Mohon tunggu...
Muharom
Muharom Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi

Masih belajar dan akan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang Adakan Pelatihan Budidaya Kopi

5 November 2021   14:50 Diperbarui: 16 November 2021   14:13 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa KKN RDR UIN Walisongo Semarang Kelompok 91 2021 melakukan kegiatan panen dan budidaya kopi pada Sabtu, 30 Oktober 2021 bersama Komunitas Kejar Mimpi Semarang di Desa Pledokan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Melintasi jalan pegunungan yang berkelok-kelok dari Kota Semarang menuju Kabupaten Semarang menikmati suasana sejuk dan pemandangan hijau yang jarang terlihat di perkotaan.

Disinilah terdapat produsen khas kopi lokal dari Desa Pledokan. Tepatnya di Dusun Ngaglik Desa Pledokan Kecamatan Sumowono. Disitulah terdapat budidaya Kopi Robusta dan Kopi Arabica.

Kebun kopi milik Bapak Jueni yang di tanam sejak dahulu sudah beberapa kali panen. Di kebun miliknya terdapat dua jenis tanaman kopi, yaitu kopi Robusta dan Kopi Arabica. Menurut Bapak Jueni, ia memanfaatkan tempat tinggal di pegunungan untuk bertani kopi karena perawatan kopi yang cukup mudah dengan melakukan penyiangan serta pemupukan dengan pupuk kandang. Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali dalam setahun dan penyiangan rumput tiga bulan sekali.

Mahasiswa KKN UIN Walisongo bekerja sama dengan komunitas Kejar Mimpi Semarang mengikuti kegiatan Bapak Jueni sehari-hari dalam mengurus kebun kopi miliknya. Disana Mahasiswa KKN UIN Walisongo beserta komunitas Kejar Mimpi Semarang diajarkan untuk memanen kopi dan juga cara merawat kopi yang benar. Bapak Jueni juga menjelaskan mengenai biji kopi yang banyak terjatuh di tanah cukup dibiarkan yang kemudian akan menjadi tunas-tunas baru.

Setelah memanen kopi hasil dari kebun miliknya, kami diajak untuk mengolah biji kopi yang sebelumnya di panen untuk diolah menjadi kopi bubuk kemasan. Sebelum dikemas, kopi hasil panen awalnya di pisahkan kulit dengan bijinya menggunakan mesin pengupas kopi. Setelah itu, kopi yang sudah dikupas akan dikeringkan selama kurang lebih satu minggu jika cuaca panas. Setelah kopi yang dikeringkan tersebut kering, biji kopi akan di sangrai dan kemudian di roasting.

Pemasaran kopi lokal khas Desa Pledokan kini selain di Sumowono juga sudah merambah ke berbagai luar kota. Untuk harga 1 kg kopi sendiri di bandrol dengan harga 22 ribu setiap kemasannya. Produk kopi kemasannya ini juga dipasarkan melalui media sosial mulai dari facebook, whatsapp, dan juga fitur belanja online. 

Konsumen terdiri dari berbagai kalangan seperti guru, pegawai, siswa, serta masyarakat umum disekitar lokasi rumah produksi. Kendati pengolahan kopi lokal khas Pledokan ini masih di taraf sederhana, Bapak Jueni berharap dapat mengembangkan usahanya serta memperluas jaringan konsumen hingga seluruh Pulau Jawa bahkan ke seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun