Tradisi Rasulan atau bersih desa menjadi bagian tidak terpisahkan bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul, DIY. Khususnya di Desa Piyaman Wonosari.
Rasulan merupakan tradisi dari nenek moyang terdahulu yang masih dilestarikan atau diuri-uri oleh masyarakat gunungkidul. Nama lain dari rasulan yaitu bersih desa / dusun. Bisa dinamakan sebagai bersih desa / dusun karena acara tersebut terdapat acara-acara untuk menjaga kebersihan dan keindahan desa. Contohnya : Kerjabakti/gotong royong, membersihkan jalan, membersihkan makam, membersihkan tempat-tempat umum, mengecat tugu Handayani.
Tujuan masyarakat melakukan tradisi rasulan adalah sebagai doa agar hasil panen pada tahun berikutnya bisa lebih baik, dan untuk mencapai tujuan dengan istilah "Nyawiji Dadi Siji Nguri-Uri Budhaya Jawi".
Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan rasulan setiap desa/dusun berbeda-beda tergantung dari kesepakatan setiap desa tersebut. Kegiatan Rasulan di Desa Piyaman sendiri dibagi menjadi 3 zona, zona utara terdiri dari padukuhan Piyaman 1, Piyaman 2, dan Pakeljaluk, zona tengah terdiri dari padukuhan Ngerboh 1, Ngerboh 2, Kemorosari 1, dan kemorosari 2, zona timur terdiri dari padukuhan Pakelrejo, Ngemplek, Budegan 1, dan Budegan 2. Upacara rasulan atau bersih desa berkaitan dengan upacara masal. Upacara ini diadakan setahun sekali setelah panen. Biasanya dilaksanakan pada bulan juli-agustus yang dilaksanakan di Kalurahan Piyaman, Kapanewon Wonosari, GunungKidul.
Prosesi Kegiatan
Kegiatan Rasulan di desa Piyaman berlangsung selama 3 hari, adapun kegiatannya terdiri dari :
1. Kegiatan Hari Pertama ( Pengajian Akbar )Â
Pengajian Akbar ini digelar untuk pembukaan acara pada rasulan. Acara pengajian ini juga dimeriahkan dengan Group Hadroh "Adem Ayem" dari Gondang Gari yang di iringi dengan gamelan kendang dan rebana. Pada pengajian akbar ini, materi yang di sampaikan menyinggung terkait tujuan "Nyawiji Dadi Siji Nguri-uri Budhaya Jawi" yang menjelaskan tentang hidup rukun, dalam lingkup keluarga dan masyarakat, sehingga tercipta suasana yang damai, tentram, dan sejahtera, serta dapat mencapai tujuan melestarikan kebudayaan jawa khususnya di daerah piyaman dan sekitarnya.
2. Kegiatan Hari Kedua ( Gelar Budaya )
  a. Pertunjukan Tari Kreasi Baru
Tari kreasi baru dapat diartikan sebagai tarian pengembangan dari tari rakyat atau tari tradisional. Pada tari ini, para seniman dapat membuat variasi unik dan baru yang sesuai dari masa ke masa, sehingga tari tradisional ini bisa tetap eksis dan lestari meskipun mengalami beberapa perubahan.
b . Pertunjukan Kesenian Thoklik
   Thoklik merupakan alat musik yang berupa kentongan yang terbuat dari bambu yang dilubangi, dari besar kecilnya ukuran lubang kentongan dapat dihasilkan baik suara nada yang tinggi maupun rendah. Terdapat alat musik penunjang seperti ember, kecrekan, galon, rebana. Dari situlah terdapat keselarasan bunyi yang terbagi menjadi beberapa faktor pembeda suara yang dihasilkan dari kentongan tersebut. Â
Â
  c. Pertunjukan Kesenian Gejog Lesung
   gejog lesung merupakan salah satu kesenian tradisional memainkan instrumen nada menggunakan alat penumbuk padi tradisional. Gejog Lesung dimainkan oleh 4-5 orang atau lebih tergantung besar lesung yang digunakan. Secara bergantian mereka memukuli lesung dengan alu/antan pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan sedemikian rupa sehingga menimbulkan suara "thok thek thok thek" bersahut-sahutan yang berirama unik.
 d. Pertunjukan Karawitan
   pertunjukan ini dimainkan oleh minimal 10 orang penabuh dan terdiri dari 3 sinden. Karawitan sendiri yaitu seni gamelan dan seni suara yang bertangga slendro dan pelog. istilah karawitan berasal dari bahasa jawa yaitu "rawit" yang berarti halus dan lembut. jadi karawitan berarti kelembutan perasaan yang terkandung dalam seni gamelan.
3. Kegiatan Hari Ketiga ( Resepsi / puncak acara dan Pertunjukan Wayang )
yang menjadi puncak tradisi rasulan ini adalah kirab budaya dan Genduri yang dilakukan dengan mengelilingi padukuhan dari masing-masing dusun sembari membawa berbagai aneka gunungan yang terdiri dari hasil panen masyarakat baik sayur, buah dan lainnya, ketika sampai di lokasi terlebih dahulu melakukan acara doa bersama, kemudian yang jadi pusat pelaksanaan yaitu tradisi sedekah bumi. warga dan mahasiswa KKN Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo ikut serta saat saling berebut mengambil hasil panen di gunungan. Pada saat kirab membawa tumpeng dan sajian berupa hasil panen seperti pisang, jagung, sayur-mayur, padi, dan hasil panen lainnya. Setelah sedekah bumi selesai kemudian disusul pertujukan jatilan ( Kuda Lumping ). Dan untuk acara malamnya dilanjut pagelaran wayang kulit.
Mahasiswa KKN Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo ikut memeriahkan kegiatan rasulan serta membantu dalam pendokumentasi dan menjadi among tamu kegiatan tersebut.
Tim penyusun artikel adalah dari mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang beranggotakan:
1. Rizka Rijaya (PGSD)
2. Karisma Yogi Utomo (PGSD)
3. Radiffa Fizry Nurfuadi (PGSD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H