Puluhan tahun silam, bahasa Sunda telah lahirkan satu kata viral di bulan ramadan. Bahkan kata ini menjadi universal di kancah nasional
Ngabuburit, itulah kata yang sering mewarnai puasa wajib bagi umat muslim. Kegiatan yang dilakukan menjelang mahrib guna menunggu buka puasa di bulan ramadan merupakan deskripsi ngabuburit.
Di daerah lain tentu juga punyai julukan lain terkait ngabuburit. Karena Indonesia tak kan pernah miskin keberagaman bahasa dan budaya.
Ngabuburit tidak pandang gender maupun usia. Tak terkecuali dengan Macan.
Macan yang biasa dikenal dengan kebuasannya. Taring tajam dan badan kuat. Si pelari paling tangguh. Namun, macan di sini diartikan sebagai mama-mama cantik. Istilah yang populer di kalangan para ibu.
Ada juga komunitas yang melebing dirinya sebagai Motik (Momy Cantik). Komunitas atau sekelompok emak-emak ini dapat menyatu karena persamaan aktivitas, seperti antarjemput anak sekolah maupun ngaji.Â
Jangan anggap emak-emak buta fashion. Baju 'dinas' di rumah memanglah daster. Lain halnya ketika keluar rumah, jadwal penggunaan dress code bisa juga menjadi salah satu agenda Macan. Baju atau gamis tidak harus seragam, bisa disiasati dengan pemilihan warna sedana.
Selain urusan sandang, mereka programkan kajian, hingga sepakat urusan alat tulis, tas, sandal anak yang sengaja diserempakkan. Tak lupa jadwal melancong dan ngabuburit sudah tertata rapi.
Saya bagian dari Macan. Hampir setiap sore, ngabuburit sambil nunggu anak usai ngaji, kami bagi-bagi takjil untuk pejalan kaki depan pesantren tempat anak-anak mengaji.
Tetapi, puasa hari ke-5 rutinitas Macan libur. Saya putar otak, ngabuburitnya mau kemana ini? Mengingat waktu satu setengah jam anak ngaji, kalau harus pulang ke rumah juga naggung.Â