Mohon tunggu...
Muhammad Kahfi Nasrun
Muhammad Kahfi Nasrun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Business Administration

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Collaborative Leadership

12 Juli 2024   15:11 Diperbarui: 12 Juli 2024   15:24 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1.1 Empat elemen yang menggambarkan dunia bergerak dengan cepat

  • Brittle (rapuh) : Perusahaan bisa terpapar pada tekanan tinggi dari persaingan pasar, ekspektasi tinggi dari pelanggan, dan penetrasi teknologi yang cepat. Dampaknya bisa meningkatkan tingkat stres dan ketegangan di antara karyawan, menurunnya produktivitas, dan risiko munculnya gejala burnout dan gangguan kesejahteraan mental lainnya.
  • Anxiety (gelisah) : Perusahaan yang mengalami kegelisahan yaitu perusahaan yang merasa cemas dan khawatir akibat dampak pandemi Covid-19. Situasi pandemi kemarin menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan kehidupan, dampaknya pada kesejahteraan individu dan akhirnya dapat menjadi sebuah fenomena yang meluas dalam masyarakat.
  • Non-linear (tak linier) : perusahaan yang mengalami non-linearitas adalah perusahaan teknologi yang mengembangkan atau menggunakan kecerdasan buatan (AI) pada produk atau layanan mereka. Perkembangan perusahaan semacam itu tidak selalu mengikuti pola linear karena dampak teknologi AI yang berkembang secara eksponensial atau bahkan tidak terduga seiring dengan kemajuan dalam algoritma.
  • Incomprehensible (sulit dipahami) : Sebuah contoh perusahaan yang mungkin sulit dipahami adalah perusahaan keuangan yang beroperasi di bidang yang sangat kompleks, seperti hedge fund atau perusahaan investasi yang terlibat dalam perdagangan derivatif yang rumit. Kegiatan mereka seringkali melibatkan strategi investasi yang sangat rumit dan terkadang sulit dipahami bahkan oleh para ahli keuangan yang berpengalaman.

Era VUCA, yang mencirikan kondisi transformasi yang cepat, tak terduga, rumit, dan membingungkan, dianggap telah kehilangan relevansinya dengan munculnya pandemi Covid-19. Seorang antropolog Amerika bernama Jamais Cascio mengungkapkan pandangan bahwa istilah VUCA hanya cocok untuk menggambarkan kondisi sebelum adanya pandemi, disrupsi teknologi, dan ketidakstabilan dalam politik global. Sebagai alternatif, Cascio menyarankan untuk mengadopsi konsep baru yang dikenal sebagai BANI sebagai pemahaman yang lebih sesuai dengan kondisi saat ini. 

Sebagai contoh VICE Media Group, sebuah perusahaan penyiaran dan media digital dari Amerika-Kanada, mengalami nasib yang kurang beruntung dengan mengajukan perlindungan kebangkrutan pada bulan Mei tahun lalu. Meskipun VICE dikenal sebagai salah satu pemain utama dalam industri media digital yang sedang berkembang pesat, dan mendapat penilaian tinggi karena kesuksesannya dalam menjangkau audiens milenial, perusahaan tersebut menghadapi tantangan finansial yang signifikan. 

VICE sebelumnya dikenal karena kesuksesannya dan salah satu pendirinya, Shane Smith. Di sisi lain, dunia e-commerce dikejutkan dengan pengunduran diri Jeff Bezos dari jabatan CEO Amazon, salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia, pada bulan Juli dua tahun yang lalu. Bezos telah memimpin dan mengembangkan Amazon selama 27 tahun. Pengunduran diri Bezos dihubungkan dengan penurunan kinerja dan performa Amazon dalam beberapa tahun terakhir. Pada awal tahun ini, Amazon mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, yang mengakibatkan 27 ribu karyawan Amazon di-PHK hingga Maret 2023.

1.2 Lalu? Di mana peran "collaborative leadership"?

Collaborative leadership memainkan peran penting di era BANI, yang ditandai dengan volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas. Para pemimpin, di era ini, perlu menumbuhkan kepercayaan di antara anggota tim melalui komunikasi yang jujur dan dengan menjadi panutan yang kuat (Roux & Hrtel, 2018). Agar dapat secara efektif menavigasi tantangan di era BANI, para pemimpin harus menyadari keterbatasan keahlian individu dan melibatkan orang lain dalam mengatasi tantangan kritis, hal ini membutuhkan budaya adaptasi dan inovasi, di mana anggota tim didorong untuk berpikir kreatif dan terus menerus menemukan solusi yang mengganggu. 

Selain itu, Collaborative leadership juga mesti terbuka untuk bekerja sama dengan mitra dan pemangku kepentingan di luar organisasi mereka (Basadur, 2004), hal ini dapat dilakukan dengan membentuk atau memanfaatkan kolaborasi yang sudah ada dan jaringan pembelajaran untuk menghasilkan dan menguji coba ide-ide. 

Di masa krisis, (seperti pandemi global dan setelahnya) kepemimpinan kolaboratif menjadi semakin penting. Para pemimpin perlu berpikir secara luas tentang mitra yang memiliki potensi, mendiskusikan peluang kolaborasi, dan menugaskan penghubung untuk mengelola kemitraan. Hal ini menunjukkan kepekaan para pemimpin terhadap kesejahteraan pekerja, sekaligus memposisikan organisasi untuk respons krisis yang efektif.

Collaborative leadership di era BANI memerlukan kepercayaan, komunikasi yang terbuka, dan keinginan untuk melibatkan orang lain dalam mengatasi tantangan-tantangan kritis (contohnya perusahaan yang terancam gulung tikar). Hal ini mengharuskan para pemimpin untuk berpikir inovatif bersama dalam tim interdisipliner dan menciptakan rasa kebersamaan di dalam organisasi. Para leader juga harus mampu merangkul hal-hal yang tidak diketahui dan ketidakpastian, sambil memfasilitasi keberlanjutan. 

Selain itu, leader yang efektif di era BANI harus memanfaatkan data dan analitik secara real-time untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis. Sebut saja perusahaan yang telah mengalami ujian besar, dalam buku disruption karya Rhenald Kasali disebutkan beberapa perusahaan yang telah menghadapi ujian besar salah satu contohnya adalah Kodak, kodak mengalami ujian yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya yaitu penetrasi teknologi dan juga perubahan perilaku pelanggannya, hal itu ditandai dengan maraknya kamera digital pada masa dimana kodak merasa jumawa dengan kamera analognya.

Secara keseluruhan, Collaborative leadership di era BANI ditandai dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru, mengintegrasikan perspektif yang beragam, dan memberikan arahan ketika diperlukan. pemimpin yang efektif di era BANI harus menyadari pentingnya Collaborative leadership, yang melibatkan menumbuhkan kepercayaan, komunikasi yang terbuka, dan keterlibatan orang lain dalam mengatasi tantangan kritis. Hal ini membutuhkan budaya adaptasi dan inovasi, di mana anggota tim didorong untuk berpikir kreatif dan terus menerus menemukan solusi yang mengganggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun