Mohon tunggu...
M In am  Esha
M In am Esha Mohon Tunggu... -

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerbitan Kampus dan Gen-G

8 Agustus 2018   00:26 Diperbarui: 8 Agustus 2018   00:45 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: universitypress.be

Tulisan ini saya buat sembari menunggu salah seorang kawan tatkala berencana pergi melakukan outbond. Sembari menunggu, saya sempatkan untuk menulis.  Seperti biasa, refleksi saya lakukan tatkala kongkow-kongkow dan ngopi di sela-sela kegiatan rutin. Sembari ngobrol ngalor ngidul.  Biasanya di situ kemudian kami merumuskan apa saja agenda yang harus dilakukan. 

Maklumlah, selain lebih efisien, cara-cara yang seperti itu lebih mudah dan cepat. Banyak tema yang biasa diobrolkan dalam kesempatan itu. Kebetulan kami mengobrolkan pengalaman bagaimana membangun penerbitan kampus. 

Apa sebaiknya yang perlu diperhatikan dalam membangun penerbitan kampus. Maklum, kawan ngobrol saya seseorang yang sedang merintis penerbitan kampus.  Obrolan menyentuh banyak aspek termasuk hal-hal yang perlu mendapat perhatikan dalam pengembangan penerbitan kampus.

Dalam pandangan saya memang terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat penekanan dalam pengembangan penerbitan kampus.  Pertama, penerbitan. Program pokok penerbitan adalah menerbitkan buku. Penerbit harus punya target. Ada Rencana Strategis.  Berapa jumlah buku yang akan diterbitkan dan bagaimana itu bisa tercapai. 

Pengalaman saya mengajarkan bahwa kendala dalam pelaksanaan program ini antara lain pada kesadaran penulis untuk bersegera menuntaskan naskah bukunya sesuai  tegat waktu baik naskah mentahnya maupun naskah yang siap cetak (dami buku). Perlu disampaikan, penerbitan tidak akan bisa berjalan baik dan lancar tanpa input naskah buku dari penulis. 

Tetapi, penerbitan juga perlu menentukan kebijakan berapa penulis bisa menerbitkan buku dalam satu tahun. Apakah satu buku per tahun atau dua buku per tahun dan sejenisnya. Patutnya, satu dosen satu buku per tahun. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan dan asas pemerataan terutama memberi kesempatan penulis-penulis baru.  

Kedua, pemasaran. Selain upaya untuk memenuhi target penjualan buku melalui kegiatan penjualan buku baik melalui toko buku dan bursa. Selain buku dipasarkan di luar, ada baiknya penerbitan membuka outlet sendiri. Tujuannya agar penerbit dapat memasarkan buku-terbitan. Terlebih, di perguruan tinggi jumlah target pemasaran sudah di depan mata.

Kendala yang dihadapi di bidang pemasaran terutama terkait dengan bagaimana menyinergikan tiga hal: produk, pemasaran, dan penulis. Dari sisi produk, hal yang perlu mendapat perhatian adalah topografi buku seperti kapan pembejaran berlangsung. Oplah cetak juga sangat berpengaruh.

Ketiga, percetakan. Bersyukur pada tahun ini beberapa mesin kelengkapan percetakan untuk post-press  mulai dipenuhi seperti mesin stiching, sring, dan punch. Di samping itu, konsumen baik dari luar dan dalam kampus mulai berdatangan. Kendala yang dihadapi oleh mesin percetakan adalah masih belum seimbangnya antara kemampuan mesin cetaknya dengan kemampuan mesin post-press-nya terutama mesin binding. 

Ke depan direncanakan untuk membeli mesin binding dengan kapasitas besar sehingga bisa support dengan pekerjaan cetaknya. Tidak kalah pentingnya adalah penataan sistem organisasi dan administrasinya. 

