Mohon tunggu...
muheminutes
muheminutes Mohon Tunggu... Artivist -

Kesabaran ada batasnya, tapi tidak dengan keculasan. Oleh karenanya, jangan pernah sabar bila berurusan dengan orang culas.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Buni Yani Tak Bernyali Seperti Marwah Daud Ibrahim

11 Oktober 2016   12:50 Diperbarui: 11 Oktober 2016   13:32 4178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buni Yani dan Marwah Daud Ibrahim sama-sama lagi mendapat sorotan publik. Buni Yani disorot karena mengunggah potongan video Ahok yang mengutip Almaidah 51. Sementara Marwah Daud Ibrahim menyedot perhatian publik karena teguh membela Dimas Kanjeng.  

Kebetulan, keduanya, Buni Yani dan Marwah sama-sama lulusan Amerika. Belakangan, diketahui bahwa Buni Yani adalah pendukung Anies Baswedan, kandidat Gubernur DKI yang didukung Gerindra dan PKS. Kasus Buni Yani dan Marwah pun sama, yakni sama-sama terkait soal isu agama. Buni Yani terlibat dalam isu agama yang terkait kepentingan politik, sementara Marwah terseret dalam isu agama yang terkait dengan kepentingan ekonomi, dalam hal ini penggandaan uang. 

Xby TurboMac

Kesamaan lain, Buni Yani adalah seorang pengajar, demikian pula halnya dengan Marwah. Konon, Buni Yani punya keahlian dan pengalaman dalam hal media, sementara Marwah mantan politisi dan praktisi pengembangan kapasitas individu. 

Namun, soal nyali, aku harus angkat topi dan beri hormat kepada Marwah. Terlepas didesak atau tidak, Marwah akhirnya mundur dari MUI. Sementara Buni Yani, merengek-rengek di televisi karena kriminalisasi dan dituntut mundur dari tempatnya bekerja. 

Satu hal yang membingungkan adalah ketika Buni Yani lewat akun sosial medianya mengatakan bahwa dia praktisi dan punya keahlian dalam di bidang media. Namun mengatakan tak punya keahlian dan software untuk mengedit video. Ironi yang bikin geli. Pembelaan diri yang tak punya strategi dan membuktikan kerdilnya nyali. 

Berbeda dengan Marwah, dia tampil ke muka publik. Sejumlah stasiun tv mengundangnya menjadi narasumber. Sementara Buni Yani, memohon belas kasihan di televisi karena dituntut mudur dari tempatnya bekerja. Masih di akun sosial media yang dimilikinya, Buni Yani mohon bantuan pendampingan hukum menghadapi upaya kriminalisasi atas dirinya. Belakangan Buni Yani juga menuntut balik para pelapornya dengan dugaan pencemaran nama baik. 

Buni Yani dan Marwah adalah sebuah ironi anak negeri. Punya gelar pendidikan tinggi dan lulusan luar negeri, tapi nalar dan logikanya mati. Nalar Buni Yani mati karena pengetahuan dan pengalaman agama yang kering. Akibatnya, menolak Ahok yang non muslim menjadi  Gubernur DKI. Sementara Marwah mati logikanya karena pengetahuan dan pengalaman agama yang dangkal. Keduanya tak mau dan tak mampu beranjak dari kerangkeng logika mistika. 

Beruntung Marwah, kenyang dengan pengalaman politik, kemudian mundur dan menempuh jalan penyucian diri bergabung dengan Dimas Kanjeng dan akhirnya tersandung polemik penggandaan uang yang konon bisa dan biasa dilakukan oleh gurunya itu. Berbeda dengan Buni Yani, tak punya pengalaman politik, tapi karena pemahaman agama dan pergaulan terbatas malah ikut-ikutan berpolitik dengan cara-cara yang licik dan picik menjadi penebar berita culas di sosial media. 

Kenapa licik dan picik, sebagai seorang praktisi media tentunya Buni Yani tak perlu diajari lagi bagaimana menilai dan menyikapi sebuah berita di sosial media. Posting dan Sharing tautan berita yang belum jelas kebenarannya seharusnya tak dilakukan seorang pengajar, apalagi lulusan luar negeri. 

Karir Buni Yani tak perlu kita pikirkan, yang perlu dipikirkan orang-orang yang ketiban sial karena pernah berhubungan, berkenalan dan bekerjasama dengan Buni Yani. Semoga Buni Yani masih punya sisa nyali menghadapi kasus kriminalisasi ini. Amin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun