Data-data itu juga digunakan untuk memprediksi konten seperti apa yang akan direkomendasikan kepada penggunanya, dengan tujuan agar manusia menghabiskan waktu lebih lama di media sosial. Maka tak heran, ketika menonton salah satu dari beberapa video yang ada di YouTube, maka video yang serupa akan direkomendasikan secara terus menerus.Â
Film ini juga menghadirkan ilustrasi bagaimana media sosial bekerja untuk mempengaruhi dan mengubah sikap serta pola pikir seseorang.
Tak dapat dipungkiri, media sosial saat ini diibaratkan seperti kendaraan untuk mengoptimalkan hubungan antar manusia dan berpotensi besar untuk menimbulkan kecanduan. Lantas, mengapa media sosial menimbulkan kecanduan?Â
Menurut Dr. Anna Lembke seorang direktur medis obat kecanduan asal Stanford University School of Medicine mengatakan bahwa media sosial adalah narkoba, kita memiliki perintah biologis dasar untuk terhubung dengan orang lain.
Hal itu secara langsung akan memengaruhi pelepasan hormon dopamin dalam "jalur kenikmatan".Â
Apa dampak media sosial dalam kehidupan manusia?
Jika kita lihat lagi kebelakang, sebenarnya banyak sekali dampak media sosial bagi kehidupan manusia. Seperti misalnya komunikasi yang semakin mudah dan efisien, mudahnya mengakses segala infromasi dan berita, berkenalan dengan orang baru, serta menjaga hubungan baik dengan orang yang sudah lama kita kenal.
Beberapa dampak tersebut merupakan bentuk media sosial yang telah membantu kita untuk tetap eksis dalam kehidupan dunia nyata maupun dunia maya. Namun, dibalik itu semua, media sosial menyimpan ancaman yang tidak bisa dianggap remeh.
Dibalik kemudahan dan kebebasan dalam menggunakan media sosial, terdapat konsekuensi yang terjadi dan tanpa sadar mempengaruhi siklus hidup kita.Â
Dampak media sosial pada kesehatan mental
Secara biologis manusia memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi, namun sosialisasi yang berlebihan akan berdampak pada kecanduan. Inilah yang menjadi persoalan dalam berinteraksi lewat media sosial. Interaksi berupa pemberian emoticon jempol, hati, dan ekspresi lainnya dianggap sebagai tolak ukur popularitas.Â