Mohon tunggu...
M In am  Esha
M In am Esha Mohon Tunggu... -

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

World Class University

27 Juli 2018   17:08 Diperbarui: 28 Juli 2018   05:34 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali tahun 2015, Indonesia melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, biasa disingkat Ristekdikti, punya gawe besar yaitu sebuah perhelatan tentang bagaimana perguruan tinggi di Indonesia dapat masuk dalam 500 Top dunia atau World Class University Ranking (WCUR). Peraturan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 50 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 menetapkan target bahwa pada tahun 2018 ini setidaknya ada 4 perguruan tinggi yang masuk dalam 500 perguruan top dunia. Dalam Laporan Kinerja Direktorat Kelembagaan IPTEK dan DIKTI 2017 merekam tiga perguruan tinggi masuk dalam 500 PT Top dunia yaitu UI masuk ranking 277, ITB diperingkat 331, dan UGM di peringkat 401.     

Pilihan Strategi

Selama ini ada banyak lembaga yang melakukan perangkingan universitas di dunia. Ada  QS World Universitis Rankings-THE (Times Higher Education), Center for World-Class Universities, Shanghai Jiao Tong University, dan WEBOMETRIC: The "World Universities" Ranking on the Web. Masing-masing lembaga tersebut memiliki kriteria-kriteria tertentu untuk menentukan peringkat sebuah universitas di dunia.

QS, misalnya, telah menentukan sejumlah kriteria untuk menentukan peringkat sebuah pendidikan tinggi di dunia. Ada sejumlah kriteria yang ditetapkan yaitu research quality, teaching quality, international outlook, dan graduate employability. Kualitas riset diukur dari seberapa besar penelitian yang dihasilkan oleh sebuah perguruan tinggi dan seberapa besar hasil penelitian itu diakses secara internasional, kualitas pembelajaran diantaranya dilihat dari rasio mahasiswa-dosen, faktor internasional dilihat dari seberapa besar peminat mahasiswa dari luar negeri, dan yang terakhir seberapa besar daya serap masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi tersebut.

Tidak jauh beda dengan QS, Shanghai Jiao Tong juga memberikan kriteria-kriteria untuk menentukan ranking sebuah perguruan tinggi di dunia yaitu: kualitas alumni yang dilihat dari, misalnya, seberapa banyak alumni yang telah mendapat penghargaan di bidangnya, kualitas pendidikan masing-masing fakultas misalnya diukur dari seberapa besar hasil penelitian dosen di sebuah fakultas dikutip atau dijadikan rujukan, kualitas hasil penelitian diukur dari publikasi ilmiah, dan yang terakhir penilaian dilihat dari performansi akademik.   

Hal menarik yang dapat kita cermati dari kriteria tersebut setidaknya meniscayakan satu  hal utama yang harus dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi jika ingin masuk dalam ranking universitas kelas dunia, yaitu riset dan publikasinya. Betapa tidak, dari sekian kriteria itu ternyata bobot terbesarnya mengakar pada hasil penelitian dan publikasi ilmiahnya. Tidak salah jika dikatakan bahwa penelitian menjadi "basic" dalam penilaian itu. Jika universitas ini telah memantapkan diri untuk masuk menjadi salah satu unversitas kelas dunia, tentunya strategi yang harus dipilih tidak lain adalah bagaimana mendorong riset di kalangan sivitas akademika dan juga mempublikasikannya.  

Peran Penerbitan

Gawe besar yang sedang dihelat perguruan tinggi  tentu meniscayakan semboyan rawe-rawe rantas malang-malang putung. Semua lini organisasi harus turut ambil bagian dalam menyukseskan perhelatan ini. Tidak bisa tidak! Sudah tidak dapat dinafikkan lagi bahwa peran penerbitan menuju world class university ranking ini tidak kecil. Meskipun bukan satu-satunya lembaga yang berkiprah dalam publikasi ilmiah di kampus, Unit Penerbitan Karya Ilmiah yang mengelola buku dan jurnal ilmiah  harus dipacu untuk mempublikasikan karya-karya ilmiah sivitas akademika.

Terkait dengan gawe besar perguruan tinggi untuk mencapai WCUR, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka memuluskan publikasi ilmiah terutama dalam aspek penerbitan dosen dan mahasiswa.

 

Pertama, karena penilaian dalam pemeringkatan tersebut di antaranya berbasis hasil publikasi buku dan artikel, maka perlu dorongan yang terus-menerus dari pihak universitas agar karya ilmiah sivitas akademik diterbitkan. Hal ini misalnya dengan membuat policy bahwa tesis, disertasi, dan karya penelitian yang sumber dananya berasal dari perguruan tinggi haruslah diterbitkan. Hal ini sudah dilakukan misalnya dengan kebijakan kewajiban bagi peneliti dan mahasiswa strata dua dan tiga  untuk menerbitkan dan mempublikasikan karya mereka.  Termasuk, dalam hal ini juga munculnya kebijakan persyaratan kenaikan pangkat harus menyertakan hasil publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi.  

 Kedua, perguruan tinggi perlu mendorong dan memfasilitasi diadakannya silaturrahim intelektual nasional dosen bidang studi yang memungkinkan adanya tukar menukar buku dan artikel ilmiah karya dosen yang akan dijadikan silabus bagi semua perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini penting agar buku-buku dosen kita tidak sekedar dikutip secara alamiah (naturally) melalui pembelian di toko-toko, tetapi proses itu dilakukan secara terstruktur (by design). Dan, tentunya hal ini akan menantang dosen untuk menghasilkan karya terbaik karena karyanya akan di-share ke seluruh perguruan tinggi.  

 

Ketiga, lembaga penerbitan perlu diberikan payung kebijakan yang memberi peluang dosen untuk menerbitkan karyanya bersama dengan dosen dari luar universitas (baik dalam dan luar negeri) dengan persyaratan agar dosen yang diajak adalah dosen yang sudah bergelar doktor maupun profesor dan dari universitas terkemuka, minimal perguruan tinggi negeri yang setara. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan kerjasama dan juga keberterimaan produk-produk penerbitan serta publisitasnya.

 

Keempat, proporsi penerbitan buku-buku berbahasa asing (Arab dan Inggris) selalu ditingkatkan. Hal ini untuk merespons berkembangnya kelas-kelas internasional yang sudah mulai dilaksanakan di universitas. Harapannya tentu literatur-literatur pembelajaran mereka akan terdukung melalui penerbitan ini. Dalam konteks ini, tentu perlu stimulus dan reward bagi dosen-dosen yang menulis buku-buku daras berbahasa asing.

 

Kelima, kita sudah waktunya mengembangkan pemasaran berbasis web. Dalam kaitannya dengan ini, kita perlu merancang baik dari banyak segi mulai dari segi infrastruktur maupun suprastrukturnya.  Namun, jelas bahwa tatkala kita mampu menerapkan hal ini keuntungan jelas akan diperoleh, yaitu publikasi buku-buku terbitan dan tentunya juga diharapkan akan mendorong citra akademik kampus di Indonesia.

Itulah beberapa hal yang perlu kiranya secara arif kita renungkan dan agendakan dalam mengembangkan perguruan tinggi untuk mendukung perhelatan atau gawe besar, WCUR. Program ini sudah dicanangkan. Semua pihak harus saling mendukung.  Nah, bagaimana menurut Anda?

 Dinoyo, Jum'at - 28 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun