Mohon tunggu...
MUHLISIN
MUHLISIN Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FTIK IAIN Pekalongan

Ketua LP Ma'arif NU Kab Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa dan Karakter Kejujuran

18 Mei 2020   14:04 Diperbarui: 26 Mei 2020   09:33 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahkan, sebelum kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir Makkah pun mengakui kejujuran  Nabi Muhammad SAW sekalipun mereka tidak beriman atas kerasulannya. Bahkan, karakter kejujurannya menjadi variable utama, betapa seorang saudagar  Siti Khadijah sangat mempercayainya dalam mengurus perdagangan dan mengantarkannya menjadi sang suami.

Kejujuran sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat ucapan atau pembicaraan, baik pada masa lampau, masa sekarang maupun yang bersifat masa depan yang terkait dengan janji atau pernyataan lainnya. Indikator kejujuran seringnya diukur dari tingkat kesesuaian antara ucapan atau yang dikemukakan dengan kenyataan atau fakta yang ada. 

Ucapan itu juga dianggap jujur bila dikemukakan dengan kesadaran dari dalam hati. Ungkapan seseorang akan dianggap benar, kalau memang sesuai dengan data di lapangan. Namun, ungkapan seseorang akan dianggap bohong, tatkala berbeda dengan keyakinan hati dan praktek kesehariannya.

Orang yang disebut jujur sedang  berpuasa bukan sekedar ucapan yang diungkapkan pada saat membaca niat, namun juga harus ada pembuktian bahwa niat tersebut diinternalisaiksn dalam hati dan diimplementasikan secara konsekuen dalam prakteknya. Orang yang jujur sedang menjalankan ibadah puasa, berarti  orang tersebut tidak pernah membohongi dirinya dengan mengerjakan hal-hal yang dapat membatalkan puasa. 

Dengan kata lain, untuk mendapat predikat jujur seseorang harus terbiasa jujur dalam tiga hal: perkataan, perbuatan dan keadaan. Jujur dalam perkataan adalah terkaitnya lisan dengan konsistensi ucapannya. Jujur dalam perbuatan adalah terkait tentang ketepatan perbuatan yang sesuai dengan perintah Allah dan ketaatan kepada-Nya secara sepenuh hati.

Dalam menjaga konsistensi ubudiyah, puasa memang membiasakan pelakunya untuk membudayakan kejujuran, di mana karakter tersebut ditanamkan  dan dikembangkan dalam pribadi setiap manusia agar puasanya tidak batal secara fiqih maupun hakekat. Puasa bukan sekedar melatih kejujuran yang ditampilkan kepada orang lain secara verbal dan fisik, justru yang paling essensial adalah memperkokoh habituasi untuk bersikap jujur kepada diri kita sendiri. Dengan pembiasaan bersikap jujur pada diri sendiri, maka seseorang akan mudah untuk untuk bertindak jujur kepada orang lain.

Idealitas kondisi tersebut menjadi urgen, mengingat kejujuran bukan hanya sekedar ide, gagasan atau konsep. Kejujuran selalu akan tampil dan melekat dengan derajat kemanusiaan seseorang. Mengapa? Melalui sifat kejujuran,  manusia akan menjadikannya disukai oleh sesama manusia. Sebaliknya, setiap orang yang memiliki kebiasaan berbohong, tentu akan sulit mendapatkan kepercayaan dari sesama manusia bahkan cenderung akan dibencinya. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT :   Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang jujur. – (Q.S At-Taubah: 119)

Dalam perspektif yang lain, kejujuran akan membuat seseorang lebih efisien dalam hidup dan kehidupannya. Salah satu alasan utama untuk jujur adalah karena seseorang yang jujur tentu memiliki rasa kepedulian. Bila seseorang tidak memiliki kepedulian dengan orang lain, maka orang cenderung tidak memiliki kejujuran yang dapat mengakibatkan kerugian pihak-pihak lain.

Dalam buku Pendidikan Karakter yang ditulis oleh Budi Munawar Rachman disebutkan, beberapa keuntungan dari kejujuran yang akan diterima oleh pelakunya. 

Pertama, kejujuran meningkatkan keakraban. Apabila seseorang menginginkan hubungan yang mendalam dan berarti, hal itu hanya dapat diperoleh lewat kejujuran. 

Kedua, kejujuran membawa lebih banyak orang dan kreativitas mereka ke dalam proses. Ketiga, kejujuran membuat persoalan cepat selesai. Ia membereskan keadaan, menghemat waktu dan menjadikan segalanya lebih efektif. Hal tersebut sangat beralasan karena kejujur adalah cermin kepercayaan diri pada jiwa seseorang dalam menghadapi dan menjalanlkan setiap realitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun