Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) disorot dalam upayanya menjalin komunikasi dengan Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP), yang mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Langkah ini dianggap sebagai taktik jaga-jaga, dugaan sebagai antisipasi terhadap potensi ketidaklolosan capres-cawapres nomor 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD ke putaran kedua Pilpres 2024.
Pengamat politik Jannus TH Siahaan menyatakan bahwa strategi mendekati kubu Amin memberi peluang bagi PDI-P untuk menjajaki rencana koalisi dengan Partai Nasdem dan PKB jika Anies-Cak Imin tak lolos ke putaran kedua. Analisisnya menyoroti kemungkinan pergeseran dukungan pendukung Anies-Muhaimin ke Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming jika Ganjar berhadapan dengan mereka.
Jannus menilai peluang PDI-P mendapatkan dukungan dari Partai Nasdem dan PKB cukup besar, mengingat kedua partai tersebut memiliki hubungan akrab dengan PDI-P selama sembilan tahun terakhir. Selain itu, ia merinci bahwa skenario sebaliknya juga mungkin terjadi, di mana PDI-P bisa menyerahkan suaranya ke kubu Amin jika Ganjar-Mahfud tidak lolos, sebagai ungkapan "kemarahan" terhadap Jokowi dan Gibran.
Sebelumnya, PDI-P mengalami tekanan politik menjelang Pilpres dan Pemilu 2024, yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto. Hasto mengklaim adanya penurunan baliho Ganjar-Mahfud dan intimidasi terhadap tim sukses, yang memicu pembangunan komunikasi dengan Amin sebagai respon terhadap situasi yang sama.
Pernyataan PDI-P mengenai komunikasi ini, meskipun dibantah oleh kubu Anies-Cak Imin, menunjukkan dinamika kompleks dan persaingan sengit di panggung politik menjelang Pilpres 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H