Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Kerajaan Arab Saudi dan Republik Islam Iran, secara politik sudah lama berseberangan. Apapun yang melibatkan kedua negara tersebut, ketika bergesekan selalu panas. Kita, warga negara Indonesia seharusnya tetap bersikap objektif. Logikanya begini: di beberapa link atau share yang saya baca ada yang menyalahkan para jama’ah Iran, dari tahun ke tahun perilakunya selalu membuat masalah. Kalau memang benar keadaannya begitu, menurut saya, mudah saja, kalau memang begitu, Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi mengembargo saja jama’ah Iran untuk melaksanakan ibadah haji atau kurangi kuota haji Iran, jangan diterbitkan visa hajinya atau dibatasi. Jadi kuota haji Iran bisa didistribusikan ke negara lain, termasuk Indonesia yang antriannya sangat panjang. Kuota haji Iran sangat besar lho melebihi Turki. Kalau berdasarkan data dari link berikut (kuota 2014 adalah kuota normal dikurangi 20%). Indonesia: 168000, Pakistan: 143368, Iran: 61677, Turki: 59200, Maroko: 25600, Irak: 25172. Beberapa negara yang kemungkinan kuotanya juga tinggi seperti India dan Malaysia, saya belum mendapatkan datanya.
Sumbernya:
Tapi kenyataannya, secara tersirat, walaupun benci tetapi Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi selalu rindu, mengundang tamu Allah dari Iran dengan jumlah yang tidak sedikit. Tidak perlu berprasangka, kerajaan Arab Saudi tetap mengundang karena motif ekonomi. Siapa tahu, di media kedua negara seperti bergesekan, tetapi diam-diam kedua pemimpin saling bertukar kabar lewat sms, email, atau sarana lainnya.
Ayatullah: “Assalamu’alaikum Raja, apa kabar?”
Raja: “Wa’alaikum salam wr wb Ayatullah, alhamdulillah saya baik”.
Bisa dikatakan “BENCI TAPI RINDU”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H