Mohon tunggu...
Muh IlhamPaduai
Muh IlhamPaduai Mohon Tunggu... Editor - Muh ilham paduai adalah mahasiswa perbankan syariah, orang yang sedikit cuek tetapi humoris, suka menulis Sejak SD. menyukai beladiri dan segala hal yang berhubungan dengan seni.

Laki-Laki yang menjadikan beladiri dan basket sebagai seni kemudian menulis sebagai olahra(sa)ga. - Akun Media Sosial : - Instagram : @Ilham_Paduai - Facebook : Muh Ilham Paduai - Twitter : @ilhampaduai05 - Wattpad : @Jing_Ga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Misalnya Suatu Saat Kamu Menyerah Mencintai

11 Oktober 2020   07:02 Diperbarui: 8 November 2020   18:34 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash/@tzk)

Misalnya Suatu Saat Kamu Menyerah Mencintai

Sungguh bacalah ini ketika suatu saat kamu memilih menyerah untuk mencintai. 

"Sebab memulai dengan hati yang baru itu terlalu melelahkan."

Misalnya suatu saat hatimu mulai susah untuk menerima, mulai egois untuk saling percaya. Camkan ketika dulu kelemahannya tidak kamu pikirkan, ingat bagaimana dulu kamu mengalah untuk menciptakan puas di hatinya. Ingat saat-saat di mana kamu mulai berjuang bersama dan berpikir untuk bahagia selamanya.

Misalnya suatu saat matamu mulai tidak ingin melihat senyumnya, pikirkan bagaimana dulu begitu sulitnya untuk menciptakan lekukan itu di bibirnya. 

Bagaimana rumitnya kamu bercanda hanya demi menangkap raut wajah manis yang tercipta karena senyumnya berkali-kali. 

Kamu bahkan rela terlihat bodoh untuk menenangkan hatinya. Kamu malahan merasa tidak apa-apa tidak terlihat keren cuma demi melihat sesuatu yang keren.

Misalnya suatu saat kamu mulai tidak peduli untuk mengucapkan selamat malam, kamu mulai tak acuh untuk mengingatkan makan, bayangkan bagaimana dulu begitu rajinya kamu mengirim pesan setiap malam. 

Ada tawa, menangis, bertengkar, saling ejek, gembira sampai tertidur hingga ditutup dengan ucapan selamat malam.

Renungkan bagaimana hiperbolanya kamu ketika menanyakan makannya, bagaimana cerewetnya kamu ketika tahu bahwa dia lupa sarapan, barangkali orang-orang berpikir itu sungguh berlebihan tapi bagi kamu yang merasakan itu menyenangkan dan menenangkan.

Misalnya suatu saat tubuhmu mulai malas melangkah bersamanya, rasakan bagaimana dulu teduhnya ragamu saat di sebelahnya. Bagaimana menenangkannya dia waktu menggenggam tanganmu, bagaimana menyenangkannya ketika saling balas pukul dan kalian tertawa.

Misalnya suatu saat tidak ada lagi yang membuatmu tertarik darinya, tidak ada lagi nyaman ketika berjalan dengannya, ingat bagaimana perasaanmu ketika pertama kali berjuang untuknya, ingat segala hal-hal yang membuatmu kadang tertawa sendiri.

Bagaimana ekspresinya ketika salah, bagaimana raut mukanya waktu meminta maaf, bagaimana mimik rupanya ketika menangis juga apa yang terjadi ketika ia sedang merindukanmu.

Misalnya suatu saat kamu menyerah mencintai. Permintaanku, jangan menyerah untuk yang kedua kali.

Bk, Selasa, 28/07/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun