Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan sosial, agama, dan budaya. Di Kabupaten Bone, yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, NU memainkan peran penting tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam pelestarian dan pengembangan kultur budaya lokal. Sebagai organisasi yang berpegang pada prinsip Islam Ahlussunnah wal Jamaah, NU berkomitmen untuk menjaga kesatuan antara ajaran agama dan kearifan budaya lokal, agar nilai-nilai tersebut dapat berkembang secara harmonis. Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, banyak aspek budaya lokal yang terancam punah atau tergerus oleh budaya luar. Oleh karena itu, peran NU dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal Kabupaten Bone menjadi sangat penting, untuk memastikan bahwa tradisi dan identitas daerah tetap lestari.
Nahdlatul Ulama memiliki visi menjadi Jam'iyah diniyah Islamiyah ijtima'iyah yang memperjuangkan tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah an Nahdliyyah dan mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, kesejahteraan, dan kemandirian khususnya warga NU serta terciptanya rahmat bagi semesta dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazazkan Pancasila. Sedangkan Nahdlatul Ulama memiliki misi mengembangkan gerakan penyebaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah an Nahdliyyah untuk mewujudkan umat yang memiliki karakter tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), i'tidal (tegak lurus), dan tasamuh (toleran). Berikutnya mengembangkan beragam khidmah bagi jama'ah NU guna meningkatkan kualitas SDM NU dan kesejahteraannya serta untuk kemandirian jam'iyah NU.Â
Nilai-nilai kultural Nahdlatul Ulama banyak mengadopsi dari sikap dakwah yang dicontohkan oleh walisongo, yang kemudian oleh warga Nahdliyin dikembangkan dengan menyikapi dan mengakulturasikan budaya lokal. Beberapa nilai-nilai kultural dan amaliyah warga Nahdlatul Ulama Kabupaten Bone di antaranya adalah :
Pertama, amar ma'ruf nahi munkar, yakni menyeru atau mengajak untuk melakukan perbuatan yang baik dan melarang atau menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan agama. Amar ma'ruf nahi munkar ini termasuk dalam misi NU yang dalam pendekatan dakwahnya mengedepankan langkah- langkah persuasif. Tidak diperkenankan melakukan kekerasan dengan main hakim sendiri.Â
Kedua, Barazanji adalah doa, pujian, atau narasi dari kisah Nabi Muhammad, yang dinyanyikan dengan irama atau nada yang biasanya digunakan dalam kelahiran, khitanan, pernikahan, dan ulang tahun Nabi Muhammad. Mengingat tradisi membaca barazanji sebagai bagian dari lingkaran sosial komunitas pada saat-saat di mana anggota berkumpul, merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat, maka solidaritas sosial dalam bentuk sumbangan dari keluarga kepada keluarga lain secara alami muncul. Para anggota mewariskan nilai-nilai keagamaan mereka melalui sejarah sosial yang panjang dari kehidupan Nabi Muhammad sebagai rasul.Â
Ketiga, aqiqah, yakni secara bahasa berarti rambut kepala bayi yang telah tumbuh ketika lahir. Sedangkan pengertian yang dimaksud adalah hewan yang disembelih sebagai tebusan atas tergadainya kesejatian hubungan batin antara orang tua dan anak. Hewan yang dijadikan aqiqah bisa berupa kambing, domba, sapi, atau unta. Namun, lazimnya kaum Nahdliyyin menggunakan kambing, dikarenakan lebih murah dan mudah mendapatkannya. Dua ekor kambing untuk setiap anak laki-laki dan seekor kambing untuk anak perempuan. Hukum aqiqah adalah mustahab (sangat dianjurkan).Â
Keempat, haul, yakni salah satu tradisi yang berkembang kuat pada kalangan Nahdliyyin, berbentuk peringatan wafat seseorang setiap tahun. Biasanya dilaksanakan tepat pada hari, tanggal, dan pasaran waktu wafatnya. Acara haul seringkali diisi dengan tahlil dan pembacaan doa-doa lain secara bersama-sama, kamudian selamatan dengan membagikah sedekah.Â
Kelima, istighosah, yakni bentuk memohon pertolongan kepada Allah Swt. Warga Nahdliyyin berhubungan sangat erat dengan istighosah ini, hal tersebut terlihat mulai dari pengurus ranting hingga pengurus besar yang hampir semuanya memiliki jam'iah istighosah.Â
Keenam, maulid Nabi, yakni memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal. Warga NU sudah terbiasa melaksanakan hal tersebut. Pada umumnya peringatan maulid Nabi dilaksanakan dalam bentuk pembacaan Barzanji atau Diba' yang di tengahnya banyak diisi sholawat. Kedua kitab tersebut berisi kisah-kisah kehidupan, perjalanan, dan sifat-sifat terpuji Rasulullah Saw. Setelah pembacaan Diba' dan Barzanji, peringatan maulid Nabi biasanya diisi dengan ceramah agama dari para Kiai. Isi ceramah biasanya dikaitkan dengan kisah perjalanan Rasulullah.
Kabupaten Bone memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, mencakup seni, adat istiadat, dan bahasa yang diwariskan secara turun-temurun. Sebagai salah satu wilayah yang kaya akan budaya, Bone memiliki tradisi dan kebudayaan yang menjadi jati diri masyarakatnya, seperti seni tari, musik tradisional, dan upacara adat yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dengan perkembangan zaman dan modernisasi yang pesat, banyak dari budaya tradisional tersebut yang mulai terpinggirkan dan dilupakan, terutama oleh generasi muda yang lebih terpengaruh oleh budaya global.
Nahdlatul Ulama di Kabupaten Bone, dengan pengaruhnya yang luas di kalangan umat Islam, memiliki potensi besar untuk memfasilitasi dan mengintegrasikan pelestarian budaya lokal dengan ajaran agama yang moderat. NU tidak hanya berfokus pada aspek keagamaan, tetapi juga memahami bahwa pelestarian budaya lokal merupakan bagian integral dari pembangunan masyarakat yang berkeadilan dan beradab. NU berusaha menciptakan keseimbangan antara pelestarian tradisi dan kemajuan zaman, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya yang sudah ada. Oleh karena itu, penting untuk memahami kontribusi NU dalam menjaga kultur budaya lokal di Kabupaten Bone, yang juga menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat identitas daerah dan mendorong kesadaran budaya di masyarakat.
Nahdlatul Ulama Kabupaten Bone berperan penting dalam pelestarian dan pengembangan kultur budaya lokal di berbagai bidang. Adapun beberapa bentuk peran dan kontribusi NU dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Pendidikan dan Penguatan Nilai Budaya Lokal
NU Kabupaten Bone sangat peduli dengan pendidikan sebagai sarana untuk memperkenalkan dan memperkuat nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda. Melalui berbagai lembaga pendidikan, seperti pesantren dan sekolah-sekolah berbasis NU, para siswa tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi juga diberikan pemahaman tentang pentingnya mempertahankan budaya lokal. Misalnya, pendidikan agama di pesantren NU mengintegrasikan ajaran Islam dengan kearifan lokal, sehingga santri dapat memahami dan menghargai budaya daerah mereka. Dalam hal ini, NU berusaha menghilangkan kesan bahwa agama dan budaya lokal saling bertentangan, melainkan dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Program-program pendidikan yang dikembangkan oleh NU ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya religius, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya pelestarian budaya daerah. Selain itu, pendidikan juga difokuskan pada pengajaran bahasa daerah, seperti bahasa Bugis, agar tidak punah dan terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelestarian Seni dan Tradisi Budaya Lokal
Sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya lokal, NU Kabupaten Bone turut berperan aktif dalam mengembangkan seni dan tradisi budaya daerah. NU sering mengadakan berbagai kegiatan seni dan budaya, seperti festival tari tradisional, lomba musik daerah, dan pameran kerajinan tangan yang melibatkan masyarakat lokal. Dengan adanya kegiatan ini, NU tidak hanya menjaga kelestarian seni tradisional, tetapi juga melibatkan generasi muda dalam mengapresiasi dan mempraktikkan budaya mereka.
Salah satu contoh pelestarian seni yang dilakukan oleh NU adalah pengajaran seni musik tradisional, seperti musik gong dan tarian adat yang merupakan bagian dari kebudayaan Bugis-Makassar. Melalui pelatihan dan workshop, NU membantu masyarakat, terutama para pemuda, untuk belajar dan menguasai seni tersebut, yang kemudian dapat dipertunjukkan dalam berbagai acara atau perayaan adat di Kabupaten Bone.
Penguatan Ekonomi Lokal Berdasarkan Budaya
Selain dalam bidang pendidikan dan seni, NU juga berperan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan mengintegrasikan budaya lokal. Melalui program-program pemberdayaan ekonomi, NU membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha berbasis kearifan lokal. Salah satu contohnya adalah pengembangan kerajinan tangan, seperti tenun Bugis dan anyaman bambu, yang merupakan warisan budaya lokal yang memiliki potensi pasar yang tinggi. NU Kabupaten Bone memfasilitasi pengrajin lokal untuk memasarkan produk mereka, baik di tingkat lokal maupun nasional, sehingga tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, NU juga mendukung usaha-usaha kecil yang berbasis pada produk lokal, seperti makanan tradisional, untuk memperkenalkan lebih luas produk-produk tersebut. Hal ini membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan mereka sekaligus melestarikan tradisi dan budaya lokal yang menjadi ciri khas Kabupaten Bone.
Pembinaan dan Pelatihan Keterampilan Berbasis Budaya
NU Kabupaten Bone juga menyelenggarakan berbagai pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat dalam bidang keterampilan berbasis budaya. Program pelatihan ini mencakup berbagai aspek, seperti pembuatan kerajinan tangan, kuliner tradisional, dan pengelolaan event budaya. Dengan mengikuti pelatihan ini, masyarakat dapat mengembangkan keterampilan yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga berfungsi untuk menjaga dan melestarikan budaya daerah. Selain itu, kegiatan ini membuka peluang bagi masyarakat untuk memperkenalkan produk budaya lokal mereka ke pasar yang lebih luas.
Nahdlatul Ulama Kabupaten Bone memiliki peran yang sangat penting dalam pelestarian dan pengembangan kultur budaya lokal. Melalui berbagai program pendidikan, seni, pemberdayaan ekonomi, dan pelatihan keterampilan berbasis budaya, NU telah berhasil menjaga dan mengembangkan budaya lokal yang menjadi jati diri masyarakat Kabupaten Bone. NU mengajarkan bahwa agama dan budaya lokal dapat hidup berdampingan, dan keduanya dapat saling mendukung dalam menciptakan masyarakat yang beradab, sejahtera, dan berbudi pekerti luhur. Dengan peran aktif NU dalam melestarikan budaya, diharapkan kultur budaya lokal Kabupaten Bone akan terus berkembang dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H