aparatur negara yang ada dikepulauan Dan masih banyak alasan lain sehingga proses pembelajaran tersebut terhambat.
Dari kenyataan tersebut, strategi yang mungkin bisa dilakukan pemerintah daerah adalah pada saat pengangkatan CPNS khusus wilayah kepulauan tidak cukup hanya berpatokan pada putra daerah atau putra asli pulau sebagai syarat untuk diprioritaskan diangkat sebagai tenaga Pengajar, perawat/bidan dan staf pemerintahan lainnya. Akan tetapi faktor Sumber daya manusianya yang dikedepankan dan ada kontrak perjanjian khusus untuk tidak meninggalkan tempat dia mengabdi dan pemberian sanksi yang tegas apabila komitmen itu dilanggar. Dari permasalahan itu, fungsi pengawasan yang terabaikan, laporan bulanan guru dan staf sekolah tidak ada cacat, kehadiran mereka seratus persen, tidak ada sakit apalagi alpa akan tetapi kenyataan di lapangan dari laporan masyarakat beberapa oknum guru sudah sekian bulan tidak mengajar. Ada anekdot dari mereka, “ Gimana kalau dana sertifikasi sudah diterima apa yang bagus dibeli..? Spontan mereka menjawab bagusnya cari merek mobi keluaran baru.” Pertanyaannya di pulau tidak bisa pakai mobil. Jangankan mobil, kendaraan motor sekali tancap gas sudah sampai ditujuan. Ini diindikasikan bahwa mereka lebih enak tinggal dan beraktifitas di darat sehingga masuk akal dalam fikiran mereka untuk lebih memanjakan dirinya dengan materi seperti itu daripada ke pulau dengan fasilitas serba kekurangan.
Kedua, menerapkan metode pembelajaran secara profesional yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik secara proporsional. Pemerintah pusat dan daerah sudah sangat cukup dan perlu diacungi jempol terhadap perhatian dan keseriusan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di negara ini. Sarana fisik yang sudah memenuhi standar gedung-gedung sekolah di pulau yang tidak lagi menggunakan dinding kayu akan tetapi sudah menggunakan gedung permanen yang tidak kalah dengan sarana dan prasarana yang ada di daratan, juga pemaksimalan jumlah tenaga pengajar yang seimbang dengan jumlah siswanya sehingga masyarakat melihat ada keseriusan pemerintah dalam hal ini, Akan tetapi tetapi metode pembelajaran secara profesional belum bisa dilihat dan justru menjadi suatu permasalahan tersendiri karena pemerintah daerah barang kali kurang memperhatikan, di sisi lain yang mungkin saja apabila faktor tersebut diabaikan, justru niat baik malahan menjadi kesalahan yang bisa menggagalkan niat tulus pemda untuk memanusiakan orang Pulau.
Metode pembelajaran yang profesional tidak akan bisa terwujud apabila Sumber Daya Manusia sang pengajar tidak sesuai dengan apa yang dia sampaikan kepada muridnya. Apa mungkin bisa seorang guru mengajarkan sesuatu yang bukan dari baground disiplin ilmu yang mereka kuasai bahkan ada banyak indikasi tamatan yang non pendidkan tetap bisa jadi tenaga pengajar disekolah, Hal ini perlu jadi pertimbangan pemerintah daerah untuk memperhatikan apa sudah ada standar kelayakan untuk mendirikan sekolah baru apakah itu SMA atau SMP satu atap dengan mengacuh standar jumlah siswa, tenaga pengajar yang harus disesuaikan dengan skill dan latar belakang ijazah dan izin mengajar kemudian sarana penunjang seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat-alat lainnya terutama di Sekolah Menengah Atas sehingga apa yang diharapkan tenaga pengajar yang propesional sesuai dengan skillnya, akan mampu mencetak siswa yang unggul dan berkualitas.
Ketiga, menyelenggarakan pendidikan sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Wilayah kepulauan dilihat dari sudut geografis, budaya, dan cara berpikir sangat berbeda dengan wilayah daratan yang ada di kabupaten Pangkep. Wilayah kepulauan yang terdiri dari gugusan pulau yang saling berjauhan menjadi permasalahan tersendiri. Tidak terkonsentrasinya penduduk dengan jumlah lulusan yang berbeda-beda di setiap pulau serta keinginan untuk melanjutkan pendidikan akan berpengaruh pada jumlah perekrutan siswa di tingkat lanjutan sehingga masih ada sekolah yang standar jumlah siswanya masih sangat rendah terutama Sekolah Menengah Atas. Kemudian masih ada pola pikir sebagian masyarakat kepulauan yang menganggap bahwa pendidikan bukan prioritas utama akan tetapi bagaimana seorang anak terutama laki-laki mampu menafkahi dirinya dan orang tua dengan bekerja sebagai nelayan sehingga sebagian besar anak yang melanjutkan pendidikan adalah anak juragan, anak guru atau tokoh masyarakat yang sudah memahami pentingnya pendidikan dan kemampuan modal untuk membiayai anaknya dalam melanjutkan sekolah.
Dengan kondisi seperti itu diharapkan pemerintah daerah lebih sensitif untuk membangun dunia pendidikan di kepulauan terpencil dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai dengan melihat kondisi geografis, standar jumlah siswa, jumlah guru. Sehingga pembangunan sekolah itu tidak hanya gedungnya yang megah, akan tetapi standar kelulusan dan prestasi siswa dan minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya lebih besar dan tidak lagi memerlukan biaya besar demi untuk mengenyam pendidikan di daratan.
