Mohon tunggu...
MUH JUHADISAINI
MUH JUHADISAINI Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - latihan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis itu hal yang indah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perkembangan Umat Islam di Sulawesi Selatan

9 Januari 2024   12:05 Diperbarui: 10 Januari 2024   17:28 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MASUKNYA ISLAM DI SULAWESI SELATAN

Kedatangan Islam di Sulawesi Selatan dibawa oleh tiga Ulama dari Minangkabau (Datu' TelluE), yaitu: Datuk Ribandang, Datuk Ditiro, dan Datuk Patimang.

Mereka datang ke Sulawesi Selatan pada abad ke-16 dan berhasil mengislamkan I Mallingkang Daeng Manyonri yang merupakan raja kerajaan Tallo.

I Mallingkang Daeng Manyonri mengubah namanya menjadi Sultan Abdullah Awwalul-Islam. setelah itu, Sultan Abdullah mengajak raja Gowa ke-14, I Manga’rangi, untuk menjadi seorang Muslim pada tahun 1605.

I Manga’rangi mengubah namanya menjadi Sultan Alauddin. Sejak saat itu, kerajaan Gowa berubah menjadi kerajaan Islam.

Corak perkembangan Islam selanjutnya diwarnai oleh situasi lokal dimana Islam itu berkembang.

SULAWESI SELATAN DALAM MASA PENJAJAHAN

Sejak zaman pemerintahan Raja Gowa ke-9, Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna, banyak orang asing yang datang dan menetap di Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa. Pada abad ke-17 Sombaopu merupakan bandar dan pelabuhan yang teramai di Indonesia bagian timur sehingga mendapat perhatian dari orang-orang asing.

Orang-orang Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris berusaha mencari perhubungan dan ingin bersahabat dengan Raja Gowa. Diantara orang-orang tersebut Belanda (VOC), ternyata ingin memonopoli perdagangan dan menguasai Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa dengan keras menentang hak monopoli yang hendak dijalankan oleh VOC. Hal itu membuat hubungan antara Kerajaan Gowa dengan VOC makin lama makin tegang sampai akhirnya pecah dalam konflik terbuka pada peristiwa “Enkhuyzen” tahun 1615.

Setelah ditandatanganinya Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667, dan jatuhnya Sombaopu maka Kerajaan Gowa secara politik telah jatuh ke dalam kekuasaan Belanda.

Awal abad ke-20, pengaruh Belanda semakin kuat sehingga tidak menyenangkan bagi raja-raja di Sulawesi Selatan. Hal itu memicu terjadinya peperangan antara raja-raja Bugis-Makassar dengan Belanda pada tahun 1904-1906 yang dimenangkan oleh Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun