[caption id="" align="alignright" width="200" caption="Image via Wikipedia"][/caption]
Perkembangan satu dekade terakhir ini, di Indonesia khususnya, melalui media informasi dan komunikasi nasional, sudah banyak menghasilkan imej dan melahirkan banyak stigma negatif terhadap umat Islam, terutama berkaitan dengan aksi terorisme yangkian hari kian menjadi-jadi, dengan menyerang aparatur negara juga. Lebih lanjut, imej itu memunculkan konsep dan hidden planning yang diarahkan untuk mencari akar permasalahan pada sebagian umat Islam dan sumber baku ajaran Islan, yaitu Al Qur’an.
Dilihat latar belakang agamanya, teroris memang semuanya beragama Islam. Tetapi jika kita buat data statistik, maka tidak semua umat Islam mendukung terorisme dan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan. Bahkan sebagian besar umat Islam masih bisa berdialog dan bisa diajak berdamai tanpa syarat apapun di bumi Indonesia ini.
Kasus yeng terakhir menyeruak sungguh mengejutkan semua pihak, sebab sasaran teroris ternyata bukan semata-mata Amerika dan symbol-simbolnya sebagaimana pada awal pergerakan mereka hidup, tetapi sudah menjangkau sisi lain yang sejajar mendukung serta “melindungi” aset Amerika di Indonesia ini.
Dalam tulisan ini, ada beberapa hal yang perlu disampaikan agar umat Islam dan ajaran Islam tidak menjadi sasaran tembak dan pelampiasan kecurigaan sebagian pihak:
- Para tokoh Muslim Indonesia yang menjadi Founding Fathers, tidak mengaksikan gerakan untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam, padahal jika mau saat itu tentu ada kesempatan dengan jabatannya.
- Umat Islam tidak mendukung partai yang ada indikator menyetujui gerakan Syariat Islam dijalankan di Indonesia.
- Dari jumlah penduduk Islam di Indonesia, hanya sedikit, dalam hitungan ratusan orang yang mendukung aksi kekerasan dan tindakan apa yang disebut dengan nama “aksi terorisme”
- Sebagai contoh lain, pada saat terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan terutama kasus HKPB, statement yang muncul justru memojokkan FPI. Mengapa tidak memojokkan umat lainnya?. Ini suatu niat mulia dan luhur menjaga eksistensi umat beragama lain di Indonesia.
- Dalam beberapa pemilu langsung di Indonesia, kemenangan selalu pada partai-partai yang notabene berhaluan agama yang moderat dan lunak.
- Pada saat terjadi tragedi Ambon berdarah, umat Islam tidak serta merta menyerang umat lainnya di lokasi selain Ambon sebagai pembalasan. Di Jawa, tidak ada gerakan pembasmian umat beragama lainnya.
- Dalam pergaulan sehari-hari, hampir tidak ada kecanggungan dan rasa membedakan oleh umat Islam terhadap umat lainnya.
- Organisasi terbesar Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama’ tidak pernah sekalipun mengeluarkan statement yang mengindikasikan dukungan terhadap pendirian Negara Islam Indonesia. Bahkan keadaan ini berlaku sepanjang sejarah Indonesia, tidak hanya sekarang.
- Setiap ada perselisihan yang melibatkan persoalan agama, umat Islam selalu memberikan suasana sejuk dan damai, yang tidak serta merta menyerang umat lainnya.
- Dalam setiap persoalan yang menyangkut aksi terorisme, umat Islam juga terlibat dalam aksi buka diri dan aksi melapor terhadap orang yang mencurigakan hadir di tengah mereka.
- Dari jumlah sekian orang dalam tubuh Densus 88, insya Allah juga mayoritas umat Islam. Mereka umat Islam mengabdi atas nama negara yang berperan aktif untuk menumpas gerakan keras seperti terorisme ini.
- Anggapan aksi keras yang kadang ditunjukkan oleh kelompok FPI, ternyata tidak dilakukan oleh semua Umat Islam di Indonesia.
Sisi lainnya, umat Islam tidak pernah mempermasalahkan keadaan umat Islam sendiri yang memiliki poopulasi besar, tetapi tidak sekuat yang dibayangkan sebagai umat mayoritas. Ghirah umat Islam yang “kurang greget” ini, seharusnya menjadi sebuah pembelajaran sosial bahwa umat dan ajaran Islam tidak dan bukan sebagai ancaman bagi kesatuan dan keamanan Indonesia, serta tidak mengancam umat beragama lainnya. Umat Islam memberikan pesan damai, kemurahan dan keselamatan menyeluruh untuk penduduk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H