Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peringatan Hari Guru dan Memperingatkan Kalau Murid Bukan Buruh

25 November 2020   22:25 Diperbarui: 25 November 2020   23:16 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebutan bahwa Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa memang-lah tak dapat di pungkiri, karena kehadiran guru dapat diibaratkan sebagai sosok penyelamat yang menyelamatkan manusia dari kebodohan, karena jasa menyelamatkan itulah, guru mendapatkan julukan pahlawan tanpa tanda jasa. Peringatan hari guru di Indonesia  sendiri adalah bentuk penghargaan sakral terhadap  sumbangsih sosok guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ini.

Tapi pada tulisan ini, saya sebagai seorang murid hanya ingin mengkritik suatu variable perbudakan yang ada pada dinamika pendidikan, bukannya saya iri pada guru karena keberadaannya di peringati sebagai hari guru nasional, pertannyaan mengapa tak ada hari murid nasional bukan-lah menjadi suatu bahasan dalam tulisan ini.

Sebelum memasuki pokok pembahasan, saya akan terlebih dahulu membagi sosok guru ke dalam beberapa bagian, yakni :

  • Guru Legal-Formal                 : Yakni guru yang keberadaannya hanyalah sebuah identitas formal, dimana ia hanya melakukan tugas guru sebagai formalitas saja, bukan sebagai suatu empati dan keinginan untuk mencerdaskan murid-muridnya, ia akan mengajari muridnya dengan pelajaran-pelajaran formal.
  • Guru Moral-Intelektual         : Yakni guru yang keberadaannya membawa suatu cahaya pengetahuan yang ingin mencerahkan murid-muridnya, ia menjadi guru bukan karena gaji atau kebutuhan ekonomi, melainkan ia menjadi guru karena rasa peduli dan suatu empati, ia akan mengajari muridnya suatu pelajaran moral dan intelektual.

Tapi perlu diketahui bahwa guru formal juga dapat menjadi guru moral dan intelektual ketika hatinnya bukan hanya berniat menjadi guru karena pekerjaan, melainkan ia juga berniat menjadi guru untuk mencerdaskan dan memperbaiki akhlaq murid-muridnya.

Mulai memasuki topik utama, diksi buruh yang saya gunakan dalam judul sendiri adalah representasi fenomena perbudakan dalam dunia pendidikan, dimana perbudakan juga penjajahan mulai bermunculan. Apa yang saya katakan disini serupa dengan apa yang disebut pendidikan penindasan oleh Freire, yaitu pendidikan yang sistemnya menindas murid dengan cara mengekang jalan pikirannya, dengan mengasumsikan bahwa murid adalah sosok yang harus mematuhi apapun perintah guru.

Fenomena tersebut akan merendahkan drajat murid sebagai manusia merdeka, menjadi manusia yang harus taat kepada sekolah, padahal Johann Heinrich Pestalozzi, seorang pendidik asal Swiss, yang mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu bentuk peningkatan derajat status sosial manusia dengan mengembangkan semua aspek individual-nya, bukan malah memperendah drajat murid-muridnya seperti apa yang dulu dilakukan belanda kepada Indonesia.

Apa akibat dari fenomena tersebut?, akibat awalnya adalah anggapan murid bahwa sekolah bukanlah tempat yang menyenangkan, malah justru sekolah menjadi tempat yang menakutkan, anggapan tersebut berasal dari pengekangan jiwa penuntut ilmu muridnya, dimana jiwa menuntut ilmu diubah menjadi jiwa buruh.

Sumber : Didaktika UNJ
Sumber : Didaktika UNJ
Dimana akibat atau dampak awal tersebut bisa menjadi rentetan peristiwa yang mengakibatkan hilangnya kecerdasan bangsa, karena semangat bersekolah telah berubah menjadi semangat untuk bekerja. Mengapa moral murid hari ini menurun sedemikian rupa, seperti murid yang mulai berani melawan dengan tidak sopan, adalah dampak ketidaksenangan akan ketidakwarasan metode pendidikan kita.

Oleh karena itu-lah pendidikan harus berubah, dari menjajah menjadi merdeka, dari penindasan menjadi pembebasan, dari perbudakan menjadi pencerdasan, ketika pendidikan sudah menjadi tempat yang menyenangkan. Ketika itulah semangat menuntut ilmu murid yang awalnya karena suruhan dan tuntutan, berubah menjadi semangat karena kesadaran dan  kemajuan, lalu bangsa ini akan menjadi bangsa yang cerdas karena pendidikan yang pantas.

"Guru bukan dewa yang selalu benar dan murid bukanlah kerbau"                                              

(Soe Hok Gie)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun