Mohon tunggu...
Muhammad Arif Wibowo
Muhammad Arif Wibowo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru, lulusan Universitas Negeri Yogyakarta

Mengajar di salah satu SMA Swasta Kab. Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Starlink: Peluang dan Tantangan di Indonesia

25 Mei 2024   02:22 Diperbarui: 26 Mei 2024   09:08 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masuknya starlink di Indonesia makin membuat persaingan dunia per-wifi-an meningkat. Sebagai konsumen, tentu saja, kami memilih yang terbaik. Baik dari segi kecepatan, baik dari segi kualitas, baik dari segi layanan, dan tentu saja baik dari segi harga. Termasuk wifi, kami memilih yang terbaik.

Realitas Kelas Menengah ke Bawah

Bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah seperti kami, yang kadang masih mengandalkan wifi gratis di tempat kerja, bahkan hotspot teman di luar ruangan; keberadaan Starlink sepertinya tidak akan berdampak apa pun bagi kami.

Kami, masyarakat kelas menengah ke bawah, masih mengandalkan paket internet bulanan, yang kuotanya bisa kami sesuaikan dengan keadaan kantong kami. Selain paket internet bulanan, di rumah, kami juga memasang wifi.

Wifi di rumah kami unik. Kami memasang wifi bersama dua tetangga yang berdekatan. Waktu itu, saat pandemi, kebutuhan internet di dalam rumah sangat dibutuhkan. Tak lama, tetangga berinisiatif mengajak patungan memasang wifi.

Kebetulan sekali, teknisi jaringan wifi yang kami pasang tidak keberatan untuk membantu menghubungkan dan mengatur jaringan agar kecepatannya adil dan merata ke tiga rumah kami dengan masing-masing router yang kami siapkan.

Di negara berkembang, sepertinya Starlink tidak cocok untuk keperluan rumah pribadi masyarakat Indonesia.

Starlink yang logonya seperti Space X itu, yang dimiliki oleh Elon Musk, bagi kami cukup mahal. Kami tidak cocok membeli Starlink Elon Musk. Kenapa? Sebab harga paling murah yang ditawarkan, yakni paket untuk keluarga, perbulannya mencapai Rp.750.000. Harga itu belum termasuk alat utama, perangkat keras, yang seharga Rp.4.680.000. Mahal sekali.

Bagi kami, Rp.750.000 bisa buat banyak hal. Akan sangat boros kalau hanya dibayarkan untuk wifi satu bulan. Selain itu, kami sudah cukup puas dengan kinerja penyedia jaringan internet dan wifi yang ada di dalam negeri, khususnya daearah Kab. Bekasi tempat saya tinggal. Dengan harga yang relatif murah, tentu pilihan kami akan tetapi setia dengan pilihan penyedia internet kami sebelumnya.

Starlink: Solusi Desa Terpencil?

Menurut data, masih banyak desa di Indonesia yang belum memliki jaringan internet, jumlahnya mencapai puluhan ribu desa. Apakah Starlink bisa menjadi solusi? Bisa!

Pemerintah pusat dan daerah, jika mau, dan serius menggalakkan program internet masuk desa. Kiranya perlu membelikan setiap desa satu Starlink. Tentu ini untuk operasional desa dan kemaslahatan warga desa yang terpencil. Dana desa yang cukup banyak itu, kiranya bisa untuk mengakomodasi jaringan internet. Apa salahnya dicoba. Lagipula jaringan internet Starlink memilki jangkauan yang luas. Sebuah potensi untuk meningkatkan akses internet di Indonesia.

Layanan Pelanggan

Starlink sendiri, saat ini, belum memiliki kantor cabang resmi di Indonesia. Bagaimana jika nanti alat rusak, kabel putus, tidak ada jaringan, dan lain-lain mengganggu konektivitas Starlink? Tentu nomor layanan pelanggan dan kantor cabang perlu hadir untuk service pelanggan di Indonesia. Jika layanan pelanggan sulit, jagat X milik Elon Musk, pasti ramai oleh komplain Starlink.

Demikian, pandangan singkat saya. Saya sendiri sepertinya tidak akan pernah mencoba Starlink, keculai tempat kerja saya akan membeli dan memasangnya.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun