Mohon tunggu...
Riza Muhida
Riza Muhida Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Pernah menjadi dosen di Malaysia, tahun 2004-2010, sebagai Associate Professor, di Bidang mechatronics Kemudian pulang ke Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritik pada Edaran Mendagri tentang Pendidikan Numerasi & Metoda Gasing Milik Prof. Yohanes Surya

23 Mei 2023   21:28 Diperbarui: 23 Juni 2023   08:43 2332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metoda Gasing adalah metoda yang dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya dalam mengajarkan matematika. Sebagaimana diketahui Prof. Yohanes Surya adalah Staff/Penasehat Khusus Menko Marves Luhut B Pandjaitan. Prof. Yohanes Surya adalah Pendiri Yayasan Surya Institute dan Pemilik Universitas Surya dan STKIP Surya, kampus yang berada di daerah Tangerang, Banten.

Sebenarnya banyak metoda dalam mengajarkan Numerasi, seperti: Kumon, Gasing, NU Circle Tadris Matematika, Jarimatika, Calistung, Sakamoto dan lain-lain, yang tentunya setiap metoda tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Tapi mengapa metoda Gasing yang dipilih, untuk itu kita perlu melihat laporan evaluasi penggunaan metoda Gasing tersebut.

Evaluasi terhadap Metoda Gasing

Sebenarnya metoda Gasing yang diciptakan oleh Prof. Yohanes Surya sudah lama diajarkan. Dari penelusuran di Internet menunjukkan metoda Gasing sudah diajarkan sejak tahun 2009. Kemudian dari tahun 2010 hingga tahun 2013 diadakan pelatihan Gasing di Tangerang untuk siswa dari Papua dan Papua Barat. Pada saat diadakan pelatihan Gasing di Surya Institute, Tangerang, banyak siswa-siswi dari Papua dan Papua Barat yang dikirim.

Bagaimana Evaluasi metoda Pendidikan Gasing? Untuk mendapatkan data tersebut, berdasarkan penelusuran jejak digital didapatkan laporan evaluasi Pendidikan Gasing untuk siswa Papua dan Papua Barat berupa sebuah tulisan yang   dibuat oleh Jus Felix Mewengkang, pada BERITA FORUM MASYARAKAT ADAT DUMA DAMA (FMADD) [Moni-Mee Selatan] yang berjudul

Eksploitasi Pendidikan Anak Papua di Surya Institut, pada link: http://fmaddmms.blogspot.com/2013/11/eksploitasi-pendidikan-anak-papua-di.html?m=1,  Jus Felix Mewengkang  adalah staff yang ditunjuk oleh Pemda Papua untuk mendampingi siswa Papua dalam belajar Gasing di Lembaga Pendidikan yang dimiliki oleh Prof. Yohanes Surya di Tangerang, Banten. Jus Felix Mawengkang ikut berada bersama siswa-siswi Papua di Surya Institute ketika mendampingi program tersebut..

Apa hasil evaluasi dari Jus Felix Mawengkang, yang bisa kita baca pada link diatas, adalah sebagai berikut:

  • Provinsi Papua dan Papua Barat telah mengirimkan siswa-siswinya ikut dalam Program Pendidkan Gasing di Surya Institute, yang diberi nama SIP (Surya Intensif Program), dan/atau Program Pengembangan Sumber Daya Manusia, Khususnya, Pembinaan dan Pendidikan Sains dan Matematika siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) untuk mempersiapkan siswa mengikuti Ujian Nasional dan Olimpiade.
  • Sebanyak 332 siswa yang dikirim dari perwakilan 17 Kabupaten, Utusan Propinsi dan Lembaga serta Pribadi dari Propinsi Papua dan Papua Barat. Yaitu dari Kab/Kota: Asmat, Kaimana, Keerom, Lany Jaya, LPMAK, Membrano Raya, Jayawijaya, Mappi, Merauke, Mimika, Nduga, Puncak, Sorsel, Tambrauw, Tolikara, Waropen, Yahukimo, Yalimo, dan Provinsi Papua.
  • Pada saat siswa-siswi belajar menggunakan Metoda Gasing, dirasakan bahwa metoda Gasing  dianggap metoda yang terlalu cepat, berorientasi target bidang eksakta dimana siswa dipacu siang-malam belajar matematika dengan jadwal ketat, dipacu adrenalin mengejar "target" dan disiplin yang kaku yang mengakibatkan ada siswa menghadapi masalah psikologis.
  • Ketika dilakukan evaluasi antara siswa yang ikut Gasing dengan dengan siswa lain yang tidak ikut Gasing, dengan menggunakan metoda evaluasi yang sama yaitu Ujian Nasional. Ketika mereka menempuh ujian nasional (UN) di Papua, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kenyataanya siswa yang pernah ikut belajar Gasing di Surya Institute, Tangerang dibandingkan dengan siswa yang tidak ikut Gasing (belajar biasa di sekolah di Papua) ternyata mendapatkan nilai yang sama, tidak ada kelebihan prestasi bagi siswa yang ikut Gasing. 2. Bahkan ada siswa yang ikut belajar Gasing di Surya Institute, Tangerang dinyatakan tidak lulus UN.
  • Metoda Gasing memiliki Biaya yang Mahal dan minim pelayanan. Menurut Jus Felix, pelayanan yang diterima peserta tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan.
  • Dalam pengelolaannya tidak sesuai Clean and Good Governmet, Responsibilty dan Akuntability .

Kalau program Gasing tersebut bagus sebenarnya program tersebut dapat berlanjut terus akan tetapi karena beberapa poin evaluasi di atas, program itu terhenti pada periode tersebut. 

Selain laporan evaluasi pelaksanaan metoda Gasing kepada siswa dari Papua yang telah disampikan oleh Saudara Jus Felix Mawengkang di atas, saya juga menanyakan kepada para guru-guru yang pernah mengajar Gasing kepada siswa-siswi Papua tersebut, apa kelebihan dan kekurangan dari metoda Gasing Tersebut, menurut para mantan guru tersebut, kelebihan metoda gasing  adalah meningkatkan kecepatan berhitung, kelemahannya adalah metoda Gasing tidak memberikan fondasi matematika yang kuat, dimana seharusnya anak-anak selain belajar berhitung juga ditumbuhkan kemampuan Computational Thinking, analytical Thingking dan Crytical Thinking.

Selain kita mengevalusi terhadap metoda gasing, kita perlu juga melihat rekam jejak terhadap penemu Gasing dan penyelenggara Gasing. Yaitu Prof. Yohanes Surya dan Surya Institute. Prof. Yohanes Surya adalah pendiri dan pemilik Surya Institute, dan Surya Institute ini adalah pemilik Universitas Surya dan STKIP Surya. Kita bisa melihat rekam jejaknya dalam menyelenggarakan sistem pendidikan berdasarkan data digital yang ada di internet. Apakah rekam jejaknya bagus untuk kita percayakan anak-anak kita dididik olehnya?

  • Prof. Yohanes Surya dan Yayasan Surya Institute pernah diberitakan oleh Media Masa Nasional, tentang permasalahan yang terjadi di Universitas Surya pada tahun 2017. Dimana pada saat itu kegiatan perkuliahan tidak dapat berjalan lancar karena masalah gaji para dosen tidak dibayarkan (https://nasional.tempo.co/read/894153/pahit-getir-dosen-universitas-surya-bergaji-rp-30-juta), kampus harus pindah-pindah karena tagihan sewa kampus belum dibayar, mengalami krisis keuangan lantaran program student loan yang macet. Para orang tua pun terkena imbas dengan mengalami masalah dalam BI Checking (https://news.detik.com/berita/d-3576289/surya-university-diterpa-krisis-keuangan-ortu-mahasiswa-kena-imbas).
  • Ketidakmampuan mengelola Lembaga Pendidikan, sehingga banyak mahasiswa yang belajar di Universitas Surya kemudian pindah ke universitas lain, agar mereka bisa diwisuda dan agar pendidikan mereka bisa selesai. Dikarenakan setelah Universitas Surya diterpa krisis, membuat kesinambungan perkuliahan dan dosen menjadi tidak jelas. Apalagi kemudian kondisi kampus yang dikunci oleh pihak penyewa karena belum membayar uang sewa.
  • Gaji para dosen dan staff yang bekerja di Universitas Surya hingga hari ini belum dipenuhi pembayarannya. Padahal para dosen dan staff sudah menggugat ke pengadilan niaga Jakarta Pusat, melalui pengadilan PKPU dengan No perkara, 168/Pdt.Sus PKPU/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst. Dimana pengadilan memutuskan pada tanggal 23 Agustus 2019, bahwa Yayasan Surya Institute yang didirikan oleh Prof. Yohanes Surya terbukti secara sah dan sederhana, memiliki utang gaji kepada para dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Surya dan STKIP Surya, sehingga Yayasan Surya Institute berada dalam kondisi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan harus membayar utang gaji para dosen dan tenaga kependidikan yang bekerja di Universitas Surya dan STKIP Surya. Sudah bertahun-tahun menunggu hingga hari ini Prof. Yohanes Surya dan Yayasan Surya Institut belum memenuhi keputusan pengadilan PKPU tersebut yaitu membayar gaji para dosen dan para staff yang bekerja dengannya. Padahal gaji tersebut sangat penting bagi mereka untuk membiayai hidup, bea Pendidikan Bagai anak-anak mereka dan untuk biaya kesehatan ketika sakit.(https://www.kompasiana.com/muhida/623f0d3b274a7a401f599eb2/lembaga-pendidikan-milik-prof-yohanes-surya-dalam-pusaran-hutang-pkpu). Ada 4 orang dosen bergelar Doktor yang sudah meninggal, sedangkan gaji-gaji mereka belum diterima dan sangat diperlukan sekali untuk membiayai kesehatan mereka.
  • Tagihan kepada para vendor peralatan Lab dan komputer untuk kegiatan di kampus ternyata belum juga dipenuhi oleh Yayasan Surya Institute yang didirikan oleh Prof. Yohanes Surya.

Evaluasi yang disampaikan di atas hanya sebagai referensi, agar penyelenggaraan kegiatan tersebut makin baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun