Mohon tunggu...
Ichsan Muhamad
Ichsan Muhamad Mohon Tunggu... -

Penulis amatir, tapi cinta NKRI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jiwa Mudaku adalah Jiwa Nasionalisme

29 Juli 2017   16:58 Diperbarui: 29 Juli 2017   17:39 2278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa nilai-nilai nasionalisme yang bisa kita ambil dalam film ini adalah bagaimana dalam kondisi yang sedemikian kritis, tentara sekutu dituntut untuk tetap bertahan dan terus melawan gempuran pasukan Nazi. Dalam situasi mental down seperti ini mereka dituntut untuk tetap bertahan dengan kondisi fisik seadanya. Karena tidak mungkin harus melawan secara frontal pasukan musuh dengan kondisi seperti itu, jalan keluar yang terbaik adalah evakuasi. Namun harapan selalu ada, mereka mengetahui akan adanya bantuan datang yang akan mengevakuasi mereka, yang menariknya adalah dalam film tersebut bantuan datang dari warga sipil yang merupakan nelayan datang dengan kapal milik mereka sendiri.

Ada rasa apresiasi dan empati yang muncul ketika melihat deretan panjang para tentara yang sedang menunggu untuk pulang (lebih tepatnya di evakuasi). Mereka seperti memberikan sebuah pelajaran bahwa dalam perang mereka adalah nama-nama yang tidak tertulis dalam buku sejarah tetapi kenyataannya merekalah yang maju meninggal di garis depan sebuah pertempuran. Tapi di sisi lain ada sekumpulan warga sipil (bukan militer) yang ikut menjemput mereka untuk di evakuasi, secara logika seharusnya para tentara lah yang harus melindungi sipil bukan malah sebaliknya. Tapi di tengah kondisi seperti itu istilah sipil dan militer tidak lagi berlaku, rasa nasionalisme lah yang menyatukan semuanya. Rasa nasionalisme sejatinya bukan hanya milik mereka yang terdidik secara militer (tentara), namun sebagai warga negara biasa pun juga harus memiliki rasa nasionalisme itu, rasa itu harus tertanam di benak dan hati yang paling terdalam.

Begitu juga dengan halnya para kaum pemuda, para pemuda Indonesia (khususnya) bagi sejarah bangsa ini cukup memainkan peranannya dalam mendesain setiap peristiwa besar perubahan bangsa ini, bahkan sekaligus menjadi aktor utama dalam setiap peristiwa perubahan tersebut. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa pemuda telah memiliki daya responsi yang tinggi dalam menerjemahkan semangat nasionalisme di zamannya masing-masing. Namun di sisi lain, kenyataan memilukan yang juga sering terlihat jelas di setiap perjalanan sejarah adalah bahwa kaum pemuda seperti kurang memiliki energi untuk mengarahkan perubahan serta kurang memiliki kesiapan kompetensi untuk mengisi perubahan tersebut. Hal inilah yang menjadi tantangan kita bersama.

Setiap perubahan perlu ada energi dan semangat besar yang lahir dari jiwa-jiwa yang senantiasa berkobar dan menggelora khas anak muda, cerminan dari hati nurani yang bersih dan positif. Jadi bukan munculnya generasi anak nongkrong (geng motor, gangster) yang jadi persoalan selama ini. Namun, intinya adalah ketika rasa nasionalisme dan sikap kritis dari generasi muda semakin melemah serta kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan besar telah terkikis, maka tunggulah saat di mana kaum pemuda akan semakin menepi dan terpinggirkan dari panggung sejarah peradaban bangsa.

Perlu kiranya di masa sekarang ini baik dari diri kita sendiri, lingkungan keluarga, sekolah-sekolah dan kampus, masyarakat, dan juga pemerintahnya untuk kembali mensosialisasikan pentingnya rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya itulah modal utama kita dalam menghadapi semakin keras dan ketatnya persaingan global yang terjadi saat ini. Zaman boleh berubah, teknologi dan modernisasi boleh berkembang pesat, akan tetapi jiwa nasionalisme yang tertanam dalam di hati dan pikiran para generasi muda saat ini akan berdampak pada kemajuan peradaban bangsa itu sendiri. Kita tidak boleh lengah dan lalai, silahkan boleh kita menguasai teknologi dan ilmu pengetahuan tapi ingatlah bahwa semuanya itu akan bermuara pada satu tanggung jawab besar yakni "pengabdian pada negara". Seperti yang dikatakan oleh Sang Proklamator kita, Ir. Soekarno, "jangan kau bertanya apa yang negara berikan untuk diri mu, tapi tanyakanlah apa yang sudah kau berikan untuk bangsa dan negara mu". Jiwa muda ku adalah jiwa nasionalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun