Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Sekolah Totaliter: Sebuah Kesalahan Filosofis yang Menjadikan Murid Teler

5 Oktober 2020   13:47 Diperbarui: 20 Oktober 2020   11:06 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sinilah kita memasuki inti dari tulisan saya, yakni bagaimana bisa sekolah yang totaliter, dapat membuat murid teler. Secara filosofis dan historis, sekolah yang totaliter menyalahi dasar fundamental terciptannya Pendidikan institusional seperti apa yang saya uraikan, jadi dapat direduksi secara logis bahwa sekolah yang totaliter hanya memiliki hasrat kapitalis dan politis, walau secara substansial ia mendidik, tapi secara fungsional dan esensial, ia hanya mengangkat asas-asas legal-formal dan mengabaikan eksistensi dari pembangunan moral dan intelektual.

Yang paling menakutkan adalah ketika sekolah totaliter menggunakan paradigma metafisis historis (kisah-kisah lama) untuk memberi substansi dogmatis bahwa murid tak boleh mengkritisi gurunya, kadangkala ia mengutip dari kisah seorang tokoh maupun ulama', isi dogma tersebut ialah bahwa ulama' maupun tokoh-tokoh hebat tak pernah melawan gurunya dan selalu menaatinya, padahal itu tergantung pada pribadi gurunya.

Di sini secara otomatis Murid akan teler karena kehilangan idealisme-nya, dimana idealisme (ide) kata Schoupenhaur ialah dunia dari manusia, sekolah totaliter tersebut berhasil memusnahkan dunia muridnya.

Sekolah demikian-lah yang menghambat tumbuhnya kecerdasan bangsa ini, seharusnya secara konseptual, sistem totaliter tak dapat hidup dalam sistem demokrasi, tapi mungkin benar kata Popper bahwa demokrasi hanyalah sistem biasa yang tak ada efeknya terhadap totalitarianism, juga Zizek yang mengatakan bahwa demokrasi hanyalah sebuah ilusi institusional dan konstitusional.

Pesan saya kepada guru totaliter :

 "Kalau mengajar hanya sebatas mencari gaji, anda tak layak di puji. kalau Anda mengajar demi murid dan menggunakan hati, maka semua murid termasuk saya akan mengingat anda sampai mati"

 Untuk para murid :

 "Kritisi gurumu yang egosentris, hormati gurumu yang tak apatis, lakukan semua itu dengan sopan, tunjukkan bahwa kita berpendidikan"

Silahkan kirim tulisan ini pada sekolahmu, gurumu, orang tuamu dan semua orang yang anda rasa perlu.

Sekian terimakasih telah membaca, bila bermanfaat bagikan, bila dirasa kurang, sangat menerima kritik dan saran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun