Mohon tunggu...
muheminutes
muheminutes Mohon Tunggu... Artivist -

Kesabaran ada batasnya, tapi tidak dengan keculasan. Oleh karenanya, jangan pernah sabar bila berurusan dengan orang culas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Logika Mistika Membuat Marwah Kehilangan “Marwah”

30 September 2016   18:03 Diperbarui: 30 September 2016   18:21 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Samentara kalau kita mengintip kegiatan Marwah di PPK-MHMMD, bisa disimpulkan bahwa beliau masih menganut faham “segala sesuatunya tergantung individu yang bersangkutan”. Fokusnya adalah kapasitas dan kompetensi individu, maka solusi yang ditawarkan adalah peningkatan kapasitas dan kompetensi individu melalui kegiatan seminar, training dan workshop. Apa yang dilakukan Marwah lewat PPK-MHMMD adalah seiring & sejalan, sebangun & seruang dengan apa yang dilakukan oleh para motivator di Indonesia.

Mereka beranggapan bahwa semua tergantung kapasitas dan kompetensi masing-masing individu seperti: intelegensi, spiritual, emosional dan semangat wirausaha. Marwah beranggapan bahwa “Sukses Bangsa adalah Akumulasi Sukses Individu”. Pernyataan  yang mempertegas tingkat kesadaran Marwah ini bisa dilihat di website MHMMD. Pemahaman ini menjauhkan realitas bahwa kualitas individu (yang harus ditingkatkan itu) juga terkait dan tergantung di antara sistem sosial, politik dan ekonomi. Marwah seolah lupa bahwa dia pernah bekerja di UNESCO dan World Bank. Pernah pula berkarir di politik sebagai anggota dewan selama 3 periode.

Marwah mungkin lelah atau bahkan putus asa dengan sistem sosial, politik dan ekonomi di negeri ini. Sehingga dia menjauhkan dirinya dan orang-orang yang dilatihnya untuk tak usah repot memikirkan persoalan sosial, politik dan ekonomi, tapi fokus saja dengan peningkatan kualitas pribadi. Toh, kalau setiap pribadi sukses, maka otomatis Bangsa ini juga sukses. Dengan demikian akan mampu bersaing dan memenangkan pertarungan hidup di era globalisasi.

Kemungkinan lain, Marwah memasuki sindrom usia senja, dimana seseorang terdorong (entah karena kesalahan dan penyesalan masa lalu atau efek pergaulan masa kini) untuk memperbaiki pemahaman agama dan mendekatkan diri pada yang mahakuasa. Bisa jadi, bekal pemahaman agama yang dangkal membuat Marwah meminggirkan akal. Logika Mistika membuat Marwah kehilangan “marwah”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun