Memasuki hari pertama sekolah, siswa baru dan orang tua SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya mendapatkan pengalaman unik. Jika acara Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) biasanya hanya diikuti oleh siswa baru, tidak demikian di sekolah teladan nasional ini. Selama 2 hari (17-18/7), para siswa baru dan orang tuanya dilibatkan dalam kegiatan yang juga dikenal dengan Masa Orientasi Siswa (MOS) itu.
Jika para siswa langsung dikenalkan ke lingkungan sekolah secara fisik langsung ke berbagai tempat dan ruang sekolah, para orang tua pun menjalani pengalaman yang sama. Hanya saja ditempatkan di aula sekolah, lantai 4 The Millenium Building, mengikuti pengenalan berbagai kebijakan sekolah, (17/7).
Acara sengaja digelar untuk mempersamakan persepsi bagaimana membangun kerja sama yang mutualis antara sekolah dan orang tua. "Kegiatan ini sebagai upaya membangun sinergi antara sekolah dan orang tua untuk mengarahkan potensi anak agar berkembang secara optimal," demikian kata Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, Edy Susanto, M.Pd.
"Sekolah memang berkontribusi pada kesuksesan seorang anak didik, tapi ia tidak bisa lepas dari peran kedua orangtua," tambah Edy di hadapan 252 wali murid baru.
Dalam sambutannya, Edy mengungkapkan sebagus apapun pendidikan karakter yang didapatkan anak di sekolah akan menjadi kurang optimal jika tidak didukung oleh sinergi pendidikan yang berkualitas dalam keluarga. "Karena itu, jangan sampai orang tua kurang atau tidak berperan sentral dalam pendidikan anak," lanjut Edy Susanto.
Edy mengajak para orangtua agar menyisihkan waktunya untuk sekedar bercanda, ngobrol, dan mendengarkan apa yang didapat oleh anaknya di sekolah. Karena seiring dengan kesibukannya bekerja, acap kali para orangtua mengabaikan itu. "Hak anak untuk mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya harus terpenuhi dengan maksimal," ingatnya.
Menurut Edy, yang utama pada pola pendidikan anak mulai anak bangun tidur hingga hendak tidur lagi adalah penanaman karakter dan aqidah yang kuat. Seperti kejujuran, sopan santun, berjiwa penolong, tertib, dan disiplin, serta tekun melaksanakan perintah Islam, rajin shalat, mengaji, dan berzakat. "Dan orang yang lebih tua di lingkungan sekolaah dan keluarga harus menjadi teladan dalam bertindak tanduk keseharian."
Sebagai sosok yang menjadi panutan anak, para orangtua, dan juga para guru, harus mampu berperan banyak dalam pendidikan anaknya. "Hal yang paling cepat diterima oleh anak adalah contoh berupa tindakan dari orang yang lebih tua," ungkapnya sambil menyatakan keteladanan akan ditangkap oleh sang anak untuk ditiru, kemudian diidentifikasi, dan selanjutnya bisa terinternalisasikan sebagai karakter sang anak.
Dalam acara yang digelar di aula The Millenium Building ini, Edy Susanto juga membeber berbagai program sekolah dalam upaya mengembangkan potensi anak didik. Setelah digelar di dalam ruang, PLS di hari kedua (18/7) dilanjutkan di halaman sekolah dengan menampilkan berbagai kreativitas anak didik SD Muhammadiyah 4 Pucang dalam berbagai bidang.
SD Muhammadiyah 4 Surabaya sendiri merupakan sekolah yang telah menerapkan Lima Hari Sekolah (LHS), bahkan sebagai pilot dari program yang bernama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sejak tahun 2016-2017 lalu. Dengan 2 hari libur, yang otomatis siswa berkumpul dengan keluarga, maka peran keluarga memang harus kuat.Â
"Keluarga merupakan tempat investasi emosional pertama sang anak dalam masa awal-awal pertumbuhan, sehingga posisi ini jangan menjadi titik lemah keluarga bagi pembentukan karakter anak," jelas Edy Susanto seusai acara MOS bagi orang tua ini.
Lebih daripada itu, tambah Edy, tidak semua orang tua siswa punya pengetahuan dan kemampuan yang sama untuk menjadi figur utama dalam keluarga. Karena itu, MOS yang juga "parenting" ini sebenarnya sebagai upaya meningkatkan kemampuan orang tua untuk menjadi pendidik dalam keluarga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H