Dari sisi organisasi, percetakan sebagai unit bisnis apakah menjadi unit bisnis yang terintegrasi dengan kampus atau terpisah. Ini perlu kajian yang mendalam dari para pemangku kebijakan sehingga akan diperoleh formula yang terbaik.

Keempat, pergudangan (stock). Sistem administrasi mesti berjalan baik. Pendataan buku dari waktu ke waktu senantiasa di update termasuk dilakukan stok opname secara berkala. Idealnya, posisi gudang menyatu dengan kantor yang sudah di bangun, namun karena masih belum memungkinkan yaitu tempat yang masih belum ada sehingga posisi gudang masih ada di gedung lama. Semoga tahun 2012, ini rencana pembangunan gedung yang diperuntukkan gudang bersebelahan dengan kantor yang baru bisa terealisasi.   

Penerbitan di era Gen G

Itulah beberapa poin yang mesti diperhatikan. Dari kesemua itu, ada aspek fundamental yang juga harus diperhatikan. Apa itu? Mental baik dan motivasi untuk maju. Hidup ini dinamis. Apa yang kita hadapi di tahun ini tentu harus ada perubahan. Sebagai umat Islam, Nabi saw. mengajarkan bahwa "Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka sesungguhnya ia termasuk orang yang merugi". 

Sama saja sudah rugi, apalagi lebih jelek. Tentu rugi murakkab kata santri  pondok. Maksudnya, ruginya dobel-dobel. Tentu karena kita sudah menjadikan Islam sebagai "ruh" dalam hidup kita, maka tidak ada jalan lain kecuali kita sedapat mungkin mengamalkan ajaran nabi saw. itu. Jangan sampai prestasi tahun ini sama dengan tahun kemarin, apalagi merosot. 

Intinya harus lebih baik. Berbekal semangat saja tentu tidak cukup. Karena itu, semangat itu harus dibarengi dengan rencana kerja tahunan (RKT). Rencana dan program kerja itulah yang akan mengarahkan semangat itu.  Lantas apa agenda 2012 ini? Saya yakin bahwa masing-masing sudah punya angan-angan untuk menjadikan "rumah besar" penerbitan ini semakin unggul, unggul, dan unggul.

The next?  Apa yang sudah diprediksikan bahwa masyarakat pelan namun pasti akan mengalami revolusi gaya hidup. Saya masing ingat bahwa dalam salah satu tulisan, pernah saya katakana bahwa dunia penerbitan dan percetakan akan mengalami "sabak sindrom".  Yaitu, sebuah kondisi dimana manusia akan mengalami nasib seperti sabak.

Alat tulis kuno yang ditinggalkan oleh manusia karena ditemukannya media tulis kertas. Nah, saat ini manusia sudah menemukan media "lain" sebagai pengganti kertas berupa sarana-sarana komputer yang canggih dan semakin hari semakin terjangkau seperti beragam jenis laptop, notebook, dan tablet. 

Ke depan, zaman paperless semakin nyata. Kalau sekarang saja uang kertas sudah mulai digantikan dengan beragam alat transaksi elektronik pengganti kertas, maka tidak menunggu waktu lama akan diikuti dalam bidang kehidupan lainnya.     

Menghadapi tren semacam itu, sudah saatnya kita  menjadikan era digital ini sebagai tema sentral. penerbit perlu mengembangkan buku versi digital. 

Tentu ini bukan kerja penerbitan semata, karena hal semacam ini memerlukan sinergi banyak pihak. Dan, tidak kalah pentingnya harus ada revolusi paradigma berpikir. Dalam arti, bahwa sivitas akademika harus sadar bahwa kondisi sosial sudah berubah. 

Saat ini sedang berkembang Generasi G (Gen-G).  Generasi Gadget. Nah, penerbitan kampus pun harus hadir tidak sekadar untuk masyarakat hari ini, tetapi juga hadir memenuhi kebutuhan Generasi G yang akan datang.  Wallahu'alam.   

 Gasek, 9 Juni 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun