Mohon tunggu...
Muhib29
Muhib29 Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Jika ingin ada perubahan, maka perlu ada gerakan: "Revolusi"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rene Descartes, Bapak Filsafat Modern

4 September 2024   00:38 Diperbarui: 4 September 2024   01:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Channel Youtube Muhib DuaSembilan

Ren Descartes (nama Latinnya: Renatus Cartesius, lahir tahun 1596) dijuluki Bapak Filsafat Modern. Seorang matematikawan. Ren Descartes menjalani pendidikan militer di Belanda (1618) dan, sebagai tentara, pernah tinggal di Neubau (Jerman), tempat ia menemukan keyakinan filosofis cogito, ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada) dalam suatu "pengalaman menara" (1619). Ren Descartes kemudian tinggal di Paris (1625-1628) dan mulai mengabdikan diri sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan. Di negeri Swedia, Ren Descartes terkena radang paru-paru dan meninggal pada 11 Februari 1650.

Sebuah pertanyaan yang mendasar dan pertama dari Ren Descartes: Apakah ada metode yang pasti sebagai dasar untuk melakukan refleksi filosofis? Inilah yang kemudian dinamakan sebagai sikap keragu-raguan radikal dari Ren Descartes. Anggapan bahwa semuanya hanyalah tipuan, dan tidak tidak bisa diterimanya, jika dipahami secara jelas dan terpisah yang akan menjadi norma penentu kepastian dan kebenaran.

"Saat aku mencermati dan berpikir bahwa segala sesuatu adalah salah, pada saat itu aku menyadari kebenaran ini: 'Aku berpikir, maka aku ada'". Bagi Ren Descartes, kesadaran diri merupakan instrument awal dari diterimanya kebenaran. Kesadaran pada masa itu menggeser posisi wahyu Allah sebagai sumber pengetahuan yang benar seperti yang diajarkan pada Abad Pertengahan.

Dari kesadaran diri yang diperoleh dari refleksi atas keraguan-raguan radikal. Usaha Ren Descartes dibedakan dalam dua langkah:

  •  Arah ke dalam

Segala sesuatu dari luar tidak bisa dipercaya, manusia harus mencari kebenaran dalam dirinya sendiri, sambil menggunakan kriteria di atas (jelas dan terpilah-pilah). Yang kemudian Ren Descartes memberikan pemahaman di diri manusia ada tiga hal yang disebutnya "ide-ide bawaan":

1. Ide pemikiran (cogitation

2. Ide Allah (deus)

3. Ide keluasan (extentio)

  • Arah ke luar

Kesadaran diri (cogito), Descartes berusaha memahami realitas alam dunia, yakni "ada" yang berdiri sendiri:

1. Allah

2. Jiwa

3. Materi

Allah sebagai wujud sempurna tidak mungkin menipu. Dengan jawaban ini, Ren Descartes menjadikan Allah sebagai penjamin kepastian pengetahuan kita mengenai realitas alam dunia. Proses pengetahuan diawali dari "Aku" melalui Allah menuju dunia. Allah adalah yang pertama, segala sesuatu berdasar kepada-Nya. Namun, dilihat dari sudut proses pengetahuan, kesadaran manusialah yang pertama.

Jiwa (res cogitans) dan materi (res extensa) diterapkan Descartes pada ajarannya tentang manusia. Jiwa tidak memiliki materi dalam bentuk panjang, lebar, luas, dan sebagainya, sedangkan tubuh tidak memiliki kemampuan berpikir.

Pembagian realitias tersebut berdampak pada (manusia sebagai makhluk yang berpikir) alam yang bisa diukur secara matematis dan dikuasai. Alam adalah objek yang tidak berjiwa dan bersifat material; alam ada untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan pengetahuan menjadikan alam sebagai sesuatu yang ditaklukan demi "kesejahteraan bagi seluruh umat manusia".

Referensi dari Buku Petualangan Intelektual karya Simon Petrus L. Tjahjadi

Silahkan lihat video di channel YouTube Muhib DuaSembilan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun