Mohon tunggu...
MUHIMMATUN NAILATULALIYAH
MUHIMMATUN NAILATULALIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mahasiswi dengan hobi memasak dan mendengar musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelatihan Soft Skill di Rumah Kearifan: Refleksi Perjalanan Mengenal Diri

21 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:17 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Rumah Kearifan, sebuah perjalanan pemahaman diri telah membuka mata saya tentang makna sesungguhnya dari soft skill. Dalam pelatihan satu hari yang dipandu oleh Bu Zia dan Pak Muqowim, saya menemukan bahwa pengembangan soft skill bukan sekadar tentang keterampilan berkomunikasi atau berorganisasi, melainkan tentang perjalanan mendalam mengenal dan mengendalikan diri.

"Mau jadi apapun nanti, soft skill akan selalu penting," ujar Bu Zia mengawali sesi. Melalui pertanyaan sederhana "Apa yang kamu ketahui tentang teman-teman kalian?", kami memulai perjalanan pemahaman diri yang mendalam. Kontrak belajar dibuat dengan aturan sederhana namun bermakna: setiap peserta harus mendapatkan sesuatu sebelum meninggalkan ruangan. Melalui konsep "Guardian Angel", kami diajak memahami pentingnya proaktif berbuat kebaikan, bahkan kepada mereka yang mungkin tidak menyukai kita.

Pak Muqowim memulai sesinya dengan aktivitas non-verbal yang unik: berbaris berdasarkan huruf pertama nama dan tidak diperbolehkan berbicara.  Dilanjutkan dengan memilih huruf yang bermakna dan mengaitkannya dengan nilai karakter yang ingin dikembangkan. 

Sesuai dengan harapan di kontrak belajar awal tentang mengenal diri lebih dalam, Pak Muqowim mengajak kami melakukan perjalanan ke dalam diri. "Setiap orang pasti punya perjalanan hidup yang berbeda-beda," ujarnya membuka sesi. Beliau meminta kami menuliskan momen-momen berharga bersama orang terdekat, terutama ayah, ibu, dan keluarga. Kami diminta merenungkan nilai-nilai yang bisa diambil dari pengalaman tersebut, membayangkan bagaimana jika nilai-nilai itu diterapkan di lembaga, dan merefleksikan apakah nilai-nilai tersebut sudah kita terapkan dalam keseharian, termasuk dalam pilihan profesi sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Islam.

"Dan semua ini tadi bagian dari intrapersonal soft skill," kata Pak Muqowim. "Setiap orang mempunyai garis hidup yang berbeda-beda dan itulah keunikan. Ketika kita tidak bisa memahami keunikan diri kita, kita tidak mau memahami keunikan orang lain, maka akan muncul persoalan. Karena ketika kita tidak mau memahami keunikan diri kita, kita tidak tahu sebenarnya kita ini siapa? Berasal dari mana?"

Saat ditanya nilai apa yang bisa diambil, teman-teman menyebutkan berbagai hal seperti menghargai, kebebasan berpendapat, dan ekspresi. Pak Muqowim menjelaskan bahwa dari cerita masa lalu dan pengalaman personal, ternyata ketika kita mencoba berhenti sejenak, merefleksi, merasakan dan memaknai, selalu ada nilai yang bisa diambil untuk melangkah ke depan. Ini semua berkaitan dengan kontrak belajar di awal - sebuah strategi untuk lebih melihat ke dalam diri (intrapersonal) sebelum beralih ke interpersonal. Di sini, beliau menyoroti persoalan generasi Z yang kerap dikendalikan lingkungan, bukan mengendalikan diri sendiri. "Respon kita lebih penting daripada kejadian apa yang terjadi," ujarnya bijak. 

"Membaca tanpa refleksi seperti makan tanpa dicerna," kata Pak Muqowim, mengingatkan bahwa dari 60 ribu momen yang kita miliki setiap hari, berapa banyak yang benar-benar kita maknai?

Setelah istirahat, Pak Muqowim membawa pembelajaran yang masih terkait dengan intrapersonal namun mulai menjembatani ke interpersonal. Beliau membawa sejumlah kartu dan mengajak kami melihat lebih dalam ke diri masing-masing, mendialogkan kualitas atau perasaan yang saat ini paling kita miliki atau minati. "Insya Allah, apa yang teman-teman refleksikan akan sesuai dengan kartu ini," ujarnya sambil meminta kami mengambil kartu secara acak. "Ketika mengambil kartu ini, Allah mengizinkan di situlah teman-teman akan merasakan kualitas diri masing-masing, meskipun bisa saja berubah." Satu per satu, kami menyampaikan nilai dan makna dari kartu yang didapatkan.

Setelah merefleksikan isi kartu tersebut selesai, selanjutnya adalah berlatihan menjadi pendengar aktif. Beliau menyampaikan "Karena setiap orang itu biasanya hidup tidak sesuai harapan," lanjut Pak Muqowim, "antara harapan dengan kenyataan tidak sesuai, dan itulah yang dinamakan masalah." Beliau menjelaskan bahwa terkadang jarak antara harapan dan kenyataan begitu jauh, membuat kita merasa berat dan butuh menceritakannya kepada orang lain. Di sinilah pentingnya mencari pendengar aktif, meski tidak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. Kami kemudian diajak berlatih menjadi pendengar aktif dengan versi apa adanya. 

Kami belajar menjadi pendengar aktif, yakni sebuah keterampilan yang meliputi kemampuan menguatkan, membebaskan ekspresi, menunjukkan antusiasme, dan responsif. Melalui berbagai aktivitas, kami belajar membedakan antara empati dan simpati, sambil memperdalam pemahaman tentang pentingnya memaknai setiap pengalaman.

Kemudian dilanjutkan dalam sesi visualisasi masa depan, Pak Muqowim membagikan hasil riset Amerika yang menarik: hanya 3% orang yang sangat sukses dengan visualisasi tertulis dan bergambar, 10% sukses tanpa visualisasi tertulis, sementara 60% hidup biasa saja dengan tujuan yang tidak jelas dan 27% gagal atau tidak sukses. "Semakin jelas mimpinya, semakin jelas langkahnya," ujarnya, menggunakan analogi sederhana tentang memasak nasi goreng - ketika tujuan jelas, setiap langkah akan mengarah ke sana.

Dimensi spiritual menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran ini. Pak Muqowim menjelaskan bahwa bagi orang beragama, semua yang dialami tidak bekerja sendiri - ada hukum Tuhan yang bekerja. Mengutip ayat Al-Quran "fainnama'al 'usri yusraa", beliau menegaskan bahwa semakin besar usaha, semakin besar pula kemudahan yang akan didapat.

Kemudian dilanjutkan dengan latihan mindfulness atau meditasi selama 10 menit, kami berjalan hening mengamati setiap detail di sekitar. Dengan berjalan itu antara tubuh, pikiran dan jiwa jadi satu, dengan cara ketika kami melangkah itu memang kami pengen dan kami sadar kami sedang melangkah di situ, apa pun yang kami lewati kami perhatikan, bahkan sekecil apapun itu dan memberikan makna terhadap sesuatu tersebut. Setelah kegiatan memakanai diri, mengendalikan diri dan memaknai sekitar selesai, kami kembali dan menyampaikan apa yang kita dapat di lanjut dengan pak Muqowim menyampaikan materinya. 

"Kekuatan sekarang adalah kuncinya," tegas Pak Muqowim menjelang akhir sesi. "Masa depan kita tergantung apa yang ada di pikiran saat ini." Beliau menekankan tiga kunci kesuksesan: menghilangkan kata "tidak mungkin" yang membunuh keajaiban, menghapus "tidak bisa" yang merendahkan potensi diri, dan membuang "aku sudah tahu" yang menghentikan proses belajar.

Dari perjalanan pembelajaran ini, beberapa nilai penting berhasil tertanam dan perlu terus dikembangkan:

1.  Nilai yang diperoleh:

- Kesadaran diri yang mendalam melalui praktik mindfulness

- Proaktif dalam kebaikan lewat konsep Guardian Angel

- Kemampuan mendengar aktif dan berempati

- Kekuatan visualisasi positif untuk masa depan

- Kebijaksanaan dalam memaknai setiap pengalaman

2. Nilai yang perlu dikembangkan:

- Konsistensi dalam praktik mindfulness sehari-hari

- Penguatan visualisasi tertulis untuk mencapai tujuan

- Keberanian menghilangkan kata-kata pembatas diri

- Keseimbangan dimensi intrapersonal dan interpersonal

Di penghujung hari, kami pulang bukan hanya dengan sertifikat, tetapi dengan pemahaman baru bahwa kunci dari semua pembelajaran ini ada "di diri sendiri." Perjalanan satu hari di Rumah Kearifan ini mungkin singkat, tetapi pembelajarannya mendalam dan komprehensif. Seperti yang dikatakan Pak Muqowim, "Berdamai dalam setiap tantangan" - karena kesuksesan sejati dimulai dari pemahaman diri yang utuh dan kemampuan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun