Tahun Baru dan Hal-Hal Yang (tidak) Baru
 Deleuze dalam Difference and Repetition mengatakan bahwa pola zaman senantiasa sama, yang berbeda hanyala kemasannya, semisal pola peperangan zaman dulu dan sekarang yang berbeda hanyalah kecanggihan strategi sekaligus senjatanya, namun yang namanya perang yah perang.
 Kita tarik lebih sempit, pola pergantian tahun sejatinya sama (adanya harapan, perayaan meriah, motivasi, hasrat), yang berbeda hanyalah kemasannya (harapan yang berbeda dari tahun lalu, perayaan yang berbeda, motivasi yang berbeda, hasrat yang berbeda), namun tetap sama bahwa yah itulah tahun baru.
 Kita sering terjebak oleh fantasi tahun baru ini, apa yang sebenarnya kita cari di momen yang selalu sama ini? Fantasi apa yang kita hasilkan? Masihkah kita merasa perlu melakukan ritual perayaan meriah di tahun baru ini? Mari kita renungkan bersama.
Mari Rayakan Tahun Baru Dengan Cara Yang (tidak) Baru
 Pola-pola fantasi kemeriahan perayaan telah menjebak kita, mari sejenak kita menepi dan memencet jerawat di dahi, lalu menggaruk hidung barangkali ada upil yang terbengkalai, kala mendengar sorak tetaplah fokus tuk mencabut bulu ketiak, saat melihat kembang api di langit biru jangan biarkan ia mengganggu konsentrasi kala diri mencabut kuku.
 Tetaplah menggaruk punggung yang gatel di tahun baru, jangan lupa tuk menyisihkan upil tahun ini tuk diambil tahun depan, jangan pula luput menggaruk selangkangan saat rebahan.
 Rayakan tahun baru dengan menikmati hari-hari yang itu-itu saja, siap-siaplah menghadapi kesulitan tahun depan, teruslah kecewa sampai lupa kalau kau pernah bahagia, mari mensyukuri hidup dengan mencabut ketombe di rambut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H