Mohon tunggu...
Muhasim Saidah
Muhasim Saidah Mohon Tunggu... -

Lahir tahun 1954,di Lombok Timur. Sekolah di APDN dan Unram.Menjadi birokrasi sejak Tahun 1975 dan purnatugas tahun 2011.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilar-pilar Kearifan

15 April 2014   18:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa kita sekarang ini sedang  sakit. Betapa tidak berapa tahun kita kita akrab dengan krisis multidimensional.


  • Ketrpurukan ekonomi
  • Ketidak stabilan politik
  • Ancaman disintegrasi bangsa
  • Krisis ahlak
  • Krisis nilai/ moral / Etika
  • Krisis  Etika

Krisis aklak/ nilai moral / etika,  berkaitan erat dengan pembentukan sikap perilaku hidup, termasuk sikap politik pada Pileg 2014. Krisi aklak ini sangat  berpotensi memacu timbulnya perilaku-perilaku negative seperti politik uang, kecurangan. Dalam berpolitik Pileg 2014 misalnya, bisa melakukan kezaliman, politik uang, baik oleh Caleg ,Timses maupun pemilih dann itu sudah menjadi realitas.

Indikasi ketaladanan, kehancuran norma dan nilai-nilai sudah hancur , terbawa ombak laut. Para pemimpin  mulailah mengevaluasi perilaku politik dan aparat birokrasi. Jika  politisi kelihatan nakal, kelihatan tidak displin, curang, angan saling menyalahkan, tapi coba untuk mencari akar permasalahanny, Siapa yang salah…. Rakyat yang disogok atau yang menyogok dan mengapa perilaku buruk itu terjadi..

Mungkin yang kurang dimilki  Indonesia adalah  orang yang berahlak mulia. Kurang arif. Apa artinya sebuah nilai , jika manusianya tidak bernilai. Apakah alat ukur kesuksesan hanya hal –hal dunia. Maka jangan heran  jika kelak dikemudian hari akan lahir generasi-generasi bangsa yang krisis moral dan korup. Memang tidak salah kalau kita mencari kebahagian duniawi. Namun jika kecintaan kepada dunia sudah membabi buta, maka akan tumbuh kehinaan dan kelemahan diri, sebagai tanda-tanda kehancuran.

Rosulullah Saw, bersdabda, Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan  oleh  bangasa –bangsa lain  sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkuk.” Para sahabat bertanya “Apakah  saat itu jumlah kami sedikit ?.Rasulullah saw bersdabda” Tidak bahkan pada saat itu jumlah kamu sangat amat banyak,tetapi seperti buih didalam air bah,karena kamu ditimpa penyakit “wabn”. Sahabat bertanya , Apa penyakit ‘wabn’ itu ya Rasulullah?” Rasulullah  bersabda” Penaykit wabn itu adalah cinta dunia dan takut akan mati”.

Penyakit cinta dunia dan takut akan mati ( wabn),sebenarnya kunci dari segala kelemahan manusia. Manusia yang cinta dunia akan melakukan apa  saja tanpa menghiraukan hitam atau putihnya aturan dan norma agama. Dari sinilah  muncul keserakahan, pemaksaan, kezaliman, kejahatan,serta keburukan akhlak lainnya seperti many politik dalam Pileg.

Dalam Alquran surat Al-Hujaraat ( 49 ),ayat 13, Allah Swt, berfirman”… sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang pal;inmg bertakwa di antara kamu…”.

Orang-orang yang bertakwa  selalu berhati-hati dalam setiap langkahnya. Dia takut kalau-kalau perbuatannya akan merugikan orang lain,juga kebaikan dirinya. Lebih dari itu,dia takut menabrak  rambu-rambu Allah. Jadi gelar sementereng apapun, jabatan setinggi apapun, tanpa akhlak dan kejujuran tidak akan ada artinya.

Tanggung jawab untuk memperbaiki akhlak terletak ditangan para pemimpin, apakah itu pemimpin politik atau birokrasi. LANTAS BAGAIMANA KITA MEMPERBAIKI AKHLAK  BANGSA INI :Pertama, mulailah perbaikan dasri diri sendiri. Kedua, mulkailah berbuat dari hal yang kecil. Ketiga, mulailah  sejak saat ini : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di anataramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( Q.S. al –Mujaadilah        ( 58)ayat 11 )

Wassalam. Selamat berjuang semoga sukses. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun