Mohon tunggu...
Muhammad Kahfi Nasrun
Muhammad Kahfi Nasrun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Business Administration

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Sayap Biru yang Kembali Mengepak, Kebangkitan Bluebird di Era Digital

20 November 2024   19:39 Diperbarui: 20 November 2024   20:16 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com (Skyler ewing)

Dunia transportasi telah mengalami perubahan besar sejak era digital mengubah berbagai sektor industri. Kemunculan layanan transportasi berbasis aplikasi membawa revolusi yang mengguncang pola perjalanan masyarakat, menggantikan sistem konvensional yang sebelumnya mendominasi. 

Di tengah gelombang disrupsi ini, banyak perusahaan tradisional mengalami kemunduran, bahkan tersingkir. Namun, kisah Bluebird---perusahaan taksi tertua dan terbesar di Indonesia---membuktikan bahwa inovasi dan adaptasi adalah kunci untuk bertahan dan bangkit lebih kuat. 

Sebagai simbol transportasi Indonesia sejak tahun 1972, Bluebird sempat menghadapi tekanan berat akibat persaingan dengan aplikasi transportasi online. Armada biru yang dulu mendominasi jalanan, tiba-tiba kehilangan pangsa pasarnya. Masyarakat yang mulai beralih ke layanan berbasis aplikasi memaksa Bluebird menghadapi pilihan: berubah atau tergilas.

Namun, alih-alih menyerah, Bluebird memilih untuk bangkit. Dengan menggandeng teknologi dan merancang ulang strategi bisnis, Bluebird perlahan keluar dari keterpurukan. Peluncuran aplikasi MyBlueBird, kolaborasi strategis dengan platform seperti Gojek, dan inovasi armada mobil listrik menjadi bukti nyata keberanian perusahaan ini. 

Langkah-langkah ini tidak hanya membawa Bluebird kembali ke arena persaingan tetapi juga membuktikan bahwa perusahaan konvensional dapat beradaptasi dengan arus digitalisasi.

Transformasi Digital: Pilar Kebangkitan Bluebird

Pada 13 Oktober 2020, Bluebird dinobatkan sebagai Digital Transformer di Indonesia dalam acara bergengsi IDC DX Awards. Penghargaan ini diberikan kepada organisasi yang berhasil mendigitalkan operasional mereka melalui teknologi digital. 

Bahkan, Noni Purnomo, Presiden Direktur PT Blue Bird Tbk, mendapatkan penghargaan sebagai DX CEO 2020, atas keberhasilannya memimpin transformasi berbasis tiga pilar: fokus pada orang dan organisasi, fundamental TI, dan inovasi digital. Langkah ini membuktikan bahwa transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang membangun budaya kerja yang adaptif, mengubah pendekatan bisnis, dan menciptakan nilai baru bagi pelanggan. 

Sebagaimana diungkapkan George Westerman dalam bukunya Leading Digital, "Transformasi digital adalah tentang menciptakan keunggulan kompetitif dengan mengubah cara perusahaan berpikir, beroperasi, dan melayani pelanggan."Melalui pendekatan ini, Bluebird tidak hanya mempertahankan relevansinya di pasar tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan di era digital yang terus berubah.

Inovasi Layanan: Menyediakan Solusi untuk Semua

Bluebird terus menunjukkan komitmen kuat dalam menyediakan layanan transportasi yang inklusif dan ramah lingkungan. Salah satu langkah nyatanya adalah penyediaan layanan transportasi bagi difabel, yang memperkuat citra Bluebird sebagai perusahaan yang peduli terhadap kebutuhan masyarakat yang beragam. 

Selain itu, Bluebird juga memperkenalkan armada mobil listrik, Silverbird Tesla, sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan lingkungan. Dengan ini, Bluebird tidak hanya mendukung upaya global dalam mengurangi emisi karbon tetapi juga memberikan pengalaman berkendara yang nyaman dan modern.

Langkah inovatif ini membuktikan bahwa Bluebird mampu membaca kebutuhan pasar sekaligus menjalankan tanggung jawab sosialnya. Dengan terus mengedepankan layanan yang inklusif dan berkelanjutan, Bluebird tidak hanya membangun keunggulan kompetitif tetapi juga menciptakan dampak positif yang signifikan di masyarakat.

Kolaborasi Strategis: Merangkul Lawan untuk Menang

Bluebird memahami bahwa melawan arus disrupsi digital secara frontal bukanlah strategi yang bijak. Oleh karena itu, manajemen memilih untuk berkolaborasi dengan Go-Jek, salah satu pemain terbesar di industri transportasi online. 

Kolaborasi ini menghasilkan fitur Go-Blue Bird, yang memungkinkan pengguna memesan taksi Bluebird melalui aplikasi Go-Jek. Selain itu, sebagian armada Bluebird juga mendukung layanan Go-Car, memungkinkan pelanggan menikmati kenyamanan taksi dengan tarif kompetitif.

Strategi ini mencerminkan prinsip Sun Tzu dalam The Art of War: "Keep your friends close, and your enemies closer." Alih-alih menjadi rival yang saling menjatuhkan, Bluebird dan Go-Jek memilih untuk bersinergi, menciptakan nilai bersama bagi pelanggan mereka. 

Meski langkah ini menuai pro dan kontra, kolaborasi strategis dengan pemain digital seperti Go-Jek membuktikan kematangan Bluebird dalam membaca perubahan lanskap bisnis. Langkah ini juga menjadi contoh bagaimana fleksibilitas dan adaptasi dapat menjadi kunci keberhasilan di era kompetisi digital.

Kisah kebangkitan Bluebird di era digital adalah bukti nyata bahwa inovasi yang tepat sasaran dapat mengatasi tantangan terbesar sekalipun. Dalam menghadapi disrupsi layanan transportasi berbasis aplikasi, Bluebird menunjukkan keberanian untuk berubah, baik melalui transformasi digital, inovasi layanan, maupun kolaborasi strategis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun