Ketika saya memiliki masalah yang membuat emosi meningkat, entah itu perkara positif maupun negatif. Saya bersikap biasa saja di hadapan orang walau pikiran saat itu kacau maupun gembira. Tetapi sudah waktunya untuk perlahan mengekspresikan emosi saya.
2. Saya terus merasa berlari dari emosi, bahkan tidak berpikir untuk menghadapinya
Emosi yang mendalam membuat saya acuh terhadap hidup. Sudah bosan dan malas memikirkan solusi yang harusnya diambil. Untuk menghindarinya, saya pergi ke mal sendiri, tidur, nonton maraton drama Korea dan serial India hingga larut malam. Tak jarang saya mengendarai motor sekadar keliling kota tanpa tujuan pasti.
3. Seringkali saya malu atau bahkan tidak bisa menangis untuk ungkapkan rasa sakit
Mungkin karena saya takut untuk dihakimi atau dinilai buruk, lemah, cengeng, dan belum dewasa. Bahkan saya menyangkal apa yang saya rasakan, lalu meresponnya dengan hal yang biasa saja. Seolah tidak terjadi apa-apa. kelakar saya dalam hati "I'm fine"
4. Saya sering merasa kesepian
Saya sering merasa terpisah dari orang lain, baik dari pertemanan maupun kelompok sosial yang harusnya bersama dengan saya. Bahkan sering kali di tempat ramai pun hati saya sunyi.Â
5. Saya selalu menunjukkan sisi berbeda ketika bersama dengan orang lain dan ketika sedang sendiri
Ketika saya menghadapi orang lain, saya menjadi sosok yang humoris dan menyenangkan kemudian orang lain akan melihat saya sebagai pribadi ceria, bahagia, penuh semangat, dan jauh dari masalah kehidupan. Akan tetapi berbeda saat saya sendirian. Saya bersedih hingga pusing memikirkan akibat masalah yang begitu rumit menimpa garis hidup.
Belajar meluapkan emosi secara benar sebagai target di sela-sela hari puasa wajib, dapat saya lakukan melalui kegiatan sebagai berikut.