Selama waktu ini, Ordine Nuovo dan simpatisan mereka melakukan serangkaian pemboman yang semakin meningkatkan ketegangan sosial-politik di seluruh Italia. Pertama, pada 12 Desember 1969, sebuah bom meledak di Piazza Fontana Milan yang menewaskan 16 orang dan melukai 88 orang.
Kurang dari setahun kemudian, ledakan lain merobek kereta Roma-Messina, menewaskan enam orang dan melukai lebih dari 100 orang. Kemudian, pada tahun 1974 saja, kelompok itu tidak hanya membunuh delapan aktivis anti-fasis di Brescia dengan granat tetapi juga membantu mengebom kereta Ferrovie dello Stato di Roma, sebuah aksi yang menewaskan 12 orang.
Klaim umum namun sangat kontroversial mendukung gagasan bahwa Ordine Nuovo dan banyak kelompok sempalannya, seperti Armed Revolutionary Nuclei, yang mengebom stasiun kereta api Bologna pada 1980. Mereka menerima dana dari CIA karena Washington melihat kelompok itu sebagai cara untuk mengurangi popularitas Partai Komunis Italia dan kelompok sayap kiri lainnya di Eropa.
5. Japanese Red Army
Japanese Red Army, disingkat JRA adalah organisasi teroris internasional yang didirikan oleh faksi kelompok ekstremis yang melakukan kejahatan berat, seperti serangan terhadap kantor polisi, penggerebekan bank, dan sejenisnya di Jepang dengan tujuan merevolusi negara yang berbasis pada ideologi Marxis-Leninis, dan pada akhirnya menyatukan dunia di bawah komunisme.
Organisasi ini dibentuk di luar negara Jepang setelah kelompok ini melarikan diri dari Jepang untuk mencari basis untuk kegiatan revolusioner mereka sambil mengadvokasi "Rencana untuk Membangun Pangkalan Internasional."
Melalui kontak dengan “Popular Front for the Liberation of Palestine” (Front Populer untuk Pembebasan Palestina), yang sering melakukan serangan teroris pada saat itu, Fusako Shigenobu dan anggota terkemuka JRA lainnya mendirikan basis aktivitas mereka di Timur Tengah.
Pada Mei 1972, tiga anggotanya secara acak menembakkan senapan otomatis ke Bandara Tel Aviv Lod di Israel (saat ini bernama Bandara Internasional Ben Gurion), menewaskan 24 orang dan meninggalkan 76 lainnya dengan luka-luka.
Sejak insiden ini, yang dikenal sebagai "Pembantaian Bandara Tel Aviv Lod", anggota JRA telah melakukan serangkaian kejahatan keji di seluruh dunia, seperti merebut kedutaan asing dan membajak pesawat.
Di antara insiden-insiden tersebut khususnya, Pemerintah Jepang dipaksa untuk membebaskan para anggota JRA yang dipenjarakan atau ditahan pada peristiwa "Insiden Kuala Lumpur" pada bulan Agustus 1975, sebuah insiden di mana Kedutaan Besar AS dan fasilitas lainnya di Kuala Lumpur, Malaysia diduduki oleh anggota mereka, serta "Insiden Dacca" pada bulan September 1977 di mana sebuah pesawat Japan Airlines dari Paris menuju Tokyo dibajak.