Manusia, mempunyai kemampuan untuk menyimpan pengalamannya  dalam ingatannya dan bisa diungkapkan kapan saja, baik dalam mimpi maupun dalam bentuk cerita Sejarah dapat didefinisikan sebagai berbagai cara untuk menggambarkan pengalaman kolektif di masa lalu. Peran para pelaku sejarah, yaitu mereka yang menciptakan rangkaian peristiwa sejarah. Semua itu merupakan hasil perbuatan manusia yang dipengaruhi oleh pemikiran manusia, mengingat manusia tidak dapat dipisahkan dari dunia pemikirannya. Sejarah pemikiran memilki beberapa tugas diantaranya, yaitu: (1) mengkaji pemikiran-pemikiran besar yang berpengaruh pada kajian sejarah; (2) mengkaji konteks sejarah dengan melihat latar belakang pemikiran melalui tempat tinggal serta lingkungannya; (3) mengkaji pengaruh pemikiran di masyarakat.
Thomas Carlyle menyatakan bahwa seluruh gerak sejarah dimainkan oleh manusia besar, pemimpin, dan tokoh. Carlyle memandang sejarah sebagai biografi dari manusia - manusia besar dan sejarah universal merupakan apa - apa yang telah dicapai oleh umat manusia di dunia yang pada dasarnya adalah sejarah "manusia - manusia" besar yang sudah bekerja di dunia.Â
Manusia besar adalah jiwa dari seluruh umat manusia. Seorang manusia besar adalah intelektual universal dan yang mengubah masyarakat manusia. Perubahan yang dilakukan manusia besar tidak semata-mata faktor kemampuan intelektualnya, melainkan karena kemampuan bertindaknya di tengah masyarakat. Saat manusia besar bertindak, masyarakat menanggapi dan menyambut kemudian terlibat melakukan perubahan dan menggerakan Masyarakat.
Dalam penulisan artikel tentang AH Nasution Gerilya Persfektif Teori Thomas Carlyle ini menggunakan  metode didalam  ilmu sejarah yaitu seperti tahapan Heuristik, Kritik atau Verifikasi, Interpretasi, serta Historiografi atau penulisan sejarah.  Selain itu, dalam artikel ini juga menggunakan pendekatan teori The Great Man yang dicetuskan oleh Thomas Carlyle dalam karya fenomenalnya yaitu On Heroes, Hero Worship, and the heroic in History. Dimana menurut Thomas Carlyle teori The Great Man menyatakan bahwasanya seluruh gerak sejarah dimainkan oleh manusia besar, pemimpin, dan tokoh. . Seorang manusia besar adalah intelektual universal dan yang mengubah masyarakat manusia. Perubahan yang dilakukan manusia besar tidak semata-mata faktor kemampuan intelektualnya, melainkan karena kemampuan bertindaknya di tengah masyarakat. Saat manusia besar bertindak, masyarakat menanggapi dan menyambut kemudian terlibat melakukan perubahan dan menggerakan Masyarakat.
Bagi banyak orang, nama besar Jenderal Abdul Haris Nasuiton lebih dari sekedar pahlawan nasional yang turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Selain itu, Abdul Haris Nasution tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu pendiri Tentara Nasional. Abdul Haris Nasution juga dikenang sebagai aktor sejarah yang banyak terlibat dalam  peristiwa menentukan perjalanan sejarah Indonesia. Nama Abdul Haris Nasution mulai tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu tokoh yang terlibat dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang merupakan cikal bakal berdirinya Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 5 Oktober 1945, yang kini dianggap sebagai hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia.
Pada bulan Mei 1946, Presiden Sukarno mengangkat Abdul Haris Nasution yang berpangkat kolonel, menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi di Jawa Barat. Saat itu Abdul Haris Nasution mengembangkan teori perang teritorial untuk melawan tentara Belanda yang melancarkan agresi militer pertama ke wilayah Indonesia. Teori perang teritorial inilah yang kemudian menjadi salah satu doktrin pertahanan Tentara Nasional Indonesia. Pada tahun 1948, Presiden Soekarno mengangkat kembali Kolonel Abdul Haris Nasution  sebagai wakil komandan TKR mendampingi Jenderal Soedirman. Saat menjabat Wakil Panglima TKR, Abdul Haris Nasution tidak hanya berperan penting dalam menata kembali struktur kekuatan TKR, tetapi juga mengusulkan pemikirannya mengenai strategi yang dapat melawan tentara belanda yang dinamakan strategi gerilya
Konsep strategi gerilya oleh Abdul Haris Nasution diterima dengan baik oleh TKR dan Jenderal Besar Sudirman karena dalam menerapkan konsep perang gerilya sangat efektif melawan pasukan Belanda saat itu.
Jika dikaitkan antara AH Nasution Gerilya dengan teori The Great Man milik Thomas Carlyle akan menghasilkan pandangan baru mengenai gerak sejarah. Dimana gerak sejarah tidak akan lepas dari orang-orang besar atau tokoh yang berpengaruh yang dapat menggerakan masyarakat untuk bisa mengikuti pemikirannya. Tanggapan masyarakat indonesia dalam menyikapi pemikiran AH Nasution tentang Gerilya saat itu. Dimana pada saat itu sedang terjadi agresi militer belanda II yang mengakibatakan masyarakat indoneia harus bergerilya untuk dapat mengalahkan belanda karena kalau terjadi perang secara terbuka perlawanan Indonesia akan sia-sia danakan menguntungkan pihak belanda karena persenjataan yang lebih lengkap dan modern.
Teori The Great Man Thomas Carlyle dapat di pergunakan dalam mengungkapkan dari berbagai tokoh besar salah satunya AH Nasution yang mencetuskan teori Gerilya yang dapat mengubah keadaan bangsa indonesia dalam melawan Agresi Militer Belanda.
Referensi
- Sahidin, Ajid Tohir & Ahmad. 2019. Filsafat Sejarah. Jakarta: PrenadamediaGroup
- https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution#cite_note-pdat.co.id-11
- Nasution, Abdul Haris. 1980. Pokok pokok gerilya dan pertahanan Republik Indonesia dimasa yang lalu dan yang akan datang. Bandung: Angkasa
- Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya
- Nasution, A.H. 1982. Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 1: Kenangan Masa Muda.
Jakarta: Gunung Agung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H