Kedua, bersyukur dikarunia anak-anak yang tidak putus sekolah. Heny curahkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya seorang diri tanpa bantuan suami. Gali  dan tutup lubang sudah menemani kehidupannya. Suami pelit tidak menghantarkan Heny berbuat rendah diri. Karena kepelitannya menyeluruh atau bisa dibilang universal.Â
Pelit keuangan iya, pelit perhatian dan kasih sayang, minim komunikasi, tidak dermawan terhadap waktu dan pikiran untuk perbaikan siklus seluruh anggota keluarga, serta pelit kepekaan dan hal ibadah. Anak-anaknya mendapatkan kasih sayang dari Heny. Bisa mengenyam pendidikan layaknya teman sepermainnya mereka. keyakinan Heny nyata, Allah Maha Kuasa atas limpahan rejeki terhadapnya, apalagi untuk urusan sekolah anak.
Ketiga, bersyukur atas sosok pelit suaminya yang ditegur Allah hanya dengan rayap.Â
Dengan kondisi terjal sewaktu rayap belum melancarkan aksinya, ibadah Heny semakin meningkat. Salat sunah, puasa Senin-kamis, dan dia curahkan isi hati dalam pelukan sajadah di sepertiga malam.Â
Setelah rayap meninggalkan kenangan di keluarganya, Heny tetap bersyukur bisa istiqomah mendekatkan diri kepadaNya. Artinya bahwa mensyukuri nikmat Allah tidak pandang seberapa berat beban hidup. Jalani apa yang menjadi perintahNya. Terima dan syukuri berbagai bentuk kendala dalam kehidupan. Sejenak renungkan, bisa jadi apa yang telah kita tuai hari ini, pernah menyakiti hati orang lain di masa lampau.
Keempat, bersyukur miliki keluarga besar yang saling support. Rasa simpati dan empati dari kelurga Yudi mendorong para ipar Heny untuk saling merapat berikan dukungan moril. Ada kalanya bantuan nominal, tanpa Heny minta mereka sudah nggeh dengan sendirinya. Keterlibatan emosi dan cawe-cawe nya keluarga dengan batasan tertentu sangatlah membantu eksistensi kita dalam menjalani hidup. Bersyukur tidak terjadi bullying terhadap dirinya dan anak-anak.
Kelima, bersyukur atas perubahan sikap Yudi. Begitulah Allah "Kun fayakun", apa-apa yang dikehendaki maka jadilah. Di balik  tahap awal bentuk kepedulian Yudi kepada anak dan istrinya, ada ikhtiar yang luar bisa dari diri Heny. Bersabar dan senantiasa bersyukur bahwa Yudi sudah menyodorkan uang jerih payahnya untuk kepentingan pendidikan, kebutuhan dapur, sandang, dan sekunder anak. Kini, Heny sudah dijanjikan pergi ke mal untuk belanja baju lebaran. Alangkah bersyukurnya dia.
Keenam, bersyukur atas keharmonisan hubungan suami istri. Heny bertekat makin semangat menghormati Yudi. Bersedia 'ditaklukkan' suami untuk urusan 'pahala di malam Jumat'. Bukan berarti ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang. Tidak. Akan tetapi tindakan suami atau istri pasti akan mendapat barokah tersendiri. Maka dari itu kewarasan hubungan perlu lebih ditingkatkan lagi. Saat kebutuhan biologis terpanggil dan terpenuhi, maka 'kewarasan' dapat dikendalikan.Â
Bersyukur tidak harus berupa uang. Bersyukur telinga ini telah mendengar kisah Heny yang sangat inspiratif. Hikmah Ahad sebelum ramadhan tiba. Jangan sebel dengan sosok pelit, biarkan saja! Biarkan tapi tetap diramu untaian doa supaya orang pelit bisa merubah dirinya. Fastabiqol khairat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H