Keempat, meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan dan memasuki pasar kerja. Dari penelitian Japanise Food Foundation (Journal Medicine 2001 ), ternyata orang yang dilahirkan di wilayah pesisir kepulauan dan besar dalam lingkungan yang setiap waktu mengkomsumsi ikan segar, sebagian besar mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata- rata dengan orang yang tinggal di pinggaran kota yang keseharian mereka mengkomsumsi makanan yang tidak segar terutama ikan. Dari kenyataan tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa anak pulau cerdas, akan tetapi kenyataan yang didapat selama ini bahwa tamatan SD, SMP dan SMA yang melanjutkan pendidikan di daratan sebagian besar tidak mampu bersaing dengan siswa-siswa yang ada di daratan. Kemampuan baca tulis, cara penalaran terhadap mata pelajaran sangat jauh dari harapan. Seperti diungkapkan Said Rias, kepala Sekolah Madrasah Aliah Negeri Ma’rang, rata-rata siswa dari pulau kurang mampu apalagi bersaing dalam mengikuti proses belajar. Ini kita tidak tahu penyebabnya apa. Karena yang kita tahu orang pulau itu pintar.
Untuk mengharapkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan dengan kualitas yang unggul dan mampu bersaing dan memasuki dunia kerja yang siap pakai, pemerintah daerah, pelaku di dunia pendidikan dan juga termasuk investor, harus melihat kondisi yang ada di wilayah kepulauan. Kepulauan Pangkep yang terdiri dari gugusan Pulau-pulau mempunyai sumber kelautan yang belum dikelola dengan baik. Harapan kita adalah pembangunan sektor pendidikan adalah lembaga sekolah yang bukan hanya konsentrasi pada kurikulum umum akan tetapi lebih dikedepankan pada kurikulum yang mampu menciptakan keahlian yang bisa dimanfaatkan siswa dan masyarakat dalam meningkatkan taraf kehidupan mereka. Dan solusi yang mungkin paling bijak adalah pembangunan lembaga sekolah yang konsentrasinya adalah sekolah Menengah kejuruan. Dan untuk mendapatkan keluaran siswa yang mampu bersaing dengan daratan adalah kemampuan guru dalam menguasai mata pelajaran sehingga siswa bisa lebih mudah memahami mata pelajaran tersebut. Tambahan ekstra kurikuler atau les tambahan dan yang lebih penting, memberikan keleluasaan siswa untuk memperlihatkan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan ujian akhir dengan asumsi bahwa jangan ada guru mengerjakan soal-soal siswanya demi target untuk meloloskan seratus persen siswanya walaupun kemampuan siswa itu tidak ada. Dan yang menjadi korban adalah siswa itu sendiri dan secara keseluruhan yang dirugikan adalah dunia pendidikan yang tidak mengedepankan mutu dan kualitas.
Memanusiakan pulau harus dimaknai sebagai ungkapan pemicu motifasi, pemicu semangat dan keinginan orang pulau untuk membuktikan kemampuannya bahwa mereka juga mampu berdiri sejajar dengan orang di luar dari lingkungan mereka, sumber daya kelautan dan kebiasaan mengkomsumsi ikan segar adalah senjata untuk bersaing dan berkata, “ saya lebih bisa dari kalian.”
Salah satu contoh potensi sumber daya manusia kepulauan dari segi mahasiswanya yang terbingkai dalam sebuah wadah organisasi Himpunan Mahasiswa Liukang Tangaya Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Himalaya-Kab.Pangkep)ditengah keterbatasan penunjang lembaga yang mereka bangun untuk memperjuangkan Aspirasi masyarakat khususnya dikepulauan dalam kesadarannya sebagai individu yang sadar akan eksistensinya sebagai Agent Of Change Serta Orang yang Fungsi lain yaitu Sosial Control, Keterbatasan tidak menjadi permasalahan bagi mereka,meski mereka jauh dari perhatian pemerintah daerah untuk mewujudkan cita-cita mulia organisasinya yaitu tercipta kondisi masyarakat dengan tatanan sosial yang lebih baik demi terwujudnya masyarakat jazirah yang madani, meski mereka terkadang merasa dibedakan dengan beberapa lembaga mahasiswa kedaerahan yang ada dalam lingkup pemkab pangkep. menjual ikan kering dikantor-kantor instansi pemerintah, menjual kue dijalanan, meminta uluran tangan senior-seniornya dan bahkan menyisihkan uang jajan sendiri sudah semua mereka lakukan demi mewujudkan program kerja dalam organisasi mereka, karena bagi mereka tak ada hal yang susah jika kita mau bekerja asalkan itu sifatnya halal dan tidak mengikat. Maksud dan tujuan mereka melakukan semua itu tak lain dan tak bukan hanya untuk kemajuan daerah mereka, karena mereka sebagai orang pulau merasa bertanggun jawab dengan kondisi serta realitas di daerah tempat tinggal mereka demi menepis asumsi bahwa orang pulau tidak bisa bersaing dengan orang daratan. sosok pelajar dan mahasiwa kepulauan yang bangga dengan statusnya sebagai anak pulau, yang punya semangat yang kokoh sama dengan kokohnya batu karang yang dihempas ombak setiap waktu. Semboyan pelaut Tallangi Natoalia, semangat Ammanai wewang dan Ammana I Pattolawali, panglima perang kerajaan Mandar, motto organisasi Guling Empo Ri Kontu Tojeng yang bermakna Kemanapun Kaki Melankah Kepada Kebenaran Pulahlah Kita Berpijak ia jadikan ikrar bersama dalam pembangunan di daerah yang kita cintai, Pangkajene dan Kepulauan yang unggul dalam pertanian dan kelautan, Aamiin..
Penulis Oleh 1.Aco M. Paranrangi,S.Pd
2. Muh. Ramli, AMd.Kep
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H