Akhir-akhir ini dunia memang ramai oleh sebuah hantu dengan gaya baru, hantu tersebut tidak lain bernama " Virus Corona" yang tak ubahnya seperti suatu enigma yang mampu  membuat dunia jungkir balik mengahadapinya dan mengantisipasinya termasuk Indonesia.
Virus corona memang sudah di akui oleh dunia bahwa awal mulanya berasal dari wuhan, wilayah tersebut merupakan bagian dari wilayah negeri tirai bambu (china). Dari negeri tirai bambu tersebut, virus corona menyebar hingga kepelosok dunia dan kurang lebih 2.000 jiwa sudah meninggal dunia akibat terserang virus corona.
Virus corona bukan hanya menimbulkan korban jiwa, namun corona pun hingga saat ini memang masih menghantui berbagai aspek kehidupan social bagi seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia. Akibatnya banyak tokoh dan pakar merasa terundang untuk mengkaji fenomena tersebut, mulai dari aspek biologi, theology, dan aspek ekonomi.
Dalam aspek biologi, virus corona oleh WHO dinamai sebagai covid-19. Sebuah riset yang dilakukan oleh Fuk-Woo Chan Dkk menyebutkan bahwa virus corona baru ini memiliki kesamaan genitik dengan virus yang menyebabkan SARS pada manusia dan virus corona yang menyerang kelelawar dan kemudian komite taksonomi virus internasional memberi nama virus ini dengan SARS-Cov-2 dengan gejala yang sama dengan SARS yang sempat menyerang pada 2002-2003.
Dalam aspek theology, penulis mengutip dari pendapatnya anton permana (dirktur forum musyawarah majelis bangsa indonesia). Beliau memberikan hipotesa mengenai china sebagai Negara yang baru menjadi Negara raksasa dunia, bahwa virus tersebut akibat dari  berbagai pernyataan (kesombongan) akan kemajuan Negara china dan kezdhaliman pemerintah china terhadap orang-orang muslim Uyghur.
Sedangkan dalam aspek ekonomi, penulis sendiri memberikan hipotesa bahwa virus tersebut merupakan sebuah konspirasi dari akibat yang ditimbulkan karena adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan china. Kedua Negara tersebut memang sebelumnya pernah bertikai dalam hal kebijakan ekonomi di masing-masing Negara tersebut.Â
Dalam hal ekonomi global, penulis memang menyoroti kondisi dunia akibat adanya virus corona tersebut. Wal hasil penulis banyak menemukan refrensi dan bukti bahwa virus corona ini memang afek dari perang dagang. Refrensi yang di gunakan oleh penulis diantaranya adalah pendapatnya bossman mardigu wowik dan pengamatan yang dilakukan oleh anton permana yang pada intinya semua pendapatnya sama bahwa virus corona ini adalah serangan operasi intelegen yang di lancarkan oleh  Amerika ke China.
Kedua, dari awal perang dagang antara Amerika Serikat vs china keduanya memang sangat memiliki optimisme dan saling bersaing satu sama lain dengan harapan happy ending akan diraih oleh salah satu Negara tersebut, perang dagang belum berhasil, perang biologipun di lancarkan yaitu melalui virus corona dan penulis mengamati dengan serangan biologi ini kayaknya berhasil.Â
Hal itu di dunkung oleh kondisi China yang tak ubahnya seperti rumah yang tak berpenghuni, ekonomi lumpuh total, Negara kacungnya pun membatasi turis yang berasal dari China, produk-produk yang dihasilkan oleh China, dan di CNBC Indonesia yang mengutip dari CNBC international  telah memberitakan bahwa ternyata China akan memangkas bea masuk impor berbagai produk AS senilai 75% milliyar. Dengan asumsi bea masuk yang sebelumnya 10% akan di pangkas menjadi 5%, dan yang sebelumnya 5% akan di pangkas menjadi 2,5%. Kelihatanya dalam hal ini Amerika berhasil dan menang dalam kontestasi ini.
Dari berbagai refrensi dan pengmatan yang dilakukan oleh penulis, tentu penulis memberikan asumsi bahwa dampaknya sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia khususnya Indonesia.
Dari awal munculya hantu virus corona, ekonomi Indonesia hampir dalam bayang-bayang ketakutan hal itu di karenakan pemerintah Indonesia memiliki perkawinan yang sangat mesra dengan pemerintah China utamanya dalam urusan perekonomian yang banyak tergantung pada negeri tirai bambu dan pada akhirnya pemerintah dengan tegas membatasi aktivitas perekonomian dengan China.
Virus corona belum selesai ternyata ada kabar yang tak disangka-sangka datang dari Amerika, tepat pada tanggal 10 februari 2020 Amerika telah mencoret Indonesia dari daftar Negara berkembang menjadi Negara maju. Terlepas ini adalah sebuah konspirasi atau bukan tentu penulis sendiri masih ambigu menerima kabar tersebut karena dalam aspek kajian ekonomi dan prasyarat menjadi Negara maju Indonesia masih belum sepenuhnya memenuhi persyaratan sebagai Negara maju.Â
Sedangkan mengamati dari konten-konten yang beredar di media social secara global Presiden Donald trum selalu dikenal dengan "American first " kepentingan Amerika nomor satu sedangkan kepentingan Negara lain nomor sekian, disini yang sebenarnya harus menjadi Pertimbangan dan kekhawatiran bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Barangkali semua ini memang adalah sebuah rekayasa atau permainan Amerika untuk memenangkan trad war di berbagai negara termasuk Indonesia tentu pemerintah dan masyarakat harus waspada dalam persoalan ini.
Status Indonesia sebagai Negara maju berimplikasi terhadap berbagai fasilitas yang di berikan oleh negeri paman sam akan di cabut yaitu mengenai bantuan atau subsidi bea masuk produk Indonesia ke Amerika hal itu akan menambah cost yang lebih besar bagi indonesia dan produk tersebut semakin mahal harganya di Amerika karena ada tambahan cost yang di keluarkan oleh Indonesia.
Akibat fenomena hantu corona yang menghantui Negara yang berubah status menjadi Negara maju yaitu Indonesia tentu Indonesia menjaga jarak dengan China dan pihak ketiganyapun muncul di tengah keretakan hubungan dua Negara tersebut dan barangkali berupaya mengambil hati Negara indonesia.
Menghadapi fenomena hantu corona yang melumpuhkan sendi perekonomian dan kabar dari negeri paman sam yang serba dadakan dan cenderung egoistic, tentu dalam pengamatan penulis, Indonesia sebagai negeri primadona saat ini masih berada dalam bayang-bayang permainan antara kutub timur dan kutub barat.
Menurut hemat penulis, hal yang harus dilakuakn oleh indonesia dalam menghadapi kedua kondisi tersebut adalah dengan cara membangun kemandirian dalam perekonomian dengan mengupayakan produksi dalam negeri secara maksimal, produk-produk local harus didorong agar mampu bersaing di kontestasi perdagangan global, dan membatasi komoditi yang sifatnya impor agar mampu menyeimbangkan antara cost impor dan ekspor.
*penulis merupakan alumni ISPE ( INDEF schooll of polical economy) akt.28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H