Mohon tunggu...
Muhammad Idris
Muhammad Idris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Seorang mahasiswa di prodi Ilmu Hubungan Internasional yang ingin memperkaya pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Keamanan Lingkungan: Perubahan Iklim Global yang Terus Menghantui Bumi

28 Februari 2023   10:31 Diperbarui: 28 Februari 2023   10:38 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sebagai makhluk hidup sangatlah bergantung pada bumi. Kondisi bumi yang baik dan stabil tentunya kunci dari keberlangsungan hidup seluruh makhluk didalamnya. 

Namun perubahan iklim seolah menjadi monster besar yang menakutkan dan mengancam bagi bumi serta segala didalamnya. Perubahan iklim dapat berupa tingkat suhu udara yang sangat tinggi, angin, intensitas curah hujan yang tidak stabil serta kelembaban yang disebabkan oleh pemanasan global. 

Aktivitas manusia ternyata juga dapat merusak bumi, pembakaran dan penggundulan hutan akan mempengaruhi suhu udara yang ada, selain itu juga penggunaan bahan bakar fosil serta polusi industri juga mempengaruhi kesehatan bumi kita.

Dampak yang disebabkan dari perubahan iklim ini sangat banyak, mulai dari kerusakan ekosistem dan organisme di bumi hingga meningkatnya permukaan air laut yang disebabkan mencairnya kutub es Antartika akibat pemanasan global (global warming). 

Pemanasan global dapat kita ketahui merupakan aktivitas meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi dan laut. Hal ini dapat disebabkan karena efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon, dan berkurangnya kelestarian hutan sebagai paru-paru dunia. 

Akibatnya, terjadi perubahan pada iklim dan cuaca di seluruh dunia sehingga sebagian mengalami panas ekstrem disertai kekeringan dan sebagian lain mengalami suhu dingin yang esktrem.

Fenomena ini tentunya berdampak buruk dan mengancam kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk hidup. Bagaimana tidak, pengaruh yang dihasilkan akan berdampak pada timbulnya bencana-bencana alam yang akan berpengaruh terhadap perekonomian negara, sektor pangan dan kesehatan manusia itu sendiri, sehingga isu ini merupakan isu global yang serius.

Indonesia contohnya, hampir setiap bulan dari tahun 2022 lalu hingga saat ini selalu terjadi hujan dengan intensitas curah yang tinggi dan dengan rentang yang berdekatan. 

Belum terjadi musim panas seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentunya berdampak pada pertanian yang tidak membutuhkan kadar air yang tinggi karena akan terendam banjir sehingga akan mempengaruhi pertumbuhannya seperti perkebunan kopi, tebu, dan tembakau. Tiga komoditas itu merupakan penyumbang ekonomi negara yang cukup besar. 

Curah hujan yang terjadi terus menerus juga akan berdampak pada sisi kesehatan, apabila terjadi banjir maka masyarakat yang terdampak akan rentan terkena penyakit seperti demam berdarah, malaria, hingga chikungunya dan penyakit-penyakit lainnya.

Sekarang langkah yang tengah digalakkan pemerintah adalah dengan memasifkan pemakaian transportasi ramah lingkungan dengan tenaga listrik yang kian mudah didapatkan bahkan akan mendapatkan subsidi. Bagaimana tidak, Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang emisi terbesar ke-4 di dunia.

Baru-baru ini isu yang sedang hangat diperbincangkan dunia adalah mencairnya kutub es di Antartika yang akan menyebabkan sebagian dunia tenggelam akibat mencairnya gunung-gunung es disana. 

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, telah terjadi pencairan lapisan es hingga 70,8 miliar ton per tahunnya akibat pemanasan global yang terjadi, rasanya dahuluu panas bumi yang dirasakan tidaklah sepanas di masa sekarang, namun sekarang panas bumi yang dirasakan sangat panas. Bayangkan saja apabila hal itu terus terjadi, kemungkinan dunia akan tenggelam benar akan terjadi?

Kesepakatan internasional telah membentuk upaya-upaya penanggulangan fenomena ini, diantaranya seperti IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) dan Protokol Kyoto yang berfokus untuk menggerakkan dunia untuk bisa mengurangi emisi gas-gas yang mampu merusak lapisan ozon sebagai tameng bumi dari panasnya sinar matahari. 

Selain dua kesepakatan itu, ada pula Paris Agreement 2015 yang fokus pada pembangunan berkelanjutan serta pengurangan emisi dan resilien pada perubahan iklim yang bertarget untuk mengurangi emisi dari gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. 

Namun pertanyaannya sekarang adalah, apakah upaya-upaya tersebut akan berhasil dijalankan? kita sebagai masyarakat harus selalu mendukung kebijakan yang tengah dijalankan pemerintah.  Ataukah benar adanya bahwa seiring berjalannya waktu dan zaman maka kita semua juga akan semakin mendekati masa kehancuran bumi?

Referensi

Riza Pratama, L. P. (2019). Penanggulangan Pemanasan Global. 91-95.

Silfia Ainurrohmah, S. S. (2022). Analisis Perubahan Iklim dan Global Warming yang Terjadi sebagai Fase kritis. Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan, 1-10.

Ditulis oleh: Muhammad Idris

NIM: 07041282126052

Dosen Pengampu: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun