Berdasarkan hal tersebut, kita bisa mengetahui bagaimana kepentingan Rusia terhadap Ukraina berdasarkan konsistensi alasan Putin menyerang Ukraina, yakni permasalahan ancaman keamanan. Fenomena yang menunjukan pada hari ini antara Ukraina-Rusia telah melakukan beberapa kali negosiasi, tidak terlepad dari bagaimana lobby-lobby yang dilakukan Putin, serta taktik negosiasi yang dilakukan delegasi Rusia.Â
Lobby, sejatinya merupakan sebuah cara yang digunakan individu atau kelompok untuk mempengaruhi pihak lain agar berbagai kepentingan yang dimiliki Lobbyist dapat terakomodir. A.B Susanto, melihat bahwa melobi pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak yang menjadi sasaran, agar terbentuk sudut pandang positif terhadap topik lobi.Â
Putin telah memperingati agar Ukraina tidak masuk kedalam jajaran NATO, karena berpotensi mengancam keamanan strategis Rusia. Bagaimana tidak, Rusia sudah lama mempunyai pangkalan militer angkatan laut di Sevastopol, Krimea yang disewa Rusia dari Ukraina sampai 2042. Pangkalan tersebut dinilai sangat strategis bagi Rusia karena pangkalan tersebut berada di Laut Hitam sehingga kapal-kapal perang Rusia bisa terus beroprasi di musim dingin karena lautannya yang tidak beku (Muhammad, 2015).
Ketika mendapati Ukraina bermesraan dengan NATO dan Uni Eropa, segera Putin mengeksekusi tindakan selanjutnya karena dianggap lobby tidak berhasil, yakni framing media untuk mendapatkan sentimen masyarakat dunia.Â
Secara konsisten, Putin selalu menggaungkan masalah keamanan berulang kali kepada media, terkait aktivitas operasi militer Rusia ke Ukraina. Menurut Dedy Rudianto selaku Founder Pemantauan dan Analisis Big Data Evello, menjelaskan bahwa di Indonesia, sebagian besar netizen menyatakan dukungan terjadap Rusia, dimana Tiktok 95 persen dan Instagram sebesar 73 persen, setelah Zelensky menyatakan Ukraina ditinggal oleh NATO dan negara-negara Barat (Dwiastono, 2022).Â
Setelah 3 pekan melangsungkan operasi militer, nampak bahwa Rusia tidak dapat menguasai Ukraina sepenuhnya dengan Zelensky yang menyatakan bahwa dirinya dan masyarakat Ukraina akan mempertahankan kedaulatan negaranya. Akhirnya, ruang-ruang negoisasi dibuka pada awal Maret 2022 kemarin, dan nampah bahwa Rusia masih kekeuh mempermasalahkan konflik keamanan negaranya.Â
Negosiasi yang digunakan oleh Rusia tergambar seperti bentuk negosiasi Hard Bargaining yang dinyatakan oleh Dur dan Mateo (2008). Hard bargaining, merupakan salah satu bentuk dari negosiasi yang terkarakterisasi oleh konfliktual atau taktik yang agresif.Â
Dalam hard bargaining, negosiator membuat komitmen yang kuat untuk publik, tanpa menghiarukan penambahan masalah dalam agenda negosiasi. Dalam negosiasi antar pemerintah, salah satu cara untuk membuat komitmen publik semacam itu adalah dengan menekankan "kepentingan nasional" yang dipertaruhkan.
Penulis
Muhammad Faiz Akbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H