Satu sisi beliau hendak menegaskan bahwa perang menggunakan senjata dalam Islam bukanlah jalan terbaik dalam mengembangkan Islam dan bukan pula sebagai pilihan pertama di saat perjuangan berlangsung. Beliau mencoba menjelaskan platform perjuangan menggunakan tinta dan tulisan, menyampaikan buah pikiran dan pemikiran-pemikiran mulia untuk Islam dan seluruh umat manusia di dunia ini. Dan inilah sebenarnya apa yang terkandung dan tersembunyi dalam ajaran Islam,
“tidak ada pilihan berperang melawan orang kafir, apalagi melawan kafr dzimmi, selagi bisa menghindarinya”.
Beliau merumuskan konsep kobaran perang tinta, kekuatan badai dan gemuruh tulisan, sebagai kondisi hati dan iman penuh harap, barangkali dengan tulisan tentang Agama Islam, suatu waktu Islam akan diterima umat lainnya, mungkin tidak di tahun ini, tetapi di beberapa tahun atau beberapa abad setelah tulisan tersebut dituangkan. Ini dasar pemikiran perjuangan dan pembukaan medan Perang Suci Modern, Jalan Jihad Modern dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat umat manusia seluruhnya dalam pergaulan dunia yang beradab.
Karena itulah, maka Allah mengabadikan Firman-Nya dalam rupa tulisan dan sebuah kitab. Dalam Islam tidak ada mu’jizat berupa pedang atau alat perang dalam bentuk apapun. Pena Allah yang telah bergerak menulisnya, sebagai Kalam Suci Sang Maha Mulia, Allah, Tuhan Seluruh Alam.
“Tulisan-tulisan-Nya” mengandungi fakta dan Konsep-Nya dalam Pengetahuan-Nya, menjadi pedoman berpikir umat Ulul al Bab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H