Sebuah perubahan atau inovasi dalam berbagai hal tentu saja perlu disambut dan perlu diapresiasi. Bergitu juga dengan inovasi di bidang pendidikan. Munculnya Kurikulum Merdeka menjadi angin segar di dalam dunia pendidikan kita. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh kemendikbudristek ini tidak asal-asalan.Â
Sudah banyak bukti nyata, dan juga hasil karya kolaboratif dari Sekolah Penggerak yang dijadikan sebagai model pengimplementasian Kurikulum Merdeka. Hanya saja pengimplementasian ini masih belum diwajibkan untuk digunakan di seluruh sekolah.Â
Sifatnya sampai saat ini masih tahap uji coba, sebab pelatihan dan seminar berbagi praktik baik pembelajaran berbasis kurikulum merdeka masih terus disosialisasikan. Lalu bagaimana dengan sekolah di tempat kita bekerja?
Saat ini, di sekolah tempat saya bekerja masih menggunakan kurikulum 2013. Banyak faktor yang membuat sekolah kami belum mencoba kurikulum merdeka di tahun ajaran 2022/2023.Â
Salah satunya adalah para guru (SDM) sekolah kami masih minim pengalaman, dan juga minim motivasi untuk menjalankan Kurikulum Merdeka. Kepala sekolah kami pun pada saat penentuan kurikulum belum memberikan instruksi untuk menggunakan Kurikulum Merdeka. Adanya kewenangan untuk bisa memilih kurikulum apa yang akan diterapkan di masing-masing sekolah membuat sekolah kami masih bertahan dengan kurikulum yang lama.
Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang kiranya perlu disiapkan agar sekolah kita mampu untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Pertama, sekolah perlu seorang inisiator yang peduli dengan sistem kurikulum yang dijalankan di sekolah.Â
Jika tidak ada yang peduli, maka kurikulum akan jalan di tempat. Kepala Sekolah adalah orang yang pertama dan terdepan yang seharusnya mengambil alih kemudi sistem kurikulum di sekolah, dan terbuka dengan inovasi kurikulum yang ditawarkan pemerintah. Meski memang memiliki wakil-wakil di sekolah, peran Kepala Sekolah adalah mutlak.
Jika kepsek cenderung pesimis dan ragu menerapkan Kurikulum Merdeka karena SDM guru yang kurang, kepsek bisa mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan terkait Kurikulum Merdeka.Â
Perwakilan guru ini nantinya diharapkan mampu membagi pengalamannya kepada teman-temannya di sekolah. Kemudian, jika mengirimkan perwkilan guru terlalu memberatkan sekolah, kiranya sekolah perlu mengadakan In House Training (IHT). Â Seorang ahli didatangkan ke sekolah untuk mempekenalaan pemahaman sekaligus melatih kesiapan guru-guru terkait Kurikulum Merdeka.
Kemudian, jika memang sama sekali tidak bisa melakukan IHT di sekolah, langkah terakhir adalah, kita sebagai guru mengembangkan kemampuan diri sendiri den mencari pelatihan sendiri, baik secara offline maupun online. Saat ini banyak sekali pelatihan dan webinar terkait Kurikulum Merdeka yang disosialisasikan melalui grup-grup MGMP.
Selain itu, kita bisa juga mengunduh sebuah aplikasi (platform) yang bernama Merdeka Mengajar. Aplikasi tersebut diluncurann oleh Kemendikbudristek untuk membantu tenaga pendidik mendalami dan belajar secara mandiri Kurikulum Merdeka.Â
Di dalam aplikasi tersebut tenaga pendidik bisa mendapatkan berbagai referensi untuk mengemmbangkan kompetensi terkait Kurikulum Merdeka. Banyak fitur-fitur yang tersedia, seperti video inspirasi, pelatihan mandiri yang bersertifikat, perangkat ajar dan lain-lain.
Banyak sekali sambutan positif yang digaungkan oleh para praktisi pendidikan tekait Kurikulum Merdeka, sebuah kurikulum yang diupayakan guna mengikis learning loss yang dialami generasi muda di Indonesia selama pandemi. Kurikulum merdeka menawarkan kurikulum yang lebih sederhana dan mendalam dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya.Â
Kurikulum merdeka berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya (A-F). Kurikulum Merdeka ini lebih relevan dan interaktif dengan pembelajaran melalui kegiatan projek untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.Â
Kurikulum ini pun direncanakan akan ditetapkan sebagai kurikulum nasional yang menyeluruh pada tahun 2024. Siap tidak siap, mau tidak mau, kelak kita akan mengimplementasikannya. Dengan demikian, sebagai tenaga pendidik, kita sebaiknya perlu mempersiapkan diri guna menyambut kurikulum baru tersebut.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H