Mohon tunggu...
Muharom Munjidah
Muharom Munjidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Melukis, membaca, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seni, Napas Jiwa

3 Desember 2024   21:39 Diperbarui: 3 Desember 2024   21:48 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seni, Napas Jiwa

Seni adalah bisikan waktu,
yang melukis rasa di kanvas bisu.
Ia berbicara tanpa kata,
menggema di hati tanpa suara.

Dalam garis yang meliuk lembut,
terukir kisah yang takkan surut.
Di warna yang memeluk pagi,
tersimpan harapan yang abadi.

Seni adalah tangisan hujan,
mengalir di jiwa yang kesepian.
Ia membingkai luka dan cinta,
menyatukan duka dalam irama.

Setiap tarian, setiap nada,
menghidupkan ruang yang hampa.
Setiap goresan, setiap ukiran,
adalah doa yang bergetar dalam diam.

Oh, seni, kau abadi di hati,
menghidupkan yang mati, menyentuh yang sunyi.
Kau adalah jiwa dari semesta,
mengajarkan cinta tanpa jeda.

Dalam seni, manusia berjumpa,
menyatu dalam harmoni yang nyata.
Karena seni adalah kita,
cerminan indah kehidupan semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun