Mohon tunggu...
KKN PIYAMAN_35
KKN PIYAMAN_35 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Aktivitas KKN Piyaman 35 dari UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO selama di Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN Univet Bantara Merintis Pembuatan Video Profil Cagar Budaya Desa Piyaman

23 Agustus 2023   20:11 Diperbarui: 23 Agustus 2023   20:15 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, kawasan cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah. Di Guningkidul juga terdapat beberapa cagar budaya yang masih tertinggal dan sangat menyimpan historis sejarahnya.

Khususnya di Desa Piyaman Kecamatan Wonosari Guningkidul masih meninggalkan cagar budaya yang berupa peninggalan rumah dan beberapa pusaka.

  • Cagar Budaya Rumah Tabon

Pada rumah tabon (rumah tradisional paerah martodiharjo) yang merupakan peninggalan demang wonopawiro telah mengalami perubahan dibagian dinding keliling, dulunya kayu menjadi tembok permanen pada tahun 1986. Bangunan utama berbentuk limasan, Pada rumah tabon demang wonopawiro ini benda benda yang ada didalamnya masih asli antara lain:

  • Kaca rias (katok) ada satu pasang  (2 unit).
  • Lantai (sesek) yang terbuat dari anyaman bambu, pada rumah tabon ini sesek masih asli.
  • Dipan atau tempat tidur ada dua buah terbuat dari bahan kayu jati tua dan masih asli peninggalan demang wonopawiro.
  • Meja pertemuan yang berbentuk bundar dengan diameter 1,20 cm terbuat dari kayu jati tua yang dibelah menjadi dua. Dilengkapi dengan tiga kursi yang terbuat dari kayu jati yang digunakan untuk pertemuan. Di era demang wonopawiro.
  • Lampu semprong (lampu gantung) yang digunakan untuk penerangan diruang tengah masih asli peninggal demang wonopawiro, hanya semprong yang diganti karena pecah pada tahun 2018. Bahan bakar yang digunakan untuk menghidupkan menggunakan minyak petrolium atau minyak tanah.
  • Dinding rumah limasan atau bangunan bagian tengah ada hiasan wayang yang terbuat dari kayu jati yang bernama trompo
  • Lemari yang terbuat dari kayu jati peninggalan demang wonopawiro untuk menyimpan keramik bolo pecah
  • Isi didalam lemari : gelas dan eter, piring, mangkok untuk tempat sayur dari keramik peninggalan jaman belanda, teko terbuat dari keramik, nampan dari perunggu, kecohan tempat untuk membuang air liur setelah nginang (gedubang) terdiri dari 2 buah besar dan kecil terbuat dari perunggu,
  • Puan tempat menaruh kinang terbuat dari kayu jati berukuran kurang lebih 20x10 cm, meja kecil  digunakan buat menulis surat. Berukuran 1x1 terbuat dari bahan kayu jati.
  • Lincak tempat untuk bersantai di lintring terbuat dari kayu jati
  • Tempat untuk membawa jodang (tempat untuk membawa oleh-oleh pada pesta perkawinan jaman dulu) terbuat dari kayu jati tua.
  • Babrakan tempat untuk membuat gilingan nasi dan menaruh barang barang terbuat dari bahan kayu jati tua sebagai kerangka dan untuk alasnya terbuat dari anyaman bambu.

  • Cagar Budaya Rumah Dadapan 

Tempat ke-2 Dadapan di nama kan Dadapan karena dahulu terdapat pohon dadap. Terletak dipadukuhan Piyaman I, RT 001 / RW 001. Saat ini ditinggali  oleh  generasi ke-5 Demang Wonopawiro yaitu bernama Mbah Tumirah. Mbah Tumirah merupakan keturunan ke-5 dari Demang Wonopawiro dengan silsilah Demang Wonopawiro, Demang Mangunpawiro yang mempunyai lima anak salah satunya bernama Wonopawiro atau biasa disebut dengan Wonopawiro 2. Kemudian Wonopawiro 2 punya anak bernama Harjodiwiryo yang kemudian punya anak salah satunya bernama Tumirah. Rumah yang ditinggali merupakan Rumah Tabon Mbah Harjodiwiryo tetapi sudah banyak mengalami pemudaran jadi sudah tidak asli.

 Didalamnya tempat untuk menyimpan pusaka ada 4 pusaka :

1. Tombak : - Kyai Muntab: Dahulu merupakan senjata utama ki Demang Wonopawiro tinggi sekitar 4 meter .

        - Kyai Selamet: tinggi sekitar kurang lebih  3,75 m

2. Keris : - Keris Kyai Crubuk: panjangnya kurang lebih 30 cm

              - Keris Kyai Patrem: panjang kurang lebih sekitar 20 cm

  • Cagar Budaya Rumah Bapak Wibowo

Keberadaan piyaman dimulai dari perjanjian giyanti dari 1755, 1746 ketika jengkarnya atau keluarnya Pangeran Mangku Bumi dari Kartasura secara politik sudah dibentuk pemerintahan sebagai persiapan Kasultanan Yogyakarta. Pada 1750 M berdiri joglo citaan (rumah tradisional Dwijomarwoto).

  • Gong, pada dudukan gong terdapat berancakan (tempat gantungan gong) berbentuk ukiran nogoro (naga dua
  • Tombak panjang ada dua yang dua pendek untuk menusuk kuda terlebih dahulu lalu baru memusnahkan lawan.
  • Tatakan untuk wadah tombak masih orisinil semua.
  • Kamar juga masih original terbuat dari bahan kayu jati
  • Literasi lukisan majapahit
  • Lukisan kyai catak, yaitu tunggangan utama pangeran mangkubumi, pelananya sampai sekarang menjadi pusaka di kasultana  yogyakarta (lukisan bagian kanan)
  • Lukisan tugu asli jogja Tugu Golonggillig, tugu golonggiling adalah tugu yang menjadi slah satu simbol kasultanan jogjakarta yang kita kenal sekarang sebagai tugu jogja sudah mengalami perubahan bentuk oleh pemerintahan belanda.
  • Joglo mataram atau Tundak lima yang bertempatan di dalam rumah bagian tengah disertai dodog wesi yaitu sebagai filosofi dalam ukiran (ukiran tersebut diartikan  lung lungan atau tolong menolong)

Mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti progam kegiatan tersebut, mahasiswa juga berperan aktif dalam menjalani kegiatan tersebut. Mahasiswa KKN Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo memiliki program kerja dalam bidang cagar budaya yaitu membuat video profil cagar budaya. Video profil cagar budaya dilaksanakan agar semua masyarakat menjadi lebih mengenal dan mengetahui cagar budaya tersebut. Diharapkan video cagar budaya dapat membantu masyarakat dan pemilik cagar budaya. Kelompok KKN ini diketuai oleh Achmad Fauzan. Tim penyusun video profil adalah kolaborasi dari mahasiswa yang beranggotakan Achmad Fauzan (PGSD), Diva Buana P (Bahasa Jawa), Nandang M (Agribisnis), Arya Fadhillah A (PGSD), Pipit Dwi Cahyaningtyas (Pendidikan Sejarah), dan Alvina Ilham W (Pendidikan Sejarah).